[RP] the 3rd ordinary

Tokyo...
sebuah dimensi... berpadang pasir, tiada penghidupan, tiada pengharapan.

Sekelompok orang singgah di tempat ini atas dasar satu tujuan, mencari gerbang yang bisa membuka penghidupan dan pengharapan baru bagi mereka. Sudah lama sejak beberapa tahun yang lalu kelompok ini kemudian membuka jalanan rahasia di Tokyo untuk bisa menginvasi kedua sumber air yang ada. Mereka hidup sebagai kelompok ketiga yang mengaku tidak terlibat dalam pertempuran kelompok dan menerima siapa saja yang ingin bergabung sebagai bagian dari mereka untuk melemahkan kekuatan kelompok-kelompok lainnya.

Walau begitu... keseharian mereka tidak jauh dari biasanya~




"Mine!! Ambilkan pita rambutku!" suara teriakan. "Bukan yang ini!! Tapi yang kemarin baru saja kudapatkan. Sana ambil lagi!!" dilanjutkan dengan hentakkan kaki.

Setelah kira-kira 10 menit teriakan semacam ini terus berlanjut akhirnya seseorang menampakan dirinya. Seorang gadis cantik dengan pakaian super imut dengan rambut krem bercampur pink-nya yang terurai lembut. Ia berdiri dengan tatapan bangga... namun, "Heei!! Di mana semua orang?!" teriakan baru. "Bukannya kita disuruh berkumpul di sini sejak 5 menit yang lalu?!".

Venus tidak bisa berhenti berteriak.

Sementara itu ditempat yang berbeda, Alessa tampak begitu riangnya mengayun-ayunkan boneka kelinci yang ia dapatkan.

"Imutnya :3 !!" ujarnya tertawa riang

Namun tiba-tiba triiiing~~ terdengar suara uang receh yang terjatuh.

"Itu suara yang sangat aku kenal!" ujarnya bersemangat dan secepat kilat menuju kearah koin yang jatuh itu xDD

Venus semakin uring-uringan sendiri, ia tidak bisa terus-terusan memanggil asistennya Mine kalau sedang tidak enak hati. Kemudian sebuah ide terlintas di benaknya...

Nona besar ini mengeluarkan lembaran uang dari saku bajunya... "Coba lihat siapa yang datang kalau uang-uang ini dikibaskan..." ia kemudian mengibas-ngibaskan uang tersebut. Bermaksud memanggil peliharaannya yang lain.

Seperti memiliki penciuman tajam setajam penciuman guguk, Alessa mampu mengendus bau segepok uang yang dikeluarkan Venus.

"Bau yang harum ini berasal dari sana" ujarnya terlihat sangat riang xDD

Venus mengeluarkan senyum andalannya... ia tahu pasti Alessa bergerak lebih cepat dari pada cahaya jika sudah berkaitan dengan 'uang'.

"Hm... sepertinya aku tidak membutuhkan uang-uang ini... enaknya diapakan yaa..." ucap Venus santai sambil melempar-lemparkan lembaran uang di tangannya.

Sementara itu di tempat sedikit memojok, ada seseorang yang memerhatikan mereka. Namun kemudian orang ini kembali sibuk dengan apa yang ada di tangannya, sebuah buku.

"....." tak ada komentar darinya.

Orang ini memakai jubah biru dongker yang menutupi seluruh tubuhnya. Di sekelilingnya sangat gelap. Hanya ada sedikit cahaya yang menyinari tulisan-tulisan kecil di bukunya. Nama pria ini ialah Shuuji.

Dengan tubuhnya yang mungil dan ringan Alessa mampu menangkap semua uang yang dilemparkan Venus itu sampai tak bersisa sedikitpun.

"Sayangkan kalau dibuang" ujarnya memasang tampang super polos sambil memasukkan semua uang yang ia dapatkan kedalam saku celananya.




OOT : Busyet!!! Matre abis kayak main char di poor prince =))

"A...anda berdua... tolong tenang... kita sedang menunggu yang lain... tolong sabar." kata Rejaku pelan.

"Ve...Venus... kasihan Mine...." Rejaku melihat Mine yang terus terusan disiksa oleh Venus dengan teriakannya dan perintahnya, dan merasa iba pada Mine.

