[RP] Feel the Pain

"hah ayo lanjut kan "

"Sebentar," Ivo pun kembali melihat
keadaan di belakang, yeah, Allan dan Ruu, serta dua orang dari
Municipal yang menjadi 'umpan' makhluk-makhluk Raptor itu. Nampaknya
krustasea itu belum menampakkan tanda-tanda akan menyerang...

"Baiklah,
aku akan menyelesaikannya dengan cepat sebelum monster itu menyerang
kembali," ujar Ivo sambil memegang peralatan reparasinya, siap
memperbaiki tangan Rena. "Untung kerusakannya tidak begitu, setidaknya
akan selesai dalam waktu sepuluh sampai lima belas menit." Ia pun
mengutak-atik lengan Rena yang rusak itu.


........................


Lima belas menit pun berlalu.

"Selesai,
kau boleh bergerak sesukamu sekarang," Ivo pun mengusap keringat di
dahinya. "Duh, makin siang makin panas saja, padahal mendung."

HELLO? Ingatkah kamu dengan tugasmu... Prioritas utamamu? Mengalahkan mutan ungu itu, hei nona Deuz.

Satu keprokan dari tangannya. Tanda perintah, seperti biasa. "Hikarakuyou, Dai Ensaihou... Incar antenanya."

Ruu pun dengan sigap meloncat ke kepala mutan itu, kemudian mencoba memotong antena yang merupakan alat keseimbangannya itu. *PRAK! ZLEB! JLEB!* Sekuat apapun Ruu, tak ada gunanya. Antenanya keras sekali, susah memotongnya..

Trang! Tring!

Suara gesekan antara sebuah pedang dengan berpuluh-puluh cakar tajam yang ada disana. Kazuma terlihat agak kerepotan melawan semuanya sendiri, sedangkan anak gadis bertopi biru sedang enak-enaknya berdiri disana tanpa melakukan apa-apa. "Hei, lakukan sesuatu, anak kecil!" teriaknya, sambil menghindari serangan seekor Raptor.

Tidak sadar, Kazuma pun diserang oleh seekor Raptor, dicakar di bagian lengan.
"Cih, dasar mutan sial," omelnya. "Prima, keluarlah!"
Muncullah! Kudan kesayangannya, Prima. Berbalutkan api, ia pun siap menyerang para Raptor itu.

BWOOOOOOSH.

Suara api membara, membakar setidaknya lima Raptor disana. Namun, masih ada banyak lagi di sebelah sana. "Sial, tidak ada habis-habisnya," gumam Kazuma.

"Hmm" rena mengerakan tangan nya yang sudah di perbaiki "yeh sekarang sudah normal kembali,terima kasih ivo" kata rena.
"sekarang kyoukusin no rena " *zrak zrak * 13 hit kembali di lancarkan rena ke arah anntena mutan itu "hah sedikit lagi akan terpotong " gumam rena.

"Hmm" rena mengerakan tangan nya yang sudah di perbaiki "yeh sekarang sudah normal kembali,terima kasih ivo" kata rena.

"Yah, sama-sama," Ivo kemudian kembali memfokuskan perhatiannya pada 'antena'. "Hikarakuyou, Kagutsuchi. Bakar antenanya, tembakkan peluru MAX!!" teriaknya.

Syuuuuut.

Dengan lenturnya Ruu melompat ke udara, kemudian bersiap-siap untuk menembakkan peluru api kembali. *DOR! DOR! DOR* Suara yang di hasilkan senjata di tangan kanan Ruu. Antenanya berhasil terbakar, setidaknya membuat gerakan krustasea ini berhenti sejenak. "Kerja bagus, Ruu! Sekarang, hantam cangkangnya!" seru Ivo sambil tersenyum sinis.

Lalu mutan itu mulai menggali lubang raksasa. Menghilang dari permukaan bumi. Kelihatannya semua orang menarik nafas lega, namun Ivo tidak berpikir demikian... Rasanya akan ada sesuatu yang buruk akan terjad... Tapi apa?

Kelihatannya semua orang menarik nafas lega, namun Ivo tidak berpikir demikian... Rasanya akan ada sesuatu yang buruk akan terjad... Tapi apa?,"sesuatu yang buruk apa ?" kata rena pada ivo sambil melihat kearahnya,rena pun mengambil kembali pisau yang tadi dia lemparkan pada raptor.

