[RPBattle] Kamaitachi Ren - Zelva O' Connel

OOC :
* Closed, hanya untuk Zelva-niisan~
* Lokasi : Perbatasan
* Waktu : sore hari--menjelang malam
* Timeline : RP ini sama sekali tidak ada hubungan dan tidak ada efeknya terhadap general RP maupun main RP xD

--------------------

"Ahhh.. Seharusnya di reruntuhan yang tadi itu memang belok kanan... Jadi makin tersesat deh~" Ren menggaruk-garuk kepalanya sambil melihat ke sekitarnya. "Siaaaal, padahal dua jam yang lalu selesai berburu~ Kalau saja tadi aku mengajak teman-teman Municipal lainnya untuk ikut~ Mana aku lupa bawa senter lagi!"

Tuhan.

Petang begini Ren masih tersesat (wajarlah karena ia adalah member baru Municipal Building) jadi ia lupa arah kembali ke gedung Parlementer itu. Tetapi, sesuatu muncul di benaknya. "Eh, tunggu dulu, kalau begini berarti aku bisa lebih puas hunting dong. Baiklah, mari berburu~" pikirnya spontan sambil tersenyum lebar. Asyik, waktu berburunya bertambah! Ia mempersiapkan Crescent Blade-nya untuk berjaga-jaga bila ada mutan tiba-tiba menyerangnya.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki menghantui gelapnya perbatasan. "Si-siapa disana??" teriak Ren, sambil mengangkat pisau berbentuk bulan sabitnya itu. "Mutankah?"

Zelva melangkah ke luar Tokyo Tower. Dia ingin lebih mengenal daerah ini agar kejadian seperti waktu itu tidak terjadi lagi.

"hhhhhh..." Ia hanya mendesah. Sungguh acara berjalan jalan yang tidak menyenangkan baginya. Bagaimana tidak? sejauh mata memandang, yang hanya ia lihat itu itu saja.

Bangunan runtuh. Puing puingnya. Malas sekali Zelva melihatnya. Tetapi mau tak mau ia harus mau untuk mengenal lebih jauh dimensi tempat tinggalnya sekarang.

"Si-siapa disana??" hah? ada orang di tempat segelap ini..?
"Mutankah?" "bukan." respon Zelva sambil berjalan mendekati sumber suara. dan betapa kagetnya dia melihat wanita yang waktu itu pernah ditemuinya pada waktu ia hampir saja bertarung dengan Vampire wanita itu.

"kau....?"

"Ah, kakak!" teriak Ren kaget. "Kakak.. rasanya aku pernah bertemu kakak deh.. Ngomong-ngomong, kakak siapa?"

Hei, hei, hei.

Rupanya Ren lupa dengan lelaki dari kubu musuh yang ditemuinya beberapa waktu lalu. Dengan polosnya ia memandang laki-laki berjubah hijau itu. "Kakak sedang apa disini? Mau ikutan berburu juga?"

Brak!

Sebuah puing bangunan besar terjatuh di belakang Ren. Mutan berbentuk ular aneh kemudian muncul secara tiba-tiba.

"Lucky~ Ketemu mutan!! Yeah~" ucapnya sambil bersiul tidak jelas sambil menggenggam Crescent Blade-nya. Ia pun melempar pisau sabitnya itu macam bumerang dan membelah mutan itu jadi dua.

Uh-oh, namun apa yang terjadi.

Karena layaknya bumerang, pisau itu kembali lagi ke arah Ren, namun ia gagal menangkapnya dan kemudian mata tajam pisau itu mengenai pipi Zelva yang berdiri dibelakangnya.

"Gawat!"

Ren, kamu mau mengundang pertarungan apa? Jelas-jelas dia musuh! Ren pun terpaku di tempat memandang darah mengucur keluar dari pipi Zelva. Raut wajah Zelva nampaknya tidak enak dilihat...

Sial bagi Ren, nampaknya akan ada pertarungan disana.

Manuisia dari kubu musuh rupanya. namun Zelva tidak merasa manusia ini berbahaya atau semacamnya. jadi ya....diladeni sajalah.

