Login
User Yang Sedang Online
Total 4 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 4 Tamu Tidak ada
User online terbanyak adalah 51 pada Mon Dec 02, 2019 6:59 am
Latest topics
» Ragnarok: Believe Visual Novelby Prasas Tue Dec 01, 2015 11:44 pm
» In Reality Visual Novel
by Prasas Tue Dec 01, 2015 11:42 pm
» Absensi [sehari sekali]
by suzaku_kurosaki Sat Sep 29, 2012 7:29 pm
» OL sambil?
by Mac Mon Apr 30, 2012 8:25 am
» Salam Kenal!
by Sakura Blossom Wed Apr 25, 2012 5:58 pm
» Now playing
by Nanase Sumeragi Tue Jan 31, 2012 5:58 pm
» Visual Novel Engines
by Sakura Blossom Wed Dec 07, 2011 6:46 pm
» Halo.....!
by suu_shirakawa Thu Sep 08, 2011 8:59 pm
» Zona Anti Bohong!
by Nanase Sumeragi Mon Aug 29, 2011 7:51 am
» Lagi sibuk apa?
by Voidy Tue Aug 23, 2011 10:07 am
Pencarian
[omake] Tamaki's Chronicle
+2
Sheizan
tamachama
6 posters
Halaman 1 dari 2
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
[omake] Tamaki's Chronicle
Permisi, disini saya membuat omakenya Tamaki, chara saya!
Hope you like it! Happy reading^^v
________________________
“Hei, maukah kau ikut denganku?” tanyaku sambil menyodorkan tanganku.
Tetapi, anak lelaki itu malah menepis tanganku.
_________________________
Namaku Leinhart Primavera, biasa dipanggil Lein. Aku seorang wizard yang berasal dari suatu negeri dimana salju selalu turun. Selama ini aku selalu berpikir, kemungkinan bahwa ada seseorang yang sama persis dengan diri kita namun memiliki nasib yang berbeda, berada di negeri lain–bukan, dimensi lain. Setelah mendalami ilmu sihir selama 5 tahun, aku berhasil menemukan cara untuk pergi ke berbagai dimensi lain. Aku bertekad ingin membuktikan pemikiran itu, walaupun konyol memang.
Selama setahun ini aku pergi ke berbagai dimensi, tapi belum pernah aku menemukan orang yang sangat mirip denganku. Aku hampir menyerah, namun aku tetap berkeliling dimensi karena ternyata aku menemukan hal lain yang sangat menarik. Aku menemukan banyak orang yang sama, di dimensi yang berbeda, dengan berbagai kondisi.
Suatu hari yang cerah, aku tiba di suatu negeri. Menurut warga yang tinggal disitu, negeri ini bernama Jepang, kota Kyoto–apapun itu. Tiba-tiba aku merasakan sebuah aura sihir dimensi. Aku segera menuju ke sumber sihir itu, sebuah rumah besar yang terbuat dari kayu. Di depan rumah itu, aku melihat seorang anak lelaki kecil yang sedang duduk dan menangis. Anak itu membawa sebilah pedang panjang.
Iseng-iseng aku dekati anak itu, “Hai anak kecil, kenapa menangis?” tanyaku lembut. Anak itu sama sekali tak menjawab dan sama sekali tidak menoleh padaku. Ia terus menangis tanpa henti.
Anak yang aneh…pikirku. Lalu aku mencium bau tak sedap dari dalam rumah itu. Tanpa basa-basi aku melirik dan segera masuk ke dalamnya. Baunya semakin tidak enak. Aku menutup hidungku.
Aku terperanjat ketika membuka pintunya, genangan darah dan mayat tiga orang–tampaknya pembantu. Aku juga merasakan aura sihir itu semakin kuat. Sambil menutup hidung aku berjalan masuk ke dalam, mayat semakin bertambah banyak. Sampai akhirnya aku tiba di depan sebuah pintu yang terukir indah. Di dalam pintu inilah, aura sihir itu berasal. Aku membukanya.
Mataku terbelalak. Aku menemukan mayat seorang pria dan wanita beserta seorang anak perempuan kecil. Tubuh mereka sudah rusak terkoyak-koyak. Darah menggenang bagaikan lautan. Aku mual. Aku segera berlari ke luar rumah, muntah sejenak. Setelah itu pikiranku kembali kepada anak kecil itu. Kasihan, pasti hanya anak ini yang selamat dari kejadian itu. Aku pun segera menghampirinya karena tiba-tiba di kepalaku muncul sebuah ide gila.
“Hei, maukah kau ikut denganku?” tanyaku sambil menyodorkan tanganku.
Tetapi, anak lelaki itu malah menepis tanganku.