"Aah... akhirnya habis juga." Venus hanya bergumam santai tanpa beban setelah membagi-bagikan uangnya. Buatnya uang itu memang harus dibuang. "Naah Alessa yang manis, bagaimana dengan selembar lagi jika kamu mau mengambilkanku secangkir teh?" tawarnya pada Alessa.

Sesaat setelah itu kemudian Venus merasakan aura lain... "Hm... kutu buku, keluarlah dari tempat gelap itu sebelum matamu rusak," ujarnya begitu mengetahui Shuuji ada di sana.

Belum selesai dengan urusan satu orang lalu datang Rejaku yang mencelanya, sesuatu yang tidak Venus sukai. Nona besar ini kemudian mendekati Rejaku, menatapnya dengan tatapan dingin dan sangar... "Kau tadi memanggilku apa?" tanyanya. "Dengar ya, gunakan kata 'Nona' sebelum menyebut namaku, dan soal Mine... dia itu milikku bukan punyamu!" tukasnya tegas kemudian kembali ke kursi kehormatannya.

Shuuji kembali menoleh ke arah mereka. Kali ini ditambah dgn kedatangan seorang gadis lagi. Ia mengenalinya sebagai Rejaku.

Ia kemudian menempelkan jari telunjuk tangan kanannya pada bibirnya. "sshh..." tegasnya.

"tentu saja" ujarnya sambil tersenyum polos pada Venus

Dengan secepat kilat ia mengambil teh yang terletak didapur tanpa peduli teh kapan dan bekas siapa, kemudian memberikannya pada Venus.

"silahkan dinikmati" ujarnya lagi sambil tersenyum 2x lebih polos dan 2x lebih manis xDD

Venus memberikan lirikan sadisnya pada Shuuji, ia hanya berkata, "Jangan seolah menyindir bahwa yang berisik itu adalah aku," ucapnya sinis.

Ia lalu duduk di kursinya, menyilangkan kaki dan melihat ujung jemarinya. "Ack! Kukuku tergores, sial!" lanjutnya kemudian sibuk dengan alat pengikir kukunya.

Sesaat setelah itu kemudian Alessa datang membawa teh pesanannya, tampang manis Alessa membuat Venus mood untuk memberikan senyum balasan. "Ah terima kasih guk-guk yang manis... eh maksudnya Alessa yang manis." Venus lalu meminumnya. Baru saja cairan itu sampai di ujung lidahnya, ia kemudian menyemburkan balik teh itu ke arah lain... ke arah Shuuji yang tengah asik dengan bukunya.

"Teh apa ini! Rasanya hambar! Dingin! Gulanya kurang! Tidak wangi!" protesnya berulang kali.

"Ah...ba...baik, Nona Venus..." kata Rejaku pelan, pembawaannya yang tidak suka beradu mulut, dan juga pemalu, membuatnya tidak bisa melawan kata-kata Venus.

"Ta..tapi..." Rejaku berusaha mengatakan sesuatu tentang Mine, tapi dia tidak bisa. Akhirnya dia tertunduk.

=================

lupa sesuatu... kalau warna tulisannya sama nanti pas ketemu sama 1st char bingung saya @_@

Lirikan sinis Venus kini melesat pada Rejaku... "Apa? Tapi apa? Mau memprotesku?!" ia berbicara tegas.

Seolah Venus adalah bos-nya. Di depan Ralph-pun dia selalu bertingkah bossy seperti ibu presiden.

Alessa yang tak peduli pada keadaan Venus, yang ia pedulikan hany auang yang ia peroleh dari venus.

"Wah! Wah! Wah! Si singa betina mulai mengaum" ujarnya setengah berbisik tanpa seoirangpun yang mendengarnya.

Alessa hanya memandangi dengan santai ketika Venus menghardik Rejaku

Shuuji kaget. Tiba-tiba dirinya tersiram dengan air teh. Ia segera bangkit dari duduknya, lalu berdiri menghadap Venus. Jubahnya terlihat sedikit basah.

Ia kemudian mengacungkan tangan kanannya--tangan kirinya tetap memegang buku. Lalu terciptalah diagram sihir kecil. "Aqua..." katanya pelan.