"Kakak.. rasanya aku pernah bertemu kakak deh.. Ngomong-ngomong, kakak siapa?" "Saya Zelva" jawabnya singkat,malas berpanjang panjang

"Kakak sedang apa disini? Mau ikutan berburu juga?"

Apa? berburu? oh iya. anak ini kan maniak berburu ya..?"tidak,aku tak mau berburu.Silakan saja kalau kau mau" jawabnya cuek.
syuuuut! sebuah pisau berbentuk bulan sabit terbang dan mengenai pipinya. darah pun mengalir dari sana. "Kau! Apa maumu hah????" katanya dengan darah yang mendidih,marah.

"A-ah... Aku tidak sengaja.." ucapnya sambil mengambil kembali Crescent Blade-nya yang terjatuh. "Dan lagi yang menetes itu.. Darah?"

Ren menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak Ren, kau tidak boleh ketakutan sekarang. Laki-laki yang berdiri dihadapanmu berasal dari kubu musuh. Bisa saja ia menyerangmu kalau kau terbujur kaku ketakutan karena DARAH. Haruskah kau melawannya? Pikir gadis kecil yang polos itu. Zelva pun mengernyitkan keningnya. Oh bagus, ia setuju untuk sebuah pertarungan.

--------------

HP awal: 25x10+300= 550

'Sudah tau masih bertanya..?? yaiyalah darah!! nene nenek renta tua keriput juga tau!' kata Zelva dalam hati kesal. Mukanya yang menyiratkan ketakutan saat menyebut kata darah membuat Zelva berasumsi bahwa Manusia ini takut akan darah. "Takut darah hah??? kalau takut akan darah mengapa kau buat orang lain BERDARAH HAH??" Tanyanya penuh emosi.

Panah mulai dikeluarkan.Busur sudah di tangan.

"bersiap siaplah kau" katanya dengan nada rendah yang sarat akan emosi.

Random number (1,100) : 36

Zelva mulai meluncurkan panah beracunnya ke arah gadis itu.

HP: 550-36 = 514

---------------------

Whuuuuush.

Kau bisa mendengar suara panah itu melesat saking cepatnya. Dan JLEB! Panah itu bersarang di perut bagian kanan bawah Ren. Untungnya, tidak mencederai organ vitalnya. "Sakit..." ucapnya perlahan-lahan, sambil mencoba mencabut panah itu dari perutnya.

Ren pun menggambar panel sihir di udara, mencoba melancarkan serangan balasan kepada Zelva. Lingkaran-lingkaran sihir mulai muncul di sekitar Ren. "Aku baru mempelajari ini beberapa waktu lalu, namun aku mencoba untuk melakukannya pada kakak... Wind Cannon!"

Random number (1,100) : 72

HP :550 - 72 =478(WHAT?????)
---------------------------------------------------

DUAK! Zelva terbanting ke belakang. kuat juga manusia ini rupanya.

"urgh," sambil mengelap pipinya dengan tangannya ia mulai melancarkan serangan lagi.

"dasar wanita."

whuuuuus!! panah beracun dilayangkan lagi olehnya,berharap yang kali ini dapat segera melumpuhkannya.

Random number (1,100) : 83

"Uagh!" ucap Ren. Serangan panah intu membuatnya terlempar jauh ke belakang. Ya, tubuhnya ringan sih.

Degg.

Apa-apaan ini? Detak jantung Ren mulai tidak beres. Terlalu cepat untuk keadaan normal. Apakah di panah yang mengenai perutnya tadi ada racunnya?

Serius, Ren menjadi pusing.

Kesal, Ren mengangkat Crescent Blade-nya yang tergeletak di atas permukaan tanah yang gersang itu. Pusing bukan main kepalanya. Laki-laki pemburu vampir itu terlihat menjadi dua di mata Ren. "Haduh, kok pusing begini yah?"


