[RP] the 3rd ordinary

"oke, aku naik!" claire naik dan melihat ke langit. "indah..."

mendengar permainan biola theo, claire menari lagi mengikuti tempo. Claire pun larut dalam lagu itu.

Oot: waw...theo mulai akrab sama claire xD
================
theo menghentikan permainannya karena lagunya telah selesai lalu dia terduduk sambil melihat pemandangan langit yang langka itu.

"ngomong-ngomong, tarian dan suaramu bagus..belajar sejak kapan?"tanyanya, memecah keheningan yang ada

Oot: kan partner in crime.

"ini? Sejak aku kecil. Lingkunganku secara tidak langsung menuntut dua hal ini. Tapi sekarang jadi hobi bagiku." jawab claire dengan datar. "aku suka permainan biolamu."

"mau mencoba menari denganku?" claire mengulurkan tangan pada theo.

Oot: membuat hubungan 5 orang ini...ah...8 -Bareng rejaku, allan, dan shuuji- menjadi teramat-sangat rumit! Nyehehe...
_______________________
agak kaget juga theo melihat miss jutek itu (panggilan theo untuk claire) mengulurkan tangannya untuk berdansa. "aha...tidak, terimakasih. Aku tidak pandai berdansa..lagipula kalau aku berdansa denganmu, tak akan ada alunan biola yang mengiringi dong." katanya sambil tersenyum manis. Lagipula kalau dia berdansa dengan claire dan vienne tahu, theo tahu kalau dia akan kehilangan kepalanya saat itu juga.

Rejaku baru saja bangun, dia mengusap-usap matanya.

"Uuuh... mmm? Suara biola diatas..." dia bangkit dari kursinya dan lalu naik keatas atap.

"Ah... kalian berdua..." katanya seraya mendekati Theo dan Claire.

"Aku boleh ikut?"

"masa seorang pria tidak bisa berdansa?" claire mulai mengambil posisi untuk menari.

"hai rejaku, ayo ikut berdansa denganku?" claire menarik lembut tangan rejaku.

"theo, kaget ya aku begini? Tapi, angkuh itu memang pertahanan dan karakterku." claire tersenyum.

"ehe....begitulah aku.." katanya sambil memainkan lagu yang ceria. Dia tersenyum melihat 2 gadis yang berdansa dengan bahagia itu.

Theo hanya diam saja sambil memainkan biolanya ketika mendengar penjelasan claire tentang kepribadiannya. "ya...aku percaya" katanya.

Sementara itu, Shuuji yang sedang asyik dengan mimpinya, merasa terganggu, karena suara berisik di luar--suara gesekan biola dan nyanyian. Ia kemudian segera bangkit dari tempatnya tertidur dan juga segera menuju sumber keberisikan tersebut. Ia melihat Theo, Claire, dan Rejaku.

"Kalian... Berisik..." serunya dengan suara parau, rambut acak-acakan--ia tak memakai jubah kesayangannya kali ini, dan mata yang berat--karena masih mengantuk.

"maaf kalau begitu! Bagaimana kalau kami nyanyikan lagu lembut? Agar kamu bisa tertidur." claire menanggapi.

kalu claire duduk di dekat theo lalu menghirup udara banyak banyak.

"kapan ya ralph akan memberitahukan tugas kita selanjutnya..." ujar claire

Lokasi: Ruang utama, di atas kursinya

Venus terkantuk sekali lagi... nampaknya lagi-lagi Ralph menariknya ke dalam alam mimpi untuk berbicara, pembicaraan tanpa batasan ruang dan waktu.


"Kau menarikku untuk tugas? Apa hal pribadi?" Venus bertanya dingin... ia tidak suka diganggu dalam tidurnya...

Tuan yang baik hati hanya tersenyum, ia terbiasa duduk di sebuah kursi di ruangan kosong itu sembari memegang segelas wine, nampaknya sih begitu.

"Jadi apa?" Sergah Venus sekali lagi, Nona besar ini tidak mau banyak menghabiskan waktu karena ia belum mandi dan merapikan pakaian, masih dengan baju tidurnya.

Tuan yang baik hati itu mengisyaratkan untuk mendekat pada Venus, Nona besar ini mengukutinya kemudian ia berbisik...