Tak menyerah aku mendekatinya dan menyodorkan tanganku lagi. Namun ia menepisnya lagi. Aku sodorkan lagi, ia tepis lagi. Sadar bahwa hal seperti ini akan terus berlanjut, aku ikut duduk disampingnya. Berhasil, anak itu akhirnya menoleh padaku. Mata crimsonnya menatap kosong, rambut hitamnya melayang-layang tertiup angin.
Kami terdiam beberapa menit. Membiarkan angin-angin bertiup merasuki tulang-tulang kami. Lama-lama aku menjadi bosan. Menyadari bahwa tak mungkin aku mengajaknya secara diplomasi, aku lalu mengangkat tubuhnya dan menggendongnya di bahu. Anak itu meronta-ronta. Ia bahkan memukulkan ujung gagang pedangnya pada punggungku. “Hei itu sakit!” seruku.
Namun anak itu tetap memukul-mukulkan ujung gagang pedangnya pada punggungku.
Aku segera melukis sebuah diagram sihir. Diagram itu kemudian melayang pada anak kecil itu dan berubah menjadi sebuah tali sihir yang mengikat kedua tangannya, kedua kakinya, dan menjadi selotip yang menutup erat mulut kecilnya. “Nah, begini lebih baik!” seruku sambil tersenyum. Hei itu namanya penculikan!
Akhirnya kami tiba di sebuah rumah kosong tak terhuni. Rumah itu sederhana berwarna putih polos. Temboknya kusam dan tanamannya menjalar kemana-mana. Dengan sigap aku melukis sebuah diagram sihir di tanah dan mengaktifkannya. Dengan sihirku aku membuat rumah usang itu menjadi tampak baru lagi. Bahkan tanaman-tanamannya pun tertata dengan baik.
Aku segera melepas anak itu dan juga menonaktifkan sihirku padanya. Begitu kulepas, ia segera berlari menjauhiku. Ia melepaskan pedangnya dari sarungnya. Ia mengacungkan pedang itu padaku dengan tangan gemetaran.
“Hhahaha! Dengan tangan seperti itu, mana bisa kau menyerangku!” seruku sambil tersenyum.
Ternyata anak itu bernyali besar, ia mendekatiku dan mengayunkan pedangnya padaku, masih dengan tangan bergetar. Aku mengelak ke samping kirinya, lalu memukulkan tanganku pada leher belakangnya membuat anak itu terjatuh pingsan.
“Sudah kubilang ‘kan, mana bisa bisa kau menyerangku kalau seperti itu?” kataku. Aku lalu menggendong anak itu lagi dan menidurkannya di tempat tidur yang berada di salah satu kamar.
Tiga jam kemudian, aku menjenguk ke kamarnya. Ternyata anak itu sudah bangun. Ia duduk di kasurnya, menatap ke jendela. Sepenglihatanku tatapannya masih kosong. Aku kembali keluar untuk mengambil makanannya. Setelah itu aku masuk lagi dan menaruh makanannya di meja samping kasur. Aku segera duduk di sampingnya.
“Ini makananmu. Hari sudah sore, ayo makanlah!” suruhku lembut. Namun anak itu tak menoleh sekalipun padaku. Aku meraih pundak kecilnya, “Kau dengar aku tidak? Kau belum makan ‘kan?”
Akhirnya ia menoleh padaku. Tatapannya kosong seperti biasa. Kedua mata crimsonnya menatapku lurus tanpa arti. Aku heran apakah ia sama sekali tak punya emosi? Namun mengingat kejadian tadi siang rasanya wajar saja. Anak kecil seperti dia tentu saja mengalami shock berat setelah melihat keluarganya terbunuh mengenaskan di depan matanya sendiri.
“Baiklah kalau begitu aku tinggal ya? Jangan lupa makan!” kataku. Aku lalu pergi meninggalkan kamar ini.
Malamnya aku kembali melihat anak itu. Kali ini ia tertidur. Aku masuk ke dalam, dan melihat makanannya masih utuh. Anak ini sama sekali tidak menyentuh makanannya. Aku sedikit kesal tapi tak apa. Aku lalu menyelimutinya dan segera keluar sambil membawa makanan yang tak ia makan.
Keesokan harinya pun tetap sama. Ia sama sekali tak mau memakan makanannya. Ia juga tak mau keluar dari kamar, apalagi berbicara denganku. Tatapannya masih kosong seperti kemarin. Wajahnya sedikit pucat. Walaupun kupaksa ia tetap tak mau makan. Karena kesal, aku membiarkannya seperti itu.
Hari kedua, masih sama.