"sesuatu yang buruk apa ?"

"Tidak, ini cuma perasaanku saja," balas Ivo, sambil melihat keadaan di sekitarnya. "Mutan itu sepertinya menghilang bukan karena takut, namun mungkin ia akan melancarkan serangan balik... Membuatku merinding memikirkannya."

Well, setelah beberapa menit kau menunggu, mutan raksasa itu tak jua muncul. Ivo pun tersenyum lega, sekarang ia bisa memfokuskan diri terhadap mutan-mutan raptor itu.

Tampaknya semuanya telah selesai sampai disini...




Drrrrrt... Drrrrrt...

"Ge-gempa!" seru Ivo sambil berpegangan pada reruntuhan batu disampingnya, berusaha agar tidak terjatuh. Ketakutannya terwujud, pasir-pasir di permukaan tanah merosot ke dalam bumi, kelihatan sosok mutan itu, siap menerkam siapa saja yang dilewatinya. Ivo pun mengucurkan keringat dingin, tidak biasanya ia ketakutan seperti ini.

"SEMUANYA!!! LARI DARI SINI!!!"

"apa lari dari sini? aku tidak akan lari aku akan membunuh mutan itu agar semua menjadi tenang " kata rena sambil berlari mengarah ke mutan yang berada di bawah "kyoukusin no rena" zrak zrak trank "MATI KAU " teriak rena,tapi sayang rena ter capit oleh capit mutan yang besar itu "ugh,sial" keluh nya

"apa lari dari sini? aku tidak akan lari aku akan membunuh mutan itu agar semua menjadi tenang " kata rena sambil berlari mengarah ke mutan yang berada di bawah

"Bodoh!!! Jangan kesitu-" seru gadis berambut putih keperakan ini. Terlambat, Rena sudah keburu menyerang mutan itu dan tercapit oleh krustasea ungu itu.

"Cih, perempuan aneh," omelnya. "Sudah kukatakan sebelumnya, benar? Jangan ceroboh!" Ia pun cepat-cepat menyuruh Ruu untuk menarik Rena keluar. Sayangnya, cengkeraman monster itu kuat sekali, Ruu sama sekali tidak bisa menarik Rena.

"Ahh," desah Ivo. "Bagaimana ini? Jika tidak cepat-cepat, perempuan itu keburu mati." Gumamnya.

"ugh,part tubuh kuh apakah akan hancur di sini " denga suara melemah .mutan itu mencengkram rena dengan sangat kuat."sudah j-jangan p-pikirkan a-aku l-lari lah" kata rena kepada ivo dan run dengan suara yang melemah dan senyum .

"sudah j-jangan p-pikirkan a-aku l-lari lah" kata rena kepada ivo dan run dengan suara yang melemah dan senyum .

"Tidak akan," bantah Ivo sambil kembali mengusap keringat di dahinya. "Kau adalah rekan sesama kubu, aku diwajibkan untuk menolongmu... Jangan putus asa dulu, hei Rena."

Ivo pun memancarkan aura kemarahan. "Hibashiri. Hikarakuyou. Housenka no Mai!"

Tangan Ruu, berubah menjadi senjata pelempar api (lagi), namun bukan berbentuk meriam tapi semacam pedang panjang sejenis katana, membara karena api. "Siapapun, apapun itu yang melukai rekanku, akan kuhabisi walaupun mengorbankan nyawaku!" Seru Ivo. Ruu akhirnya melompat ke arah capit monster itu, lalu mencoba memotong capitnya. Serangan yang jauh lebih kuat dari sebelumnya, diakibatkan tekanan api dari pedang, meningkatkan daya hancur serangan Ruu.

Satu jentikkan dari tangannya, Ruu pun berhasil memotong capit krustasea itu. Dengan sigap ia menangkap Rena yang terjatuh, bersama capit yang mencengkeramnya. Lendir bermuncratan dari lengan krustasea itu, agaknya membuat Ivo mual melihat benda menjijikan itu. Ruu menarik Rena dari cengkeraman capit itu. Minyak bersebaran dari tubuhnya, sebagian tubuhnya kelihatan remuk akibat serangan tadi. "Sial, Rena.." Ucap Ivo.

Uh-oh. Mutan itu makin marah.