Tiba-tiba keluar air dari diagram sihir itu, tepat mengenai Venus dan membasahi sekujur tubuh putri manja itu.

"Siapa yang kau bilang singa?!" tapi nampaknya telinga sensitive Venus lebih peka dari apapun.

Ia melirik Alessa, "Apa yang kau lakukan, ayo ambilkan teh baru!" perintah lagi. "Yang lebih hangat, yang manis, yang wangi!" ia menambah spesifikasinya.

Dan... di antara rentetan kalimat panjangnya itu tiba-tiba Venus tersiram... air...

...

Ia terdiam, menggerutu, sebelum akhirnya kembali mengeluarkan teriakannya. "Apa yang kau lakukan kutu buku?! Memangnya kau pikir butuh waktu berapa jam untuk bisa mengembalikan rambutku yang telah diblower berjam-jam dengan menambahkan ekstrak lidah buaya sebagai penyegar?! Juga bajuku, ini baju yang telah lama kubuat. Jangan seenaknya mengguyur orang!" rentetan kalimat panjang keluar lagi dari mulutnya.

"Aaah! Mine!! Mine!!" Venus memanggil-manggil Mine lagi. Tapi sebelumnya ia kembali berbalik pada Shuuji, "Dengar ya kutu buku, sekali lagi berbuat macam-macam padaku... kubeberkan waktu matimu!" tukasnya kemudiam kembali ke dalam ruangannya, ruang pribadi tentunya.

"ups .." Alessa terkikik geli melihat Venus

"Hei! Siapa saja yang mau tolong ambilkan teh untuk singa eh tuan putri itu" ujar Alessa sambil terus tertawa memengangi perutnya.

Tidak sampai 5 menit... Venus kembali keluar dari ruangannya. Kini dengan model rambut baru (diikat ekor kuda) dan pakaian baru... ditambah sepatu baru tentunya. Ia tahu Mine adalah pelayan terbaik yang bisa mengurus dirinya.

"Haaah... baru satu hari saja sudah ganti baju dua kali," ucapnya sambil berpose di hadapan kawanannya yang lain.

"Ah... Nona Venus..." Rejaku melihat ke Shuuji.

"Tu...tuan Shuuji, anda tidak apa-apa...?" tanyanya pelan, dia melihat jubah milik Shuuji basah terkena air teh tadi.

"Apa perlu saya bantu bersihkan..."


=============================

oot: kok mirip sama Koizumi Karin dari Teikoku Gakuen yah lama-lama ==a

Shuuji hanya terdiam. Ia setengah mendengar kata-kata yg diucapkan Venus tadi. Padahal ia sudah siap dengan serangan balik. Namun tampaknya putri manja itu lebih memilih untuk kembali ke ruangannya.

"Waktu matiku? Hhh..." keluhnya pelan. Entah ada yg mendengar atau tidak.

Ia lalu melihat jubahnya yg basah, kemudian menepisnya dengan tangannya. Dengan seketika, jubah itu kembali kering. Setelah itu, ia kembali memojok dan melanjutkan membaca.

Ia mengabaikan Rejaku yang berusaha membantunya.

"Ah... sudah kering..." Rejaku duduk ditempatnya semula, diam tidak bicara, dia penasaran, untuk apa mereka semua dipanggil kemari.

Venus kembali duduk di kursinya... ia melirik orang-orang yang ada di sana. Sebagai Dream Gazer tugasnya adalah memandu, begitu juga dengan pertemuan itu. Tadinya Venus berniat menunggu yang lain karena Ralph memang tidak akan datang. Tapi sepertinya pertemuan itu harus segera di mulai.

Baiklah... Venus tidak suka keadaan yang hening.

"Bisakah kalian fokus untuk sesaat? Aku akan membaca ramalannya..." ucapnya mencari perhatian lagi.

Mendengar itu, Shuuji menutup bukunya. Ia agak sedikit mendekat sehingga sebagian tubuhnya mengenai cahaya.

"Ah? Ba...baiklah..." Rejaku berusaha fokus seperti apa yang dikatakan Venus. Dia memperhatikan Venus.