...

Ada hal baru nampaknya.


Venus membuka matanya, ruangan di hadapannya kosong, tidak ada orang. Ia mengusap pipinya pelan, mencoba berpikir di dunia mana sekarang ia berada. "Oh... dimana orang-orang?" ucapnya pelan, setengah tertidur.

Lokasi atap...

"aku mau mengecek keadaan nona venus dulu... Siapa tahu ada pekerjaan baru." claire melompat turun dan pergi ke ruang tengah.

"sudah bangun nona?" claire menghampiri venus

Lokasi : Di atap bangunan 3rd District

"Ah" Claire menarik tangan Rejaku, dan dia mau apa lagi? Ikut berdansalah dia akhirnya.

"Waah... Claire, hebat!" Rejaku sendiri menari dengan tempo cepat dan mencoba tarian kesukaannya, Flamenco.

"Uwaa! Hee... aku sudah lama tidak menari seperti ini..." Tidak lama setelah Rejaku mulai menari, Claire permisi untuk turun kebawah.

"Yaa... Claire pergi... Theo... bisa lagu yang lebih cepat lagi? Sepertinya yang tadi kurang cocok untuk Flamenco... bagaimana kalau dengan tap? Ketukan kaki." mata Rejaku berbinar-binar, sepertinya dia senang bisa menari bebas seperti ini. Lalu, dia mulai menari lincah lagi, kakinya bergerak tanpa henti di atap.

Lokasi sama ky Rejaku..

Shuuji semakin kesal. Ia mengernyitkan matanya--tanda tidak setuju.

"berisik!"

ia lalu turun kembali ke ruangannya.

(lokasi: kamar shuuji yg gelap)

ia lalu segera merebahkan diri di tempat tidur. Kesal. Ia kemudian menutup matanya dan kembali tertidur.

Oot: kalau mw ngumpul... Tlg seseorang bngunkan shuuji! Siapapun!

Lokasi: Ruang Utama

...

"Hah?" Venus terdiam, ia menengadahkan wajahnya kemudian melihat ada Claire di hadapannya. Ia sedikit kebingungan dengan situasinya, kemudian melihat ruangan yang kosong... dan akhirnya sadar.

"Oh ya, tugas... si Tuan Baik Hati itu menitipkan tugas lagi. Tapi sepertinya kita harus menunggu semuanya berkumpul, nampaknya informasi ini cukup penting," lanjutnya lagi.

lokasi: di atas atap

Theo mengubah lagunya yang bertempo cepat dan staccato, cocok untuk tarian yang menyenangkan. namun ketika claire ke bawah, theo menghentikan permainan biolanya. "eh? pekerjaan baru?" katanya.

lalu dia mengintip dari atap. melihat venus yang masih tidur dan claire yang menghapirinya. "semoga saja tidak terlalu merepotkan" gumamnya.

mendengar kata-kata venus, akhirnya theo membereskan biolanya dan langsung masuk. "kudengar ada tugas baru? apa?"

"Ah... tugas baru... Theo... tunggu..." pinta Rejaku, dia sendiri buru-buru menyusul Theo kebawah.

"Umm... permisi..." katanya seraya mengambil salah satu tempat duduk di ruangan dibawah. Dia lalu duduk diam, memperhatikan Venus.

Venus terdiam... tiba-tiba saja ruangannya penuh.

"Loh... tumben kalian semua ada di sini," ucapnya sambil menyeduh kembali secangkir teh, santai.

"Kalau ada tugas dari si Tuan Baik Hati saja cepat datangnya..." komentarnya, berupa sindiran lebih tepatnya.

Venus tidak ingin memulai sebelum semuanya tenang.

"Oh, Nona Venus, sebentar, Shuuji tadi masih tidur..." Rejaku beranjak dari kursinya, dan menemukan Shuuji di kamarnya.

"Shuuji... ada rapat... kau cepat bergabung... atau kau masih mengantuk?" tanya Rejaku pelan.

Venus hanya menghela nafasnya...

"Hai... hai..." ucapnya biasa saja kemudian meminum tehnya, tentu dengan gayanya yang elegan.