"huh" rena terbangun dengan sebagian tubuhnya hancur "m-mengapa kau menyelamat kan ku? Dasar bodoh itu adalah kesempatan mu untuk lari " kata rena,part yang di dalam tubuh nya tiba mati rena pun tak sadar kan diri.

"..."

Belum sempat menjawab, sistem tubuh Rena down. Ia pun... Pingsan.

"Hei, sadarlah! Hei!" Ivo menepuk-nepuk pipi Rena. Ia pun bertanya-tanya tentang minyak aneh yang keluar dari tubuhnya. Ia pun mengambil sedikit sampel dari minyak tersebut, menyimpannya dalam kantung kecil untuk diteliti nanti. "Ruu, bagikan sedikit persediaan energimu kepada gadis ini, aku akan sekalian mencoba mereparasinya... Walau tidak begitu yakin juga..."

Ivo pun melihat keadaan sekitar. Dua orang dari Municipal sedang bertarung melawan Raptor-raptor cilik, sedangkan Allan berdiri disana, tidak terkena dampak serangan.. Cosmo--dimanakah dia?

Sudahlah, rekan satu kubunya kini kesakitan, ia harus paling tidak membuatnya kembali sadar. Karena Ivo tahu kekuatannya itu bisa dimanfaatkan. Jika ia mati, bagaimana ia harus melapor kepada Leader Wang? Ivo pun mengambil tool box-nya lalu mencoba mereparasi Rena yang terbaring tidak berdaya. Harap-harap cemas, karena ia tidak tahu sumber energi Rena--makanya ia mencoba mencocokannya dengan milik Ruu.

"Sabarlah, sebentar lagi selesai."

Mutan krustasea itu kembali menggali tanah, kelihatannya bersiap untuk penyerangan tiba-tiba....

OOT: Wah saya ketinggalan - -a

-----------

BRUK!

Isse terlempar jauh akibat dampak serangan tadi, dan kini ia terbentur tembok puing bangunan di sebelah sana. "Uung," rintihnya.

Ia kemudian melihat rekannya dari Municipal, Kazuma, sedang bertarung sendirian, menggunakan pedangnya dan seorang manusia berekor rubah? Itu pasti kudan, pikir Isse. Sebenarnya ia malas, namun ia ingin sekali membantu rekannya itu. Kemudian ia mengangkat sebongkah batu dan melemparnya ke arah seekor raptor. "Yeah! Berhasil!" Teriaknya.

Sedangkan, ia menarik nafas lega melihat mutan ungu yang menghilang dari permukaan bumi.. Untuk sementara..

NJRIT KETINGGALAN JAUH BANGET =.=a
gomen Ai chaaaaaaaaaann....baru bisa rep sekarang~
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Merasa penasaran. Kaki melangkah keluar. Merasa sumpek berada terus di dalam ruangan. Zelva memakai jubah hijaunya dan melangkah ke luar Tokyo Tower. "hhhhhhhh"

Dalam hati ia ingin berkesplorasi lagi. Padahal cuaca sangat tidak mendukung. Mendongak ke atas, dilihatnya awan yang menggumpal berwarna abu abu, seolah menampung air dan suatu saat bisa saja tumpah dan mengguyurnya sampai basah kuyup.

Di luar, belum melangkah jauh, dilihatnya banyak orang berkerumun .Dan orang orang itu...begitu asing baginya.

"Siapa kalian?" Tanyanya sambil bergerak waspada, mendekati mereka.

"Siapa kalian?"

Sesosok pria berjubah hijau menghampiri mereka. Dia.. Zelva, Zelva O' Connel, seorang vampire hunter, yeah, berasal dari kubu yang sama dengannya. Tidak mungkin seorang Vampire Hunter berada di kubu Municipal, benar?

"Saya? Saya Yvonne, panggil saja Ivo atau apalah terserah anda," ucapnya, kemudian muncul akal untuk memanfaatkan pria berambut blonde itu. "Oke, karena anda berada disini, berarti anda harus membantu kami. Seekor mutan bertipe krustasea berwarna ungu hampir membunuh kita semua disini, bagaimana jika anda membantu kami mengalahkannya? Serahkan mutan-mutan kecil itu kepada tikus-tikus dari Municipal itu." Kemudian melanjutkan kegiatannya mereparasi Rena.

