Venus - Allan von Gauntwald [C]

Tempat ini adalah bekas sekolah, bukan sekolah biasa namun sekolah bekas tertabrak pesawat dan sangat berantakan... .
Di sini terkenal dengan serangan makhluk halus super buas yang bisa membunuh dirimu, seperti Hantu Piano ; Genderuwo ; Mister Gepeng ; Arwah Penunggu Toilet ; Arwah Guru Mesum.

Di tempat ini ada 10 macam benda yang mungkin kamu temukan di sekitarnya:

buku pelajaran sejarah, kapur tulis, recorder (alat musik), pensil warna, pita rambut, sapu, tas, roti keju, sendok, tisu toilet

------------------------

Event Hall...

Oke... Venus melirik jam tangannya (yang diberikan oleh Ralph beberapa hari yang lalu) ini sudah waktu yang ditentukan, ia kemudian melirik sekitarnya, belum ada penampakan bocah bernama Allan von Gauntwald. Ya... Venus pernah melihatnya beberapa kali, dan tentunya ia tahu bagaimana ciri fisik pemuda itu melalui kilasan mimpinya.

Dan... ah, apa-apaan ini, ia kok jadi harus ikut-ikutan event maca ini sih? Jika bukan karena Mine salah memasukan namanya ke kotak pengocokan undian ini pasti sekarang tuan puteri ini sedang asik tidur di atas kasurnya yang hangat.

Masih melirik sekitarnya, "Er... mana sih bocah sialan itu!" geramnya tidak sabar.

Lokasi: Event Hall
*trek... srak...*

Allan memasuki aula... agak berantakan... karena kaki kirinya agak sakit.

"Ah...ahh..." keluhnya sepanjang jalan.

Ia melihat kedepan, dan Venus telah menunggu didepannya, kelihatannya marah.

"Ah... sudah ditunggu..." gumamnya pelan, ia lalu berjalan dan berdiri didepan Venus.

"Su...sudah lama menunggu...?" ujarnya sambil menahan sakit.

--------------------------------------------------
oot: sakit diambil dari kisah nyata ;P

Ah! Itu dia yang ditunggu... oh menyebalkan sekali, Venus merasa kaki dan tangannya sudah pegal-pegal karena disuruh menunggu, agak lama (sebenarnya tidak terlalu lama sih).

"Oh... akhirnya datang juga! Lama sekali sih! Tahu tidak aku sudah menunggu lamaaaa sekali, eh kamu baru datang," omelnya panjang lebar, persis seperti ibu-ibu.

Dan akhirnya perhatian nona ini terarah pada kaki Allan, "Ka... kakimu kenapa?" tanyanya setelah sadar bahwa mungkin Allan terlambat karena urusan kaki itu.

Allan melihat kaki kiri nya dan tersenyum kecut. Ia memijati daerah disekitar lutut kirinya sembari berjalan.

"Er... ini... cedera... otot-otot disekitar lututku membengkak... sulit untuk berjalan... dan tidak bisa menekuk... kalau menekuk rasanya sakit sekali." jelas Allan.

"Jadi... err... mau berangkat sekarang?" tanya Allan.

A... apa?

"Apa itu otot bengkak, sulit berjalan, tidak bisa menekuk?!" tiba-tiba saja pikiran jauh Venus muncul. "Kalau keadaanmu seperti ini memangnya nanti bisa melawan monster-monster itu?!" sejujurnya Venus hanya berucap asal. Memangnya ia tahu bakal ada monster? --tahu lah.

... Setelah berpikir sejenak, "E... euh, baiklah kita berangkat saja..." entah mengapa akhirnya Venus memutuskan untuk meredam emosi di depan Allan yang nampak repot dengan kakinya.

Dan jadilah... mereka berdua mulai berjalan... menyusuri lorong sekolah yang gelap dan dingin.

Dua menit... lima menit... mereka telah berjalan cukup lama... sekolah itu rupanya besar... lorong-lorongnya juga besar. Lalu... terdengar suara samar-samar. Allan menajamkan telinganya, sembari menyeimbangkan tubuhnya dengan kaki kanannya.

"Kau... dengar suara itu...?"

"Kau... dengar suara itu...?"

Su... suara?! Venus memasang tampang serusnya dan menyiapkan senjata andalannya si pemukul baseball di tangannya. "Su... suara apa maksudmu?" sejujurnya ia tidak begitu jelas mendengar suara yang dimaksud oleh Allan.

Namun tiba-tiba saja, jauh dari lamunannya... sekelibat bayangan hitam lewat di depan mereka. "Kyaaa~!!!" teriaknya dengan suara senyaring para chearsleader lalu bersembunyi di belakang Allan. "Aaaapa tadi itu apa?!"

Allan menyeimbangkan dirinya. Ia tidak bawa Akai Suzu ataupun Siegmund karena terlalu berat, yang ia bawa hari ini hanyalah Babel Spear, sebuah Lance, dengan sedikit menahan sakit ia mengeluarkan Lancenya dan perisainya yang besar.

"Be...be... berdiri di belakangku." ujarnya pada Venus sambil sedikit tertatih, kaki kanannya menumpu hampir seluruh berat itu, untungnya perisai itu besar hingga menyentuh tanah dan ia bisa sedikit bertumpu apabila diam

"Err... ayo maju... pelan pelan..." Allan berkata pelan, dan mereka berdua maju pelan-pelan...