Hari ketiga, juga sama saja. Sudah tiga hari ia tidak makan maupun minum. Ia hanya diam di kamarnya. Wajahnya pucat. Tubuhnya pun kurus. Lama-lama aku menjadi khawatir. Tanpa basa basi, aku menariknya dan memaksanya untuk makan. Aku membuka mulutnya dan memasukkan sesendok nasi ke dalamnya. Ia meronta-ronta dan memukulku. Ia juga memuntahkan makanan yang kumasukkan ke mulutnya. Namun aku tak menyerah, aku buka mulutnya sekali lagi dan memasukkan makanan. Kulihat air mata menetes dari kedua matanya. Ia juga memuntahkan makanannya lagi. Aku tetap tak menyerah. Kuulangi hal yang sama padanya. Sampai akhirnya ia menyerah, dan mau mengunyah makanannya.
Aku lega. Anak ini akhirnya mau menghabiskan makanannya. Aku memberinya minum, ia pun meminumnya. Namun ia masih sama sekali tak mau berbicara denganku. Tak apa-apa, setidaknya ia mau memakan makanannya. Ia jatuh tertidur dan aku menyelimutinya.
Dua hari kemudian ia mau keluar kamar. Ia pergi menuju toilet. Begitu ia keluar, aku segera menahannya. Aku mengajaknya duduk di kursi ruang tengah. Anehnya, ia menurut padaku. Ia kemudian duduk disampingku. Mungkinkah karena ia takut padaku? Mungkin saja. Aku tersenyum padanya. Kemajuan yang kudapat, sorot matanya sedikit lebih berekspresi.
Hari keenam anak itu sudah mau makan bersama denganku di meja makan. Ia pun bisa makan sendiri sehingga aku tak perlu menyuapinya lagi. Aku memberinya baju-bajuku yang sudah kukecilkan dengan sihirku. Baju itu berwarna hitam dengan corak garis-garis oranye. Ia menerimanya dan sepertinya menyukainya. Aku memberinya baju itu karena tak tega melihatnya dengan kimono rombeng. Kini, raut wajah dan sorot matanya sudah berekspresi. Kemajuan yang pesat.
Hari kedelapan anak itu sudah mau berjalan-jalan keluar. Aku mengajaknya berkeliling sekitar rumah, merawat tanaman–walaupun kerjanya hanya duduk saja, lalu aku juga mengajaknya melihat awan di langit. Aku menceritakan petualangan-petualanganku selama berkeliling dimensi padanya. Ia hanya diam mendengarkan. Benar, ia masih tidak mau berbicara sepatah kata pun.
Sampai di suatu siang–hari keempat belas tepatnya, anak itu tiba-tiba menarik lengan bajuku. Aku yang sedang menjemur pakaian di luar tentu saja lebih memilih untuk menanggapi panggilannya.
“Ada apa?” tanyaku, berusaha untuk tersenyum selembut mungkin.
“Saya… ingin beli itu…” pintanya sambil menunjuk ke arah pedagang yang sedang menjajakan mainan-mainan anak di rumah tetangga. Aku kaget. Untuk pertama kalinya ia mau berbicara denganku. Tentu saja aku senang. Hal ini merupakan suatu kemajuan yang bagus. Ia mau berbicara padaku! Aku tersenyum padanya.
Aku mengangguk, “Baiklah, aku akan membelikanmu mainan itu, tapi ada satu syarat!” seruku girang.
“Apa itu?” tanyanya lemah dan ada terdengar sedikit nada keberatan.
Aku tersenyum padanya, “Beritahu padaku dulu tentang siapa namamu?”
Anak itu terdiam sejenak. Raut wajahnya memberitahukan padaku kalau ia tidak ingin menjawabnya. Alisnya berkerut. Ia menoleh sejenak ke arah pedagang itu lalu kembali menoleh padaku. Akhirnya.
“Nama saya… Kiyokazu Tamaki!”
______________________________
Bagaimana? Jelek tidak? Bagus tidak?
Well, ini omake pertama saya tentang Tamaki! Maaf terkesan terburu-buru karena kalau tidak, omake ini jadinya akan panjang sekali. Chapter ini adalah prolog dari chapter 2 yang merupakan main story-nya. Jadi, mohon maaf bagi yang merasa tidak puas.
Please Read and Review >,<
Hope you like it! Happy reading^^v
________________________
Chapter 1
Prologue
Prologue
“Hei, maukah kau ikut denganku?” tanyaku sambil menyodorkan tanganku.
Tetapi, anak lelaki itu malah menepis tanganku.