------

OOT: Zelva-niisan~
Akhirnya rep juga~~~ *pelok Zelva-sen

Tenang aja, masih nyambung kok :3

"Oke, karena anda berada disini, berarti anda harus membantu kami. Seekor mutan bertipe krustasea berwarna ungu hampir membunuh kita semua disini, bagaimana jika anda membantu kami mengalahkannya? Serahkan mutan-mutan kecil itu kepada tikus-tikus dari Municipal itu."

.........APA? Baru saja datang sudah disuruh suruh sama anak ini? Zelva sempat naik darah. Tapi melihat keadaannya, yaitu bahwa anak ini ternyata adalah satu kubu dengannya dan banyaknya mutan yang mengerubungi mereka, akhirnya Zelva berpikir untuk membantu.


"Baiklah. Aku akan membantu." Katanya sambil mengeluarkan busurnya dan mulai membidik mutan yang ada persis di depannya

WHUSSS
Dengan penuh perhitungan, Panah mulai dilayangkan. . Ingat, membasmi mutan tidak boleh sembarangan, atau kau sendiri yang akan celaka.

"Baiklah. Aku akan membantu." Katanya sambil mengeluarkan busurnya dan mulai membidik mutan yang ada persis di depannya.

"Baguslah," responnya sambil masih mengutak-atik Rena. Ia sedikit kesusahan karena ternyata sumber energi Ruu tidak sama dengan Rena. Yang membuatnya bingung adalah, minyak aneh yang mengucur dari tubuhnya. Kemudian ia sedikit mengendusnya...

Bau minyak tanah.

Begitulah kalimat yang terlintas di pikirannya saat ia mencium minyak tersebut. "Minyak... Tanah?" Gumamnya.

Tanpa sadar, seekor Raptor lolos dari incaran tikus-tikus Municipal itu, menghampirinya dan Rena--siap menerkam mereka. Ivo menoleh kebelakang, karena tadi ia mendengar suara aneh. Namun terlambat, lengannya dicakar oleh kuku-kuku tajam Raptor itu. "Cih! Bertambah lagi masalah.."

..........

Hei, hei, hei.

Tanah kembali bergetar.

Suasana menjadi kembali seperti tadi.. Ivo menjadi makin panik, karena makhluk krustasea itu akan menyerang mereka kembali, dan ia berada dalam ruang lingkup serangan monster yang bernama Daimyo Hermitaur itu. Ia ingin kabur, namun ia tidak kuat mengangkat Rena yang terkapar tak berdaya itu.

Serius. Hari ini Ivo bukan seperti biasanya...
Biasanya ia maniak dalam berburu tetapi hari ini.. Ia ketakutan seperti anak bayi saja.

Tiba tiba system tubuh rena the druid system aktif dan langsung mengangkat ivo dan membawanya menjauh dari area serangan daimyo hermitaur. entah ada apa system druid biasanya akan menghacur kan segalanya,rena dengan tubuhnya yang masih setengah di reparasi langsung membunuh raptor yang menyerang.

Serta merta Zelva mencium bau minyak tanah. tunggu. Minyak tanah????

baunya bersumber dari wanita berambut biru itu. Apa dia mau membakar diri?/ oke. kesimpulan yang tidak mungkin. dan sempat dilihatnya anak itu dicakar oleh para raptor. Sepertinyua lawannya kali ini sangat berbahaya. Ia harus sangat hati hati.

Tanah bergetar. For God sake. Kenapa banyak sekali monster berbahaya disini??? Zelva mulai berpikir apakah wilayah ini adalah wilayah yang aman untuk dihuni??
keluar sosok monster yang baru ia lihat. Sangat besar dan ia tahu ia tak akan bisa menghadapinya sendirian.

"Kau, bantu aku!" katanya memerintah sambil berusaha untuk membidik titik kelemahan dari sang monster. Maaf saja. Bukan maunya untuk memerintah. Tapi dalam situasi seperti ini?

"Kyaaaa!"

Ivo terkaget-kaget melihat Rena yang tiba-tiba kembali aktif dan menggotongnya ke tempat aman. Sejak kapan ia kembali normal? Pikirnya sambil menguras otak. Really, it's a miracle.

"Kau, bantu aku!"

"Berbicara padaku?" balas Ivo sambil menepuk-nepuk roknya yang terkena debu. "Yeah, aku tahu kau sedang sibuk di sebelah sana, tapi lihat situasi dulu!"

