[RP] Himeta's Boutique

Hari sudah pagi. Himeta yang baru saja selesai membereskan ruang depan yang juga berfungsi sebagai butik kecilnya tersenyum. Ia percaya, meskipun sudah berbulan-bulan membuka butik, hari ini pasti ada yang datang mengunjungi butik kecilnya itu, setidaknya satu orang. Himeta tahu, tak ada gunanya membuka toko di sudut kota, cukup jauh dari tower, karena tak ada orang yang rela pergi ke daerah pinggiran selain akan berburu.

"Meskipun tidak membeli, setidaknya hanya melihat-lihat saja sudah cukup bagiku. Aku juga berharap bisa sedikit berbagi kebahagiaan dengan adanya butikku ini" gumamnya dalam hati.

Angin pagi bertiup. Himeta merapatkan jubah hijau Tokyo Towernya. Sambil menunggu pembeli datang, ia membuat sebuah boneka kelinci kecil berwarna biru muda.



*************************************
syalala, sudah dibuat. silakan main ^^. Maaf post pembukaannya pendek banget.

pembeli adalah

Pagi ini seperti biasa, Tama sedang menjelajahi daerah tower. Setelah sebelumnya tersesat di sebuah gang kecil, tersesat di wilayah bekas reruntuhan istana, dan kemarin baru saja ia tersesat di padang pasir tempat berburu. Sebenarnya ia bukan tipe yang buta arah, hanya saja, ia memiliki hobi untuk menjelajahi daerah yang baru didatanginya. Ia memiliki hobi ini sejak ia memiliki kemampuan untuk berpindah dimensi.

Hari ini, lagi-lagi ia tersesat di sudut timur kota yang letaknya jauh dari tower dan juga bertolak belakang dari kediamannya. Angin pagi ini anehnya terasa begitu dingin, ia merapatkan jubah hijau Tokyo Towernya, sambil terus berjalan.

Secara tak sengaja ia melihat sebuah toko butik. Aneh sekali melihat toko di sudut kota. Ia pikir tempat ini bukan tempat yang strategis untuk berjualan. Namun karena dinginnya angin, ia bermaksud untuk membeli beberapa syal, itu pun kalau ada. Kemudian ia masuk ke dalam toko butik itu, "Permisi..."

"Eh?! Selamat datang!" Himeta kaget tiba-tiba ada pembeli yang datang pagi-pagi.

"Wah? Ternyata Tamaki. Apa yang hendak kau cari disini?" tanya Himeta ramah.

Kemudian ia teringat sesuatu. 5 pembeli pertama setiap harinya akan diberi syal gratis secara cuma-cuma, "Kau pembeli pertama yang datang hari ini. Silakan pilih satu diantara syal-syal ini. Maaf ya, semua motifnya sederhana..." tawar Himeta sambil menunjukkan koleksi syal-syal butiknya di sudut ruangan.

Himeta tak peduli apakah Tamaki akan membeli atau memesan sesuatu dari butiknya. Ia sudah senang.

Begitu memasuki toko itu, Tama mendapat sambutan hangat dari pemiliknya, yang ternyata Himeta. Tama kaget, ia tidak menyangka akan bertemu Himeta di toko butiknya.

"Saya..." belum sempat Tama menyelesaikan kalimatnya, Himeta sudah menawarkan syal dengan gratis. Tentu saja Tama senang. "Kebetulan sekali, saya memang sedang membutuhkan syal. Kalau begitu boleh saya ambil satu?" tanyanya tersenyum.

Tama melihat banyak sekali koleksi syal milik Himeta. Ia lalu mengambil syal yang berwarna merah dengan motif garis-garis hitam. Diantara semua warna, Tama sangat menyukai warna merah dan hitam. Ia lalu segera melingkarkan syal itu dibalik jubah hijaunya.

"Terima kasih, Himeta-san!" serunya sambil tersenyum. Ia kemudian melihat ke sekeliling toko dan bertanya, "Himeta-san, kenapa anda membuka toko di sudut kota? bukankah kurang strategis letaknya?"

“Kenapa? Hm.. aku ini lebih suka menyendiri. Aku suka dengan 'rumah'-ku sekarang. Tapi.. ya.. inilah resikonya. Butikku jadi sepi” tutur Himeta sambil tersenyum pada pengunjung pertamanya hari itu.

“Apa menurutmu lebih baik aku pindah rumah saja?” tanyanya.

“Tampaknya kau terlihat senang dengan syal itu, ya? Warna kesukaanmu-kah? Atau kau memang kedinginan sehingga membutuhkan syal?” tebak Himeta bertanya-tanya.

"Begitu... Menyendiri itu memang menyenangkan, tapi apa tidak kesepian?" tanya Tama sambil mengerutkan keningnya. Ia berpikir sejenak, "Oh iya, agar butik Himeta-san tidak sepi, bagaimana jika saya datang setiap hari kesini?"