Ren kembali menggambarkan panel sihir di sekitarnya. Bila ia menyerang menggunakan Crescent Blade-nya yang dilempar seperti bumerang, ia tahu kepalanya terlalu pusing untuk membidik dengan baik. Membaca sedikit mantra, Ren memutar-mutar pisaunya sambil menunjuk ke arah Zelva.

"Wind Cutter! Rasakan!"

Random number (1,100) : 57

HP :478 -57= 421
--------------------------------------------

Kali ini zelva sudah berdiri dengan terhuyung huyung.

"Sial. masa kalah sama anak kecil sih..."Gumamnya geram.

tanpa banyak bicara dia mulai meluncurkan panahnya lagi, kali ini 2 sekaligus.

Random number (1,100) : 86

Sebelumnya HP 514-83= 431
Kemudian 431-86= 345

-------------------------------

"Akh!"

Kedua panah yang dilancarkan Zelva tadi mengenai kedua kakinya. Dan brukk. Ia pun jatuh terjerembap di atas tanah.

"I-ini... Pertarungan pertamaku melawan manusia... Aku tidak b-boleh kalah sampai disini." pikirnya. Tapi apa daya, reaksi racun Zelva makin bertambah dalam tubuh Ren. Kepalanya terlalu pusing untuk berdiri kembali.

Mengambil Crescent Blade-nya, ia pun kembali menggambar panel sihir di udara. Membaca mantra, lagi. "Von Aigz Erns Serva Aireszvire en Aghte Fohg"

Kemudian angin disekitar Ren memadat menjadi projektil berbentuk bulan sabit dan mulai menyerang Zelva.

Random number (1,100) : 32

------------------------

OOte: Mantranya saya ngasal saja ' 'a *plakk

HP :421 - 24= 397
-----------------------------------------------------
Serangan yang dilancarkannya kali ini tidak begitu berpengaruh bagi Zelva. Sepertinya racun panahnya sudah mulai bereaksi di dalam tubuhnya. "Kenapa kau,anak kecil? sudah tidak kuatkah?"

Dan tanpa rasa belas kasihan dia mulai menyerang lagi dengan panahnya. Kali ini tidak memakai busur,namun memakai tangannya agar lebih cepat mengenai sang lawan.

Hei.Lebih cepat semakin baik kan?

Random number (1,100) : 85

Random number (1,100) : 82

saya salah pencet ^^;
Dan begitu balik Randnya berubah *dibantai seporum
Ya sudahlah~ HP: 345-85= 260 (KEJAMNYA DIKAUU ZELVAAAA!!!! TERHADAP ANAK TAK BERDAYA MACAM RENN!!! *dibunuh puppet masternya)

-----------------------------------

"Uhuk! Uhuk!"

Ren memuntahkan darah. Susah baginya untuk membidik Zelva dengan baik, namun ia tidak mau menyerah, ia masih mampu untuk bertarung walaupun sedang keracunan dan sedikit lumpuh. Ia pun mencoba lagi membaca mantera yang dilakukannya barusan, kali ini proyektil yang muncul sedikit lebih besar dan runcing.

[Rand]100[/Rand]

HP :397-82 =315
-----------------------------------

Sudah muntah darah rupanya. Mendengar suara batuk dan darah yang dikeluarkan oleh sang anak cukup membuat Zelva yakin bahwa racunnya itu bekerja dengan sangat baik.
Untuk berjaga jaga,Zelva terus melancarkan serangan tanpa belas kasihan.
Dia tahu bahwa anak ini tetap berbahaya meskipun kondisinya sudah melemah.

Random number (1,100) : 71

HP: 260 - 71= 189

------------------------------

Tanpa banyak bicara, Ren mulai menggambar panel sihir lagi di udara. Raut mukanya yang berubah menjadi pucat--nampaknya yang mengendalikan dirinya hanya tekadnya. Sial laki-laki itu, pikirnya. Tega-teganya terhadap anak kecil??

Kemudian hembusan angin yang memadat menyerang Zelva dengan cepatnya.