Benar juga, kali ini memang ia harus fokus terhadap mutan yang besar, karena memang itulah yang diincarnya dari tadi--karena telah mencelakai Ruu. Ia sama sekali tidak tertarik oleh mutan sejenis Raptor yang tadi menyerangnya itu. Sambil memegang luka cakaran di lengannya, Ivo pun bangkit dari tempatnya duduk tadi. "Rena, tunggu disini ya, aku dan Ruu akan mencoba mengalahkannya," ucap gadis berambut perak ini, walaupun dalam hati ia tidak begitu yakin juga.

Wuuuuuuuuush.

Monster itu kemudian melompat tinggi-tinggi ke udara. "...?" gumam Ivo terheran-heran. Apa lagi yang akan dilakukannya? Lalu Ivo menyadari bahwa mutan itu akan kembali terjun ke permukaan darat.

"LARI!"

Monster itu kemudian melompat tinggi-tinggi ke udara. "...?" gumam Ivo terheran-heran. Apa lagi yang akan dilakukannya? Lalu Ivo menyadari bahwa mutan itu akan kembali terjun ke permukaan darat.

"LARI!"
rena yang masih dalam druid system tiba langsung melompat ke arah mutan yang sedang berada di udara "kyoukusin no rena" *zrak zrak zrak * tiba2 anntena yang satu lagi dari mutan itu terpotong,mutan itu tersungkur ke tanah.

BLAAAAAM!

Suara debaman mutan itu ketika jatuh ke permukaan tanah. Kemudian gelombang aneh muncul disekitarnya, membuat Ivo terpental dan terbentur dinding di sana.

"Agh," rintihnya sambil menahan luka di lengannya. Darah kian bercucuran tak berhenti, inilah yang membuatnya panik takut kehabisan darah. "Dasar mutan jelek."

Memang, kini mutan itu tidak bergerak lagi setelah antena keseimbangannya dipotong oleh Rena, tapi tetap saja jantung Ivo berdebar-debar. Ia ingin sekali membunuh mutan berwarna ungu itu, tapi cangkang luarnya keras sekali. Sepertinya ia harus minta pendapat Allan...

Masalah terakhir, bagaimana membunuh krustasea raksasa itu?

Tiba tiba system rena kembali mati akibat terlalu panas *BRUK*suara rena terjatuh dari ketinggian.Rena yang dalam ke adaan rusak sangat parah akibat terlalu panas dan akibat tercapit membut system nya mengalami rusak sangat parah.

BWOOOOOOSH.

*BRAK!*

"Sial, mutan ini tak ada habis-habisnya," gumam Kazuma sambil menghindar dari Raptor yang terbakar karena serangan kudannya itu. Ia terlalu fokus terhadap mutan-mutan kecil ini sampai-sampai ia lupa rekannya di sebelah sana. Ia pun berlari meninggalkan raptor-raptor itu, kemudian menghampiri gadis kecil rekan satu kubunya yang terluka di sebelah sana. "Hei, kamu tidak apa-apa?" ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Ia tidak begitu perduli apa yang terjadi dengan Tokyo Tower, karena menjaga keselamatan rekannya adalah kewajibannya.

*BRUK!*

Apa lagi itu? Kembali suara debaman. Bukan mutan, bukan reruntuhan batu. Ivo pun mencari asal suara itu.

Rena.

Ia terjatuh dari ketinggian yang menakjubkan itu, kini tubuhnya kembali rusak parah. "Cih, dasar perempuan sembrono!" gumam Ivo sambil berlari menghampirinya. "Hei, bangun, sadarlah!" Lalu kembali menepuk-nepuk pipi Rena untuk membangunkannya.

Ivo pun menarik toolbox-nya, lalu mencoba mereparasinya lagi. "Kamu sih, belum sembuh benar sudah terlalu memaksakan diri," ujar Ivo. Ia makin kebingungan karena kini kerja sistem mekanisme dalam tubuh gadis persocon itu makin tidak beraturan akibat serangan yang tadi dan sebelumnya. Minyak kian bercucuran dari sekitar tubuhnya, inilah asal penyebab kerusakannya. Energinya menipis.

"Ruu, kembalilah ke kamar dan ambillah segentong minyak yang kubeli dari seorang pedagang di menara, lalu bawa kesini," perintah Ivo sambil mengambil obengnya dari kotak peralatannya.