"Kalau Himeta-san sudah senang tinggal disini, ya sudah, tak perlu pindah. Itu saran saya." ujarnya sambil tersenyum.

Tama kembali memegang syalnya. Tebakan Himeta benar semua. "Ya, saya sangat menyukai warna ini, dan juga, hari ini memang dingin sehingga saya membutuhkan syal. Terima kasih ya, syalnya!"

“Kesepian...?” Himeta terdiam sejenak. Ia kembali memikirkan masa lalunya dulu, dimana ia lebih kesepian dari yang sekarang. Ia menggeleng, berusaha menghapus pikirannya itu saat ini, “hm.. yah.. bisa dibilang aku sudah biasa dengan yang namanya kesepian itu” ujar Himeta sambil tersenyum kecut.

“Eh? Datang kesini tiap hari? Tentu. Aku akan sangat menantikanmu tiba...” Himeta menutup mulutnya. Apa yang ia katakan barusan? Tanpa sadar ia berkata seperti itu.

“Tadi itu... lupakan saja. Tapi tentu saja kau boleh datang kemari setiap hari, Tamaki” ujarnya pelan. Wajahnya terasa sedikit panas di hari berangin itu.

Himeta menatap pintu masuk, “kira-kira... adakah yang datang lagi di hari ini?” ia bergumam sendiri.


*****
ea.. ea.. verin pasti tertawa puas baca ini... *mungkin*

Entah kenapa Tama merasa senang karena diperbolehkan untuk datang setiap hari ke butik milik Himeta. Ia merasa aneh hari ini. Ia juga jadi banyak tersenyum di depan Himeta. "Terima kasih, Himeta-san!"

Ia berjalan ke luar toko, "Coba saya lihat di luar, siapa tahu ada anggota Tokyo Tower yang sedang berada di sekitar sini!"

========================================================

OOT: iya! kesenengannya c verin bgt tuh! XPXP

OOT :bagus! ^^b lanjutkan xD
__________________________________

baru saja pulang dari perbatasan, rienne melangkah dengan riang meskipun hari ini panas sekali. dia menyadari kalau dia melewati sebuah toko yang lumayan imut-imut, dengan boneka beruang besar terpajang di elatasenya.

"eh? ada toko boneka? kya~" serunya riang sambil melangkah masuk ke toko itu. "permisiii ada..eh? ada himeta dan tamaki?" katanya sambil mendekati kedua orang itu. "ini butikmu kan himeta? wah~ bagusnya..kau tahu? aku naksir boneka beruang yang ada di depan. dan..wah! boneka yang ini lucu sekali.."katanya sambil menunjuk boneka kelinci yang masih dibuat himeta.

"Ah, Rienne-san!" seru Tama. "Ayo, kesini, Rienne-san!"
Tama segera mengajak Rienne untuk masuk ke dalam butik Himeta.

rienne masih sibuk memuji-muji semua boneka yang ada di butiknya himeta. lalu dia menoleh pada tamaki. "ah...tamaki..tamaki kesini karena mau lihat boneka atau..." dia melirik himeta dan juga syal yang ada di tangan tamaki.

"eh..iya gitu? pasti bukan deh? ya kan?" katanya tidak jelas pada tamaki. ternyata, kalau di dunia rienne yang sebelumnya, jika seorang menerima syal dari wanita, berarti itu pernyataan cinta. tetapi itu salah satu dari banyak kemungkinan, karena ini kan butik..

"Apa maksudmu, Rienne-san?" tanya Tama pada Rienne yang melihat ke arah syalnya. Ia tidak mengerti dengan kata-kata Rienne.

"Saya kebetulan mendapatkan syal ini gratis dari Himeta, karena saya pelanggan pertamanya" jelasnya singkat.

==========================================
OOT : verin, syalnya uda dipake ma Tama! btw, Tama lemot soal cinta, mak comblanginbantuin dia ya!

OOT: wai! jam-nya toto-ers ol ya? *mengantisipasi* oya, setting cuaca: agak dingin berangin.

*****
“Selamat datang, Rienne!” sambut Himeta hangat pada pengunjung keduanya di hari itu, Rienne.

“Oh? Boneka di depan itu? Ya, itu boneka terbesar yang pernah kubuat” sahut Himeta bangga tanpa maksud sombong.

Rienne-pun juga terlihat tertarik dengan boneka kelinci yang dibuatnya, “Itu masih belum selesai, sayangnya. Jadi belum kupajang di rak dulu..”

Himeta keheranan melihat Rienne yang memandangi dirinya, Tamaki, dan syal Tamaki,
“Mungkin kau juga mau syal-nya, Rienne? Kau pelanggan kedua disini” tawar Himeta pada Rienne.