_________________________
Namaku Leinhart Primavera, biasa dipanggil Lein. Aku seorang wizard yang berasal dari suatu negeri dimana salju selalu turun. Selama ini aku selalu berpikir, kemungkinan bahwa ada seseorang yang sama persis dengan diri kita namun memiliki nasib yang berbeda, berada di negeri lain–bukan, dimensi lain. Setelah mendalami ilmu sihir selama 5 tahun, aku berhasil menemukan cara untuk pergi ke berbagai dimensi lain. Aku bertekad ingin membuktikan pemikiran itu, walaupun konyol memang.
Selama setahun ini aku pergi ke berbagai dimensi, tapi belum pernah aku menemukan orang yang sangat mirip denganku. Aku hampir menyerah, namun aku tetap berkeliling dimensi karena ternyata aku menemukan hal lain yang sangat menarik. Aku menemukan banyak orang yang sama, di dimensi yang berbeda, dengan berbagai kondisi.
Suatu hari yang cerah, aku tiba di suatu negeri. Menurut warga yang tinggal disitu, negeri ini bernama Jepang, kota Kyoto–apapun itu. Tiba-tiba aku merasakan sebuah aura sihir dimensi. Aku segera menuju ke sumber sihir itu, sebuah rumah besar yang terbuat dari kayu. Di depan rumah itu, aku melihat seorang anak lelaki kecil yang sedang duduk dan menangis. Anak itu membawa sebilah pedang panjang.
Iseng-iseng aku dekati anak itu, “Hai anak kecil, kenapa menangis?” tanyaku lembut. Anak itu sama sekali tak menjawab dan sama sekali tidak menoleh padaku. Ia terus menangis tanpa henti.
Anak yang aneh…pikirku. Lalu aku mencium bau tak sedap dari dalam rumah itu. Tanpa basa-basi aku melirik dan segera masuk ke dalamnya. Baunya semakin tidak enak. Aku menutup hidungku.
Aku terperanjat ketika membuka pintunya, genangan darah dan mayat tiga orang–tampaknya pembantu. Aku juga merasakan aura sihir itu semakin kuat. Sambil menutup hidung aku berjalan masuk ke dalam, mayat semakin bertambah banyak. Sampai akhirnya aku tiba di depan sebuah pintu yang terukir indah. Di dalam pintu inilah, aura sihir itu berasal. Aku membukanya.
Mataku terbelalak. Aku menemukan mayat seorang pria dan wanita beserta seorang anak perempuan kecil. Tubuh mereka sudah rusak terkoyak-koyak. Darah menggenang bagaikan lautan. Aku mual. Aku segera berlari ke luar rumah, muntah sejenak. Setelah itu pikiranku kembali kepada anak kecil itu. Kasihan, pasti hanya anak ini yang selamat dari kejadian itu. Aku pun segera menghampirinya karena tiba-tiba di kepalaku muncul sebuah ide gila.
“Hei, maukah kau ikut denganku?” tanyaku sambil menyodorkan tanganku.
Tetapi, anak lelaki itu malah menepis tanganku.
Tak menyerah aku mendekatinya dan menyodorkan tanganku lagi. Namun ia menepisnya lagi. Aku sodorkan lagi, ia tepis lagi. Sadar bahwa hal seperti ini akan terus berlanjut, aku ikut duduk disampingnya. Berhasil, anak itu akhirnya menoleh padaku. Mata crimsonnya menatap kosong, rambut hitamnya melayang-layang tertiup angin.
Kami terdiam beberapa menit. Membiarkan angin-angin bertiup merasuki tulang-tulang kami. Lama-lama aku menjadi bosan. Menyadari bahwa tak mungkin aku mengajaknya secara diplomasi, aku lalu mengangkat tubuhnya dan menggendongnya di bahu. Anak itu meronta-ronta. Ia bahkan memukulkan ujung gagang pedangnya pada punggungku. “Hei itu sakit!” seruku.
Namun anak itu tetap memukul-mukulkan ujung gagang pedangnya pada punggungku.
Aku segera melukis sebuah diagram sihir. Diagram itu kemudian melayang pada anak kecil itu dan berubah menjadi sebuah tali sihir yang mengikat kedua tangannya, kedua kakinya, dan menjadi selotip yang menutup erat mulut kecilnya. “Nah, begini lebih baik!” seruku sambil tersenyum. Hei itu namanya penculikan!
Akhirnya kami tiba di sebuah rumah kosong tak terhuni. Rumah itu sederhana berwarna putih polos. Temboknya kusam dan tanamannya menjalar kemana-mana. Dengan sigap aku melukis sebuah diagram sihir di tanah dan mengaktifkannya. Dengan sihirku aku membuat rumah usang itu menjadi tampak baru lagi. Bahkan tanaman-tanamannya pun tertata dengan baik.