Setelah maju sebentar, terdengar suara sesuatu lagi, kali ini dari dalam reruntuhan ruang kelas.
"A...ayo masuk..." Allan berjalan pelan didepan Venus, masuk kedalam kelas itu, dan menemukan sebuah buku... Allan mendekatinya dan mengambilnya setelah menaruh Lancenya.

"Buku... Sejarah...?"

... "O... oke," kemudian Venus menenangkan dirinya ketika Allan sudah siaga dengan segala jenis senjatanya dan menyuruhnya untuk berjalan di belakang. Namun, memangnya berjalan di belakang itu aman?

Kemudian keduanya maju perlahan-lahan hingga masuk ke sebuah kelas dan menemukan sebuah buku, "Oh! Bukankah ini salah satu dari barang yang harus kita temukan? ... Ternyata tidak sesulit itu," ucap Venus agak sesumbar.

Dan...

DEG!

"ALLAAAAAN!!!!!" tiba-tiba saja nona ini berteriak histeris dan mencengkram bahu pemuda di depannya dengan lebih erat.

Ia merasakan ada tangan yang menempeli bahunya.

"H...hah?" Allan berbalik, melihat Venus, lalu terperangah.

Ada tangan yang memegang bahu Venus...

"Tenang... tenang... tenang..." Allan bergumam pelan pada Venus, walau itu juga dia tujukan pada dirinya sendiri.

Satu buah tangan lagi muncul, lalu memegangi pinggang Venus, kedua tangan itu mulai merayap, tampaknya ingin menyentuh seluruh tubuh Venus.

Sedikit demi sedikit, Allan bisa melihat sosok pemilik tangan itu dalam kegelapan. Berkacamata, dengan rambut putih yang dibelah tengah.

Sang Guru Mesum.

"Jadi ini... guru mesum itu..." Dari yang kelihatannya, tangan guru mesum itu mulai... meraba-raba bagian tubuh Venus yang lain...

Allan mengeluarkan sebuah pisau kecil, bila memakai Babel Spear disini, ia khawatir akan melukai Venus.

"Oke... jangan bergerak... ya..." Allan mengambil posisi dan mencari solusi untuk keadaan sekarang ini.

OOT: OMG Shei mesuuuum *disepak*
--------------------------------------------------

"Aaaaa...."

Sejujurnya Venus sudah ingin bergerak karena ia merasa kegelian dipegang-pegang seperti itu. Tapi titah Allan yang menurutnya baik malah membuatnya diam sejenak.

Sampai kapan bertahan? Ah! Allan mengatakan itu!

"A... APA MESUM?!"

Tiba-tiba saja kendali emosi nona ini berubah, dengan secepat kilat kemudian ia berbalik ke belakang dan mengambil sebuah bangku di sampingnya untuk memukuk K.O si hantu menyebalkan itu.

"DASAR MESUM!!!!" teriaknya sambil menghajar-hajar si hantu guru mesum tersebut.

... "Hah... hah..." masih dengan nyala api kekesalan.

"Er... Venus?" Allan melihatnya dengan khawatir, sepertinya dia mengamuk habis-habisan.

Dari debu yang tersisa, Allan melihat sebuah benda yang berkilau diterangi sedikit cahaya. Ia mendekatinya sambil tetap berhati-hati akan rekannya yang sedang mengamuk, kaki kirinya sedikit diseret.

"Em... sebuah sendok?"

"Sendok?" loh kok sendok, buat apa?

Sejenak Venus lupa bahwa tugas mereka adalah mengumpulkan 10 jenis barang yang ada di daftar yang mereka bawa.

Ia lalu mengambil sendok tersebut. "Buat apaan?" seolah tidak peduli kemudian melempar kembali sendok tersebut ke belakangnya dan dengan dingin maju ke depan.

Benar-benar lupa.

"Hee..." Allan mengambil kembali sendok itu tanpa sepengetahuan Venus, siapa tahu ia bisa menggunakannya di rumah.

"Kalau begitu, mari LANJUTKAN." ujar Allan dengan semangat, ia masih agak... pusing saat melihat tubuh Venus diraba-raba tadi.

"Ruangan selanjutnya..." ...adalah ruangan musik, dengan piano yang berwarna hitam mengkilat.

"Erm... kita masuk dulu, oke?"

"Oke, kita LANJUTKAN sepertikatasby" ucap Venus semangat juga, tidak peduli dengan apa yang terjadi sebelumnya.

Kemudian mereka masuk ke ruangan musik, ah apalah ruangan yang apek itu walau ada sebuah piano di dalamnya tapi tetap saja... berdebu dan kotor dan hampir membuat Venus serba ogah-ogahan.

Namun tiba-tiba piano tersebut berdenting nyaring, "Eh... suara apa itu?" bertanya, agak curiga.

Allan juga mendengar suara itu, suara dentingan piano.

"Air on the G String." jawab Allan tenang, ia terhanyut dalam permainan piano itu, ia terpaku di tempatnya.

Ia menikmati permainan itu, lagu yang sama pernah ia dengarkan di salah satu dunia yang pernah dikunjunginya.

"Indah sekali..." ujarnya pelan.

"Eeeh! Apa yang kamu lakukan! Kenapa diam saja!" seru Venus kencang tepat di telinga Allan. Partnernya itu bukannya bergerak mencari barang selanjutnya malah diam terpaku mendengar suara piano aneh yang tidak indah itu.

"Hhh~ aneh sekali, pianonya kok bisa berbunyi sendiri?" bertanya-tanya pada dirinya dan mendekati piano tersebut dengan hati-hati.