Namun ia segera berubah pikiran melihat Rienne yang tampak antusias dengan koleksi boneka-boneka-nya, “atau.. boneka kecil?”

Tama kemudian menoleh pada Himeta, yang tampaknya sedang berusaha mempromosikan toko dan barang-barangnya. "Himeta-san, beri saja Rienne-san boneka! Rienne-san sangat menyukai boneka" serunya.

Ia kemudian melihat-lihat ke sekeliling toko dan melihat-lihat baju-baju yang ada disitu.

Hari itu mikan sedang kelaparan karna cuaca dingin, ia berlari mencari seseorang. Ternyata orang yang dia cari sedang ada di toko butik. Ia langsung masuk ke toko itu.

"Tama nii-chan, aku lapar! masakin aku sesuatu dong!" teriaknya.

Lalu ia melihat ada dua orang selain Tamaki disitu. Ia tidak kenal dengan mereka. "Kalian siapa ya?"

_________________________________________________________________________
OOT : maaf ya ikut-ikutan, aku diapp! bantuin aku ya, mohon kerja samanya!

Tama kaget dengan teriakan seorang anak kecil yang tiba-tiba. Anak kecil itu bernama Sakurako Mikan, anak kecil yang pernah ia temui di suatu negeri dulu. Sebenarnya, ia tak ingin terlalu dekat-dekat dengannya. Tama pikir Mikan itu merepotkan.

"Mikan-san, jangan teriak di tempat orang lain!" serunya.

Ia lalu berdiri tepat di belakang Himeta, entah kenapa.

Benar, entah mengapa, wanita yang usianya jauh lebih tua ini membuatnya merasa nyaman. Ia sendiri tidak tahu kenapa dirinya menjadi seperti itu.

OOT: OK! g masalah! xD

*****
“Boneka, ya? hmm... baiklah. Rienne, silakan ambil satu boneka di deretan yang sebelah sana, ya!” ujar Himeta sambil menunjuk suatu rak yang dipenuhi boneka kecil.

Tiba-tiba terdengar pekikan seorang gadis kecil yang tak dikenal Himeta. Ia memanggil Tamaki sebagai kakak. Merasa ditanyai, Himeta-pun menjawab, “Hai! Kenalkan, saya Himeta Aoichi. Panggil Himeta juga tak masalah. Kau sendiri siapa, Dik?” sapa Himeta ramah. Ia lalu bertanya pada Tamaki, “Dia lucu sekali. Adikmu?”

Oot : cie2 tama!

kazune mengenakan sweater dan syal di balik jubahnya. Harh ini angin bertiup kencang dan dingin.

kazune sedang berpatroli dan mampir ke butik kecil.
"sudah kukira ini milik hime. Ah ada kalian! Hai!" kazune menyapa yg lainnya.
"waktuku sedikit. Tolong buatkan aku 3 sarung tangan, yg kanan saja, warnanya merah...hijau...dan cokelat. Aku akan ambil nanti atau titipkan pada rienne. Ah! Sekalian boneka beruang untuk rienne." kazune menunjuk salah satu boneka beruang.
"aku harus pergi. Nanti aku mampir lagi. Daah!" kazune langsung pergi patroli lagi.

Mikan menjawab dengan ceria dan senyuman lebar, "salam kenal Himeta nee-chan! Aku adiknya Tama nii-chan!" jelasnya.

Ia lalu menjabat tangan Himeta. Melihat Tamaki seperti dekat dengan Himeta, ia dengan polosnya bertanya, "Himeta nee-chan, pacarnya Tama nii-chan?"

Tiba-tiba perutnya berbunyi, *Krrr~*
"Himeta nee-chan, apa disini ada makanan?" tanyanya to the point.

Tama menyanggah kata-kata Mikan, "Lebih tepatnya, adik angkat saya..." dengan nada terpaksa.

Mengingat kata 'adik', ia jadi teringat akan adik satu-satunya dulu, yang tewas dibunuh orang-orang berbaju hitam. Nama adiknya Kiyokazu Hikari. Hikari adalah adik termanis yang ia miliki, karena itu ia kadang-kadang melihat Mikan sebagai pengganti Hikari. Tama tampak sedih.

Namun kesedihan itu berubah menjadi kekagetan setelah Mikan menanyakan pertanyaan yang tak terduga, "A... apa maksudmu, Mikan-san? Pacar?" Ia menjadi gugup, entah kenapa. "Saya pikir itu tidak mungkin... iya kan, Hi... Himeta-san..." tanyanya tanpa meliht ke arah Himeta, entah mengapa.

Ia juga kaget melihat yang datang tiba-tiba dan pergi tiba-tiba. Ia merasa sangat dan sangat aneh hari ini. Seperti bukan dirinya. Hal itu sedikit membuatnya takut.