Aku segera melepas anak itu dan juga menonaktifkan sihirku padanya. Begitu kulepas, ia segera berlari menjauhiku. Ia melepaskan pedangnya dari sarungnya. Ia mengacungkan pedang itu padaku dengan tangan gemetaran.
“Hhahaha! Dengan tangan seperti itu, mana bisa kau menyerangku!” seruku sambil tersenyum.
Ternyata anak itu bernyali besar, ia mendekatiku dan mengayunkan pedangnya padaku, masih dengan tangan bergetar. Aku mengelak ke samping kirinya, lalu memukulkan tanganku pada leher belakangnya membuat anak itu terjatuh pingsan.
“Sudah kubilang ‘kan, mana bisa bisa kau menyerangku kalau seperti itu?” kataku. Aku lalu menggendong anak itu lagi dan menidurkannya di tempat tidur yang berada di salah satu kamar.
Tiga jam kemudian, aku menjenguk ke kamarnya. Ternyata anak itu sudah bangun. Ia duduk di kasurnya, menatap ke jendela. Sepenglihatanku tatapannya masih kosong. Aku kembali keluar untuk mengambil makanannya. Setelah itu aku masuk lagi dan menaruh makanannya di meja samping kasur. Aku segera duduk di sampingnya.
“Ini makananmu. Hari sudah sore, ayo makanlah!” suruhku lembut. Namun anak itu tak menoleh sekalipun padaku. Aku meraih pundak kecilnya, “Kau dengar aku tidak? Kau belum makan ‘kan?”
Akhirnya ia menoleh padaku. Tatapannya kosong seperti biasa. Kedua mata crimsonnya menatapku lurus tanpa arti. Aku heran apakah ia sama sekali tak punya emosi? Namun mengingat kejadian tadi siang rasanya wajar saja. Anak kecil seperti dia tentu saja mengalami shock berat setelah melihat keluarganya terbunuh mengenaskan di depan matanya sendiri.
“Baiklah kalau begitu aku tinggal ya? Jangan lupa makan!” kataku. Aku lalu pergi meninggalkan kamar ini.
Malamnya aku kembali melihat anak itu. Kali ini ia tertidur. Aku masuk ke dalam, dan melihat makanannya masih utuh. Anak ini sama sekali tidak menyentuh makanannya. Aku sedikit kesal tapi tak apa. Aku lalu menyelimutinya dan segera keluar sambil membawa makanan yang tak ia makan.
Keesokan harinya pun tetap sama. Ia sama sekali tak mau memakan makanannya. Ia juga tak mau keluar dari kamar, apalagi berbicara denganku. Tatapannya masih kosong seperti kemarin. Wajahnya sedikit pucat. Walaupun kupaksa ia tetap tak mau makan. Karena kesal, aku membiarkannya seperti itu.
Hari kedua, masih sama.
Hari ketiga, juga sama saja. Sudah tiga hari ia tidak makan maupun minum. Ia hanya diam di kamarnya. Wajahnya pucat. Tubuhnya pun kurus. Lama-lama aku menjadi khawatir. Tanpa basa basi, aku menariknya dan memaksanya untuk makan. Aku membuka mulutnya dan memasukkan sesendok nasi ke dalamnya. Ia meronta-ronta dan memukulku. Ia juga memuntahkan makanan yang kumasukkan ke mulutnya. Namun aku tak menyerah, aku buka mulutnya sekali lagi dan memasukkan makanan. Kulihat air mata menetes dari kedua matanya. Ia juga memuntahkan makanannya lagi. Aku tetap tak menyerah. Kuulangi hal yang sama padanya. Sampai akhirnya ia menyerah, dan mau mengunyah makanannya.
Aku lega. Anak ini akhirnya mau menghabiskan makanannya. Aku memberinya minum, ia pun meminumnya. Namun ia masih sama sekali tak mau berbicara denganku. Tak apa-apa, setidaknya ia mau memakan makanannya. Ia jatuh tertidur dan aku menyelimutinya.
Dua hari kemudian ia mau keluar kamar. Ia pergi menuju toilet. Begitu ia keluar, aku segera menahannya. Aku mengajaknya duduk di kursi ruang tengah. Anehnya, ia menurut padaku. Ia kemudian duduk disampingku. Mungkinkah karena ia takut padaku? Mungkin saja. Aku tersenyum padanya. Kemajuan yang kudapat, sorot matanya sedikit lebih berekspresi.