Random number (1,100) : 71

OOC Zelva itu emang nggak punya belas kasihan.so...prepare! fufufufufufuffu.....*ketawa licik ala Yuuko*

HP= 315-71= 244
----------------------------------------------------------------------------------------------
Serangan yang membuat Zelva tersungkur sekali lagi membuatnya sangat kesal.
"dasar anak kecil!!!!!" serunya marah.

berusaha berdiri, diseimbangkannya langkahnya yang terhuyung huyung.

"kau," Katanya dengan muka yang masih berlumuran darah. "KAU!!!!!!!!!!!"
Amarahnya sudah mencapai puncaknya. Gila.ini sih sudah tidak lucu lagi. ia mengamuk sambil terus menerus melemparkan pana beracunnya itu.

Random number (1,100) : 21

OOT: Ya sudahlah, saya jaga jarak saja *lirik puppet master, dibantai↲
↲
-----↲↲


ah, nampaknya tuan vampire hunter yang tidak punya rasa belas kasihan itu pun sepertinya sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk menyerang, benar? Serangan tadi hanya menimbulkan luka lecet di pipi Ren. "Wah, nampaknya anda sudah lelah, kakak jubah hijau.."↲

Menggambari area sekitarnya dengan panel sihir, Ren pun menyerang balik Zelva.↲
↲

Random number (1,100) : 48

HP : 244-48 =196
------------------------------------------------

Lagi lagi Zelva terpelanting karena sihir anak yang cukup kuat itu. "hmph" katanyua sambil terus mengusapi darah yang mengalir disekitar mulutnya. Luka yang dideritanya mungkin luka yang cukup parah. Tetapi ia sangat yakin sekarang racun itu telah bekerja dengan ganasnya didalam tubuh anak maniak berburu itu.

Dan lagi lagi,tanpa belas kasih ia pun mempersiapkan busurnya,menyerang.

Random number (1,100) : 56

HP: 189-21-56= 112

-----------------------------

Hoah!

Racun dalam tubuh Ren makin lama makin mengganas. Kembali ia terbatuk-batuk, namun ia masih punya keinginan untuk bertarung... Melawan Zelva..

"Sial, kakak.. Apa kakak tidak pernah punya rasa kasihan terhadap anak kecil?"

Ren pun kembali menggambar panel sihir dengan ujung jari telunjuknya, kemudian memerintahkan angin di sekitarnya untuk menyerang Zelva.

Random number (1,100) : 9

"Sial, kakak.. Apa kakak tidak pernah punya rasa kasihan terhadap anak kecil?"
"Rasa kasihan katamu...?"Zelva mencibir. Itu adalah salah satu sikap yang tak pernah Zelva pikirkan, apalagi lakukan. "Maaf,anak kecil. Saya tidak mengenal rasa kasihan. Lagipula apa kau tidak malu hidup hanya dengan rasa kasihan?" Jawabnya sengit. "Dengar.Ibu saya sendiri tidak pernah sekalipun memberi rasa kasih pada saya. Jadi untuk apa saya memberi rasa kasih pada orang lain, apalagi kepada kubu musuh anak kecil maniak berburu sepertimu?" kata kata yang begitu sengit yang diucapkannya sambil kembali menggerakkan tangan,menyerang anak itu tanpa rasa kasihan.


sama sekali.

Random number (1,100) : 72

HP: 112-72=40

------------------

Tuhan.

Jika laki-laki itu menyerangmu lagi, jelas-jelas kau akan terkapar tak berdaya--atau mungkin.. MATI?

Tidak, tidak. Ren menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia seperti terkena Deja Vu, teringat akan kejadian saat masa lalunya yang buruk. Ia pun membalas perkataan Zelva, "Hei, tuan berambut kuning atau siapalah nama anda.. Aku tidak hidup dari rasa kasihan, melainkan rasa penderitaan, kau tahu itu--hem? Aku tidak akan mengampunimu jika sekali lagi engkau berkata seperti itu!"

Ren menarik Cresecent Bladenya yang ia taruh di tas punggungnya. Menahan rasa sakit di seluruh tubuh, Ren pun berlari untuk menyerang Zelva, walau tak yakin serangannya akan kena.