"Ternyata si kutu buku juga suka tertidur ya," ucapnya datar.

Lokasi: masih di kamar shuuji yg gelap

shuuji yg sedang asyik tertidur, dibangunkan oleh sebuah suara. "berisik..." serunya sambil mengayunkan tangan dan mata yg tertutup.

Keadaan diam sejenak sampai ia menyadari satu kata. 'tugas'. Meloading sejenak.

*sret*

ia pun kemudian segera bangun, namun masih dalam keadaan stengah sadar. Meloading lagi. Tak lama ia pun segera menuju kamar mandi sejenak untuk membasahi muka dan mengambil jubahnya.

"ayo..."

(lokasi: ruang utama)

akhirnya Shuuji sampai di ruang utama. Ia segera duduk di pojokan untuk mendengarkan tugas berikutnya.

Venus merasa semuanya telah berkumpul, ia merasa banyak saja orang yang ada di sana...

"Yah sebenarnya ini bukan tugas, hanya tambahan informasi... tentang uhm, kunci," ia berucap sembari mengayun-ayunkan tangannya. "Jadi... mungkin tugasnya adalah kalian bergerak dalam kelompok yang sama, kembali masuk lewat pintu depan. Bersikaplah tenang seakan ini adalah kunjungan wisata, lalu carilah informasi tentang sesuatu yang seperti kunci," Venus menahan kata-katanya.

Ia beranjak berdiri, berjalan mengeliling sambil terus berkata-kata. "Kunci itu bisa saja sebuah benda, bisa juga sesuatu yang kasat mata seperti energi spiritual atau sumber sihir, atau benda yang dikeramatkan, atau bisa saja benda yang sama sekali tidak terpikir sebagai kunci.

"Petunjuknya adalah... benda ini memancarkan energi spiritual yang lain. Shuuji dan Claire memiliki energi spiritual yang cukup untuk merasakan perbedaan dari energi spiritual di sekelilingnya. Namun energi ini tidak selalu memancarkan apa yang ada di dalamnya dan tingkat perbedaan dengan energi pada umumnya sangatlah tipis." Ia berhenti berbicara, kembali duduk di kursinya.

"Laporkan segala bentuk kunci yang kalian temukan."

Selesai.

Shuuji hanya mengangguk. Ia mengerti dengan tugasnya dan sepertinya tugas kali ini membutuhkan kemampuannya spiritualnya.

Namun hanya satu yang ia tidak setuju dari rencana tugas kali ini.

"pintu depan?... Basement!" serunya sdikit keras.

Ia tidak setuju bila disuruh masuk lewat pintu depan.

"aku mau sedikit melaporkan. Kalau benda yang dikeramatkan aku sih tahu. Di tower dan municipal, mereka mengeramatkan sumber air mereka yang merupakan bulu sayap. Itu bukan energi biasa. Tapi aku tidak bisa melihatnya karena sangat dilindungi. Itu hanya laporan, kurasa kemungkinan itu kunci adalah 40%. Nanti akan kucari lagi." ujar claire panjang lebar. Dia itu sudah lama ingin melaporkan tentang ini.

lalu claire mendekati venus.
"nona, ada yang harus kubisikkan karena ini rahasia." claire menghampiri dan berbisik.

"ada yang aneh dengan energi di fallen palace. Aku juga melihat naga putih seperti milik tuan ralph... Kurasa" bisik claire.

"Ah... kunci... ya...?" Rejaku mengernyit, mencoba mengingat-ingat apa saja yang dilihatnya.

Rasanya selama ini yang dilihatnya biasa-biasa saja, tidak ada yang menarik, yang dirasakannya juga biasa saja.

"*deg!*Eh...?" Hmm? Emblem Forbidden Hunter milik Rejaku berdenyut, tanda kalau pernah ada monster legenda di dimensi ini.

"Langsung berhenti... berarti jauh sekali..." gumamnya tanpa suara.

Mengesampingkan keluhannya, Shuuji juga setuju menanggapi pernyataan Claire.

"benar... mata air... municipal... energi spiritual yg... aneh..."

walaupun sebenarnya Shuuji memberatkan bahwa mata air itu adalah kunci.