Hari keenam anak itu sudah mau makan bersama denganku di meja makan. Ia pun bisa makan sendiri sehingga aku tak perlu menyuapinya lagi. Aku memberinya baju-bajuku yang sudah kukecilkan dengan sihirku. Baju itu berwarna hitam dengan corak garis-garis oranye. Ia menerimanya dan sepertinya menyukainya. Aku memberinya baju itu karena tak tega melihatnya dengan kimono rombeng. Kini, raut wajah dan sorot matanya sudah berekspresi. Kemajuan yang pesat.
Hari kedelapan anak itu sudah mau berjalan-jalan keluar. Aku mengajaknya berkeliling sekitar rumah, merawat tanaman–walaupun kerjanya hanya duduk saja, lalu aku juga mengajaknya melihat awan di langit. Aku menceritakan petualangan-petualanganku selama berkeliling dimensi padanya. Ia hanya diam mendengarkan. Benar, ia masih tidak mau berbicara sepatah kata pun.
Sampai di suatu siang–hari keempat belas tepatnya, anak itu tiba-tiba menarik lengan bajuku. Aku yang sedang menjemur pakaian di luar tentu saja lebih memilih untuk menanggapi panggilannya.
“Ada apa?” tanyaku, berusaha untuk tersenyum selembut mungkin.
“Saya… ingin beli itu…” pintanya sambil menunjuk ke arah pedagang yang sedang menjajakan mainan-mainan anak di rumah tetangga. Aku kaget. Untuk pertama kalinya ia mau berbicara denganku. Tentu saja aku senang. Hal ini merupakan suatu kemajuan yang bagus. Ia mau berbicara padaku! Aku tersenyum padanya.
Aku mengangguk, “Baiklah, aku akan membelikanmu mainan itu, tapi ada satu syarat!” seruku girang.
“Apa itu?” tanyanya lemah dan ada terdengar sedikit nada keberatan.
Aku tersenyum padanya, “Beritahu padaku dulu tentang siapa namamu?”
Anak itu terdiam sejenak. Raut wajahnya memberitahukan padaku kalau ia tidak ingin menjawabnya. Alisnya berkerut. Ia menoleh sejenak ke arah pedagang itu lalu kembali menoleh padaku. Akhirnya.
“Nama saya… Kiyokazu Tamaki!”
______________________________
Bagaimana? Jelek tidak? Bagus tidak?
Well, ini omake pertama saya tentang Tamaki! Maaf terkesan terburu-buru karena kalau tidak, omake ini jadinya akan panjang sekali. Chapter ini adalah prolog dari chapter 2 yang merupakan main story-nya. Jadi, mohon maaf bagi yang merasa tidak puas.
Please Read and Review >,<
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
*peluk tama erat
kyaa akhirnya buat juga >.<
jadi dari sudut pandang c Lein yah XD~
=w= aku juga suka bikin yang panjang kok
iya juga haha... dari sudut pandang Leinhart Primavera...Primavera Inter?
sip ditunggu kelanjutannya XD~
Tama dulunya gitu yah @_@ ga mau makan... untung pas pertama ditemukan gak kayak si Kurogane yang malah melukai beberapa orang @_@
kyaa akhirnya buat juga >.<
jadi dari sudut pandang c Lein yah XD~
=w= aku juga suka bikin yang panjang kok
iya juga haha... dari sudut pandang Leinhart Primavera...
sip ditunggu kelanjutannya XD~
Tama dulunya gitu yah @_@ ga mau makan... untung pas pertama ditemukan gak kayak si Kurogane yang malah melukai beberapa orang @_@
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Thanks a lot udah review!
*menolak dipeluk*
Wah, shei nyadar juga kalau nama marga Lein itu Primavera!
sesuai marganya, dia itu kakak tirinya Shuuji!! Bercanda deng! Lein yang ini adalah Lein dari dimensi lain yang satu jiwa namun berbeda nasib dengan kakak tirinya Shuuji.
Soalnya kakak tirinya Shuuji bukan wizard dan nggak bisa sihir^^
Soal itu, Tama terlalu shock dan lebih shockmungkin daripada Kurogane!
*menolak dipeluk*
Wah, shei nyadar juga kalau nama marga Lein itu Primavera!
sesuai marganya, dia itu kakak tirinya Shuuji!! Bercanda deng! Lein yang ini adalah Lein dari dimensi lain yang satu jiwa namun berbeda nasib dengan kakak tirinya Shuuji.
Soalnya kakak tirinya Shuuji bukan wizard dan nggak bisa sihir^^
Soal itu, Tama terlalu shock dan lebih shock
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
krr~
ngasih spoiler~
ngga rame*kecup tama di kening <<< gila ini gila!!! >,< (tama^^v)
ngasih spoiler~
ngga rame
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Are?
Spoiler dimananya shei??