========================================================
OOT : uee~ kazune mulai cie cie-an! tama juga ga kalah sama Kazune-Rienne!!

OOT: suit~suit~ bagus !!!! xD~ *udala tama.....tembak aja himeta xDD jadi de pasangan kedua di ToTo ^^
__________________________________

rienne terkejut mendengar kata pacar. langsung dia berbalik dan menyalami himeta dan tamaki. "wah..selamat ya...sejak kapan? kok aku baru tahu?" katanya dengan tersenyum.

vienne menggumam pelan." ara..akhirnya ada pasangan baru di ToTo...sesama fighter pula...". tumben juga vienne mengomentari hubungan orang lain. mungkin karena sudah terlalu lama dia tidak melihat orang pacaran selain kazune dan rienne.

Kali ini giliran Rienne yang salah paham, Tama pun menyanggah kata-kata Rienne, "Bu... bukan, Rienne-san! Kami tidak seperti itu... su... sungguh kok Rienne-san"

Ia benar-benar merasa sangat aneh hari itu. Ia gugup, mukanya pun terasa panas. Ia tidak mengerti kenapa ia bisa jadi seperti itu. Perasaan yang ada dalam dadanya bercampur aduk, antara bingung, heran, dan sesak. Benar, dari tadi ia merasa sesak, dan ia tidak tahu mengapa. Ia pun segera keluar untuk mencari udara segar dan memukul-mukulkan dadanya.

Ia pun mendekati Rienne, sedikit berbisik padanya, "Ri... Rienne-san, dadaku agak sedikit sesak. Mungkin Rienne-san punya sesuatu untuk mengatasi hal ini?"

rienne mengerti dengan 'penyakit' yang dirasakan tamaki. dia tahu karena dia dulu merasakan hal yang sama kalau di dekat kazune. rienne akhirnya berkata. "ehh? benarkah? himeta! tamaki sakit nih.. mana aku tidak bawa obat lagi.."katanya pada himeta.

vienne tertawa melihat keisengan rienne. jarang-jarang seorang rienne bisa sangat iseng.

rienne berbisik pada tamaki. "mungkin aku tidak bawa obat, tetapi sepertinya himeta memilikinya." katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"gambatte" bisik rienne lagi.

Tama sedikit kaget mendengar itu. Entah kenapa saat ini ia tidak bisa memandang Himeta. Bahkan meliriknya saja pun ia tidak kuat. Sekarang, ia disuruh oleh Rienne untuk berobat pada Himeta. Hal itu membuatnya semakin sesak.

Ia pun segera mendekatkan bibirnya pada telinga Rienne, sambil memegang erat dadanya sendiri dengan tangan kanannya, "Sa... saya mohon Ri... Rienne-san, bantulah saya... Sa... saya tak bisa melakukan itu... saat ini...!!"

Baru kali ini ia merasa sesakit ini. Bahkan lebih sakit daripada ketika ia diserang dan hampir saja mati oleh tiga monster saat ia pertama kali datang ke negeri ini.

flesbek mode.

*****

Tamu-tamu datang dan pergi. Setelah Mikan, tiba-tiba Kazune-pun masuk, “Ah! Se... selamat pagi, Kazune-fuku!” sapanya gugup.

Secepat kilat Kazune memesan sarung tangan. Hanya sebelah kanan. 3 buah. Warna hijau, merah, dan coklat. Tak lupa boneka beruang untuk Rienne, “Baik! Segera saya kerjakan!”. Ia segera sibuk menyiapkan peralatan menjahitnya. jahit tangan, sebab Himeta belum menemukan adanya mesin jahit di Tokyo.

Menjahit 3 sarung tangan, sebelah kanan saja? Mudah...

Tak berapa lama, ia mendengar bunyi perut Mikan. Ia mempersilakan Mikan mengunjungi dapurnya, “Silakan. Kau bisa ambil secukupnya di dapurku. Ingat, berlebihan itu tidak baik” ujarnya mengingatkan.

Himeta, serius mode on. Dia tidak memperhatikan sekelilhngnya lagi. Pertanyaan Mikan-pun ia acuhkan. Ia sibuk mencari kain khusus sarung tangan di gudang kainnya. Ia tidak memperhatikan Tamaki, maupun Rienne. Namun ia teringat sesuatu...

Ia lupa mengukur ukuran jari tangan Kazune.

Gawat.. ukuran jari orang kan berbeda-beda.. Himeta menarik nafas.

Namun, lagi-lagi ia teringat sesuatu. Usia Kazune dan Tamaki hampir.. atau.. sama.

“Tamaki, boleh kuukur jari jemari tangan kananmu sebentar?”

*****
diketik dengan penuh perjuangan dari HP