Random number (1,100) : 71

HP = 187-9-71 = 116
-------------------------------------------------------------------

"Hei, tuan berambut kuning atau siapalah nama anda.. Aku tidak hidup dari rasa kasihan, melainkan rasa penderitaan, kau tahu itu--hem? Aku tidak akan mengampunimu jika sekali lagi engkau berkata seperti itu!"

"...........Terserah. Aku tak peduli," Katanya sambil menyerang gadis itu lagi.

"Penderitaan, uh...?Kau kira cuma kau yang hidup dalam penderitaan hah...?"

Random number (1,100) : 36

HP: 40-36= 4

---------------------------------------------

"Uhuk-uhuk!"

Panah beracun itu kembali mengenai Ren, dan tampaknya tubuhnya sudah tidak bisa bangkit lagi. Masih bernafas, namun ia tidak mampu melanjutkan pertarungan ini. Racun itu... Beredar dalam tubuh Ren dengan sirkulasi semakin cepat, dan semakin memperburuk keadaannya. Ren pun menggangkat tangan kanannya, yang biasanya ia lakukan sebagai tanda 'menyerah', walau ia belum ingin untuk menyerah begitu saja. Namun apa daya, ia sudah tidak bisa bergerak lagi. Bangun saja susah, apalagi bertarung?

Melirik Zelva dengan pandangan memohon, semoga ia menolong gadis kecil yang sudah terkapar tidak berdaya ini. Terlalu memaksakan diri, ya. Ren hampir menggunakan seluruh kekuatannya untuk pertarungan ini, dan mungkin ia harus lebih banyak berlatih lagi agar menjadi lebih kuat.

Hei, Zelva. Tidakkah kau punya rasa kasihan terhadap seseorang yang sudah hampir mati--seperti Ren yang terkapar lemas di hadapanmu?

Anak itu sekarang sudah terkapar tak berdaya. kalau Zelva menyerangnya sekarang bisa saja anak itu langsung rest In Peace. Panah terakhir baru mau dilayangkan, tetapi tiba tiba ia melihat bayang bayang adiknya pada anak itu. Adiknya yang dekat padanya..yang sepantaran dengan anak gadis ini...


"hhh..." Ia mendesah sambil mendekati anak itu, menghisap racun yang ada di kakinya. Mungkin tidak akan terlalu efektif, tapi ia sangat yakin walaupun sedikit, hal yang ia lakukan ini sangat berguna.
"Lebih baik kau pulang sana, bocah. Tidak mungkin kau bertarung lagi sekarang. Pulanglah.hubungi orang orang dari kubu mu untuk menyelkamatkanmu dari racun yang mematikan ini. waktumu hanya 1 jam sebelum racun ini bersarang dan menguasai seluruh tubuhmu" Katanya datar.

"H-huh?" tanyanya bingung. Well, Ren tidak begitu mengerti perkataan Zelva tadi. Satu jam? Waktu yang singkat--tidak cukup bagi Ren untuk kembali ke Menara Parlementer tempat kubunya tinggal. Menghela nafas, ia pun tersenyum.

Cukup aneh. Keadaan darurat dan kau malah TERSENYUM???

Oh okay, hari ini kau selamat Ren. Bagaimana jika nanti kau bertemu dengan laki-laki pemburu vampir ini lagi? Yah, kau tentu tak ingin memikirkan itu.

Berusaha berdiri, bersandar pada reruntuhan bangunan. "Yah, terimakasih, kakak berambut kuning.. Telah menyelamatkanku.." ucapnya sambil menahan luka di seluruh tubuhnya. "Tapi, waktu satu jam tidak cukup bagi Ren. Ren terlalu capek untuk kembali ke gedung Municipal sekarang... Hem, kakak punya obat penawar mungkin?"

Bertanya, dengan wajah super-innocent. Dulu ia pernah diajarkan oleh gurunya bahwa kemungkinan musuh yang menggunakan racun sebagai senjata pasti memiliki alat penawarnya. Pandangan mata berkedap-kedip, melirik Zelva yang berdiri di depannya.