*kabur, membazooka shei!!*
saya edit ah!! >,<
Spoiler dimananya shei??
*kabur, membazooka shei!!*
saya edit ah!! >,<
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
ufufufu... kata yang kau kira tidak ada hubungannya pun bisa menjadi bahan pemikiran seorang yang 'keterlaluan'
*kejar dan peluk Tama dari belakang <<<gila lagi!! Noo~ (tama ^^v)
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
hahaha...keren ceritanya!!!
tapi dari sudut pandang yang lain ya....wew....
well..cukup keren sih..namun tamakinya kok mirip syaoran banget ya?
btw sabar ya tama, aku turut berduka cita kalau kau dikejar-kejar shei! ohohohoho *ketawa ala yuuko*
tapi dari sudut pandang yang lain ya....wew....
well..cukup keren sih..namun tamakinya kok mirip syaoran banget ya?
Verin Ichihara-
Jumlah posting : 1340
Registration date : 17.03.09
Character Info
Character Name: Rienne Himiko
Job: witch
Status Poin: 7 | 8 | 5 | 4 | 8
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
wah
maen edit aja nih staff... ckck... gimana sih...?
<<<staff paling ga guna
maen edit aja nih staff... ckck... gimana sih...?
<<<staff paling ga guna
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Thanks for reviewing, verin!^^v
Humm, iya! Soalnya saya suka memainkan dari berbagai sudut pandang! Tapi bagus tidak kalau saya pakai sudut pandang Lein?
Are?
Syaoran darimananya?? Tapi saya seneng banget klo Tama mirip Syaoran!!
euh... gamaw saya! menjijikan! >,<
Humm, iya! Soalnya saya suka memainkan dari berbagai sudut pandang! Tapi bagus tidak kalau saya pakai sudut pandang Lein?
Are?
Syaoran darimananya?? Tapi saya seneng banget klo Tama mirip Syaoran!!
Terakhir diubah oleh tamachama tanggal Fri May 08, 2009 9:47 pm, total 1 kali diubah
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
kalau bisa pakai sudut pandang lebih dari satu chara *ufufu*
kalau bisa 3 chara++ keren banget tuh XD~
kalau bisa 3 chara++ keren banget tuh XD~
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Are?
Susah banget bikin satu cerita dgn berbagai sudut pandang,
kesannya pabalatak!
tapi akan saya coba deh^^v
Susah banget bikin satu cerita dgn berbagai sudut pandang,
kesannya pabalatak!
tapi akan saya coba deh^^v
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
memang susah *fufufu* jangan dipaksa kalau ngga bisa say~
sy saja masih susah ini buat omake seperti itu *ufufu
sy saja masih susah ini buat omake seperti itu *ufufu
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
mirip syaorannya? dari tamaki yang ga mau ngomong...
(kan mirip tuh sama syaoran yg di TRC..awalnya dia pendiem kan?)
dari sudut lein sih sudah bagus...tinggal dilatih dan dikembangkan saja...
(kan mirip tuh sama syaoran yg di TRC..awalnya dia pendiem kan?)
dari sudut lein sih sudah bagus...tinggal dilatih dan dikembangkan saja...
Verin Ichihara-
Jumlah posting : 1340
Registration date : 17.03.09
Character Info
Character Name: Rienne Himiko
Job: witch
Status Poin: 7 | 8 | 5 | 4 | 8
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
hah...? kenapa ngga mau ngomong...?
pasti gara gara rin nih... *kejar rin
iya deh iya... nggak deh...
Dari Lein sendiri sudah bisa dilihat sifat Lein itu seperti apa... heheheh...
Kok mirip" Kaien Cross... rasanya?
pasti gara gara rin nih... *kejar rin
iya deh iya... nggak deh...
Dari Lein sendiri sudah bisa dilihat sifat Lein itu seperti apa... heheheh...
Kok mirip" Kaien Cross... rasanya?
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Thanks a lot minna^^v
Hayoo~
emang sifat Lein kayak apa menurut apa yg bisa ditangkap shei??
Hayoo~
emang sifat Lein kayak apa menurut apa yg bisa ditangkap shei??
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Mirip sama Kaien Cross~
Easygoing... suka seenaknya (Clow Reed?)... suka keluar ide gila...
Easygoing... suka seenaknya (Clow Reed?)... suka keluar ide gila...
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Ohhohoho bgtu ya?
Kaien Cross itu yg di vampire knight...
well, I need more reviewing please? At least from 3 more persons then I'll continue to chapter 2!
Once again thanks a lot!
<<<the person who has no idea for chap 2 anyway...
