[RP]Third: Something in Kitchen

"Err... hentikan!!!! Hirenkyaku!" Rejaku mengeluarkan tali kecil, lalu bergerak mengelilingi dapur, mengikatkan seluruh peralatan dapur di tempat mereka agar tidak ada yang melayang lagi. Lalu berhenti di tempatnya semula.

"Hei! Hentikan! Semuanya!!!" seru Rejaku, namun saat mencoba untuk berjalan, dia terpeleset diatas es karena tidak memakai Hirenkyaku, yang memberi kestabilan untuk berjalan diatas segala permukaan.

"Uwaa! *brugh!*" tanpa sadar, dia menjatuhi Venus.

"Uwaaah!!" tertimpa Rejaku, Venus segera mengkick siapapun yang berani menindihnya. Ia agak repot dengan lantai yang licin namun untungnya semua itu segera teratasi berkat sepatu hak tinggi yang Venus pakai.

Ia lelu beranjak berdiri, memandang Shuuji yang nampak menantangnya dengan kepala terangkat. "Heh... hentikan pikiran konyolmu untuk membunuhku itu, dasar!" ucapnya pada Shuuji, sebenarnya perkataan Venus perlu diantisipasi.

Venus balik menatapnya dan meneriakkan hal-hal yang tabu baginya. He was smirking around her. Apa yang ia katakan? Shuuji tentu saja dapat membunuh Venus kapanpun ia mau.

"...."

Shuuji berjalan mendekati Venus. Ia tak terjatuh, karena bagian es yang diinjakinya mencair. Ia mengacungkan tangannya pada gadis itu.

Apa yang akan ia lakukan? Apa ia berniat membunuhnya sekarang??

***
OOT: smirk bhs indonya apa sih?

OOT: menyeringai = smirk

_________________________________________________________________________

Venus hanya mengibaskan rambut ikalnya --yang setidaknya berkat Wind dari Claire, rambut itu agak kering--. Ia menatap Shuuji yang berjalan mendekatinya, oh well... tidak ada yang ditakutkan oleh Nona peramal ini, bahkan kehilangan nyawa sekalipun.

"Sayangnya niatanmu itu tidak akan terlaksana. Aku punya cara kematian sendiri, begitu juga denganmu," bicaranya dingin. Venus berubah serius, bukan karena urusan timpa-menimpa atau barang dapur yang berterbangan. Semua karena Mine.

"...."

Shuuji berhenti. Lebih tepatnya tangannya yang berhenti.

Benar apa kata Venus. Masing-masing orang punya cara tersendiri untuk mati. Dan sang dream gazer itu, sangat tahu sekali akan hal itu. Venus tak bergeming, tahu bahwa dirinya takkan mati sekarang. Lagipula Shuuji juga tak berniat membunuhnya sekarang.

"Benar..."

Tampaknya Venus juga tahu perihal kematiannya. Mungkin saja ia mati akibat kekuatan sihirnya yang menggerogotinya, atau malah ia akan kehilangan kedua matanya. Siapa tahu...

Shuuji mengayunkan jarinya, menciptakan angin puting kecil. Angin itu kemudian mengacak-acakan rambut Venus. Kini Venus tampak seperti wanita gila yang selalu berkata dimana anakku? dimana anakku? berulang-ulang.

Shuuji berbalik menjauhi Venus. Ia tertawa puas--dalam hati--melihatnya tampak konyol seperti itu.

"Mmph..."

oot: spoiler alert!

Theo tertawa terbahak-bahak dengan puasnya ketika melihat rambut venus yang berantakan. "bwahakakakakakak! Aku baru tahu kalau kau lebih pantas dengan rambut seperti itu, venus!"

theo tertawa puas sekali, tanpa sadar yang ditertawai melihatnya dengan tatapan tajam.

*duak!* "Aw!" Rejaku ditendang oleh Venus tepat di perutnya. Terkena ujung sepatu hak tinggi, dia meringis, juga memegangi perutnya, untung saja armor yang dipakainya mengurangi kekuatan tendangan Venus.

"Uh... uuuh..."

Venus terdiam... ia benar-benar dibuat kesal... setelah ini ia pasti akan mengamuk pada Ralph meminta agar segel kutukan di tiap-tiap anggota the Third ini kembali aktif. Atau... ia akan melakukan hal lain agar memanfaatkan Ralph sebagai media pembunuh orang-orang yang kurang ajar terhadapnya ini.

Perihal rambut yang teracak-acak, bisa Venus tuntaskan... dengan sisiran jari seperti di iklan rambut ikalnya [strike]yang seperti rambut barbie[/i] itu kembali rapi seperti semula. Dan agar tidak ada yang berani macam-macam dengan rambutnya, Venus mengikat rambut itu berbentuk ekor kuda.

"Jadi... siapalagi yang mau mencari masalah?" ia berbicara dengan nada dingin, kalau terjadi lagi... benar-benar tidak ada ampun untuk itu.

"ah... Cukup... Ayo bangun semua! Cepat! Yang tidak bisa membereskan ruangan lebih baik menyingkir." claire berkomentar dingin. Lalu terjadi pergantian lagi. Kali ini yang menguasai badannya adalah pribadi keibuan claire.

"ayo-ayo! Kita bereskan! Aku akan memasak sarapan untuk kalian."

Rejaku, sudah tidak memegangi perutnya lagi, lalu ingat makanan saat Claire berkata begitu.
"Ah iya... sarapan... aku juga akan bantu!" dia... mengambil beberapa daging mutan, lalu mulai mencincangnya.

"Nah... tunggu, ya, semuanya!"

theo bangun dari lantai sambil memegang kepalanya dan membetulkan kacamatanya. "ah..ikut..mau bikin teh.." katanya sambil berdiri di samping rejaku.

theo mencari-cari teh, namun tidak ada di tempat biasa. ada di dalam lemari di atas kepala rejaku, namun agak ke dalam lagi. "ah..permisi,..." kata Theo sambil mengambil teh.

"hum....mana sih?" katanya sambil meraba-raba lemari itu.

"Ah, Theo! Tehnya ada disana!" Rejaku mencoba menunjukkan lemari tempat teh disimpan. Dengan pisau di tangannya, dia tampak seperti akan menusuk Theo.

"E...eh! Maaf!" Rejaku lalu melanjutkan mencincang daging mutan itu.

Diluar bangunan itu... masih di distrik Shibuya, seorang pemuda dengan Long Coat putih sedang berjalan-jalan tanpa tujuan... dan tertarik dengan bau yang datang dari dalam dapur...

--------------------------------------------------
oot: semua chara boleh masuk... kan?