Kaien Cross itu yg di vampire knight...
well, I need more reviewing please? At least from 3 more persons then I'll continue to chapter 2!
Once again thanks a lot!
<<<the person who has no idea for chap 2 anyway...
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Ngga apa-apa... aku juga udah ampir setop gini ngga buat-buat omake akakakak
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Are?
saya udah punya ide kok!
cuman masih bingung sama alurnya... ga kpikiran!
still need more reviews from minna^^v
saya udah punya ide kok!
cuman masih bingung sama alurnya... ga kpikiran!
still need more reviews from minna^^v
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
alurnya hm hm
coba cari" kosakata yang menarik... siapa tahu berguna hehe
coba cari" kosakata yang menarik... siapa tahu berguna hehe
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Oh, whooaa....
Rame-rame... ^^
Bntar nanya, Lein cowok ya??? ' 'a *dihajar.
Eng... Mengomentari komen2 di atas...
Rasanya kalo Kaien Cross jauh 'lebih gila' deh...
Rame-rame... ^^
Bntar nanya, Lein cowok ya??? ' 'a *dihajar.
Eng... Mengomentari komen2 di atas...
Rasanya kalo Kaien Cross jauh 'lebih gila' deh...
lumiere-
Jumlah posting : 876
Age : 31
Lokasi : Isle Esme
Registration date : 03.04.09
Character Info
Character Name: Sophia L. Neveau
Job: Spiritual Ability
Status Poin: Str 3, Vit 4, Agi 6, Dex 6, Int 14
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
Thanks buat reviewnya! >,<v
Yap, Lein itu cowok!
Sangat tidak mungkin kalau ia cewek!
more reviews please??
Yap, Lein itu cowok!
Sangat tidak mungkin kalau ia cewek!
more reviews please??
tamachama-
Jumlah posting : 1678
Age : 30
Lokasi : The World of Nobody
Registration date : 31.03.09
Character Info
Character Name: Kiyokazu Tamaki
Job: Sword Master
Status Poin: STR-12, VIT-6, DEX-14, AGI-3, INT-2
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
err... Kaien Cross itu memang 'gila'... tapi orang ini mengikat tangan,kaki,mulut anak yang nggak dikenalnya, membawanya, dan memaksa memberi makan @_@
kalau Kaien Cross itu 'gila' nya beda haha
tapi aku masih penasaran Kaien dulunya gimana ~__~
sama penasarannya dengan masa lalu nya Lein *ohoho
kalau Kaien Cross itu 'gila' nya beda haha
tapi aku masih penasaran Kaien dulunya gimana ~__~
sama penasarannya dengan masa lalu nya Lein *ohoho
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
reviw apa yah enaknya...
sebetulnya sih malas baca, karena panjang banget ^_^ . mungkin lebih baik dipotong2 jadi beberapa bagian supaya bacanya nggak sekaligus panjang? thats just me though.
soal sudut pandang, memang biasanya untuk cerita pendek lebih baik menggunakan sudut pandang orang ketiga, untuk meminimalisasi subjektivitas. tapi kalau bisa dikembangkan, bagus juga kok!
ayo, reviewnya sudah banyak kan? tulis lanjutannya ya~
sebetulnya sih malas baca, karena panjang banget ^_^ . mungkin lebih baik dipotong2 jadi beberapa bagian supaya bacanya nggak sekaligus panjang? thats just me though.
soal sudut pandang, memang biasanya untuk cerita pendek lebih baik menggunakan sudut pandang orang ketiga, untuk meminimalisasi subjektivitas. tapi kalau bisa dikembangkan, bagus juga kok!
ayo, reviewnya sudah banyak kan? tulis lanjutannya ya~
Mac-
Jumlah posting : 639
Age : 43
Registration date : 05.04.09
Character Info
Character Name: Kuranpuri
Job: Kadokawa Editor-- Telepath
Status Poin: STR(1) DEX(9) VIT(4) AGI(4) INT(14)
Re: [omake] Tamaki's Chronicle
nah dimulai nih
'sesi penagihan' kebiasaan anak" forum sebelah *lirik EB
saya bebas soalnya cerita saya nggak ditagih XD~
mana cerita selanjutnyaaaa
'sesi penagihan' kebiasaan anak" forum sebelah *lirik EB
saya bebas soalnya cerita saya nggak ditagih XD~
mana cerita selanjutnyaaaa
Sheizan-
Jumlah posting : 2604
Age : 31
Lokasi : Infineon Raceway
Registration date : 19.03.09
Character Info
Character Name: Allan von Gauntwald
Job: Sword Master
Status Poin: Status Poin: STR :8 DEX :6 VIT :7 AGI :10 INT :1
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Halaman 1 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|