[RP] Red Ocean

@^: Si Ren jadi mirip pshyco kalo uda ngomongin soal 'berburu' ya xDD *disepak puppet masternya* xD;

= = = = =
"Sakurano.Ayo cepat!" Kata Zelva tegas sambil menarik tangan Sakurano.

"Hee?? Kemana?" Tanyanya bingung dengan tubuh kecilnya yang seperti terseret dengan tarikan Zelva.

Ia kemudian melirik Ren yang sudah dikepung.

"Tunggu dulu, Zelva-kun! Ren-chan harus ditolong!" Katanya dengan nada serius kemudian menepis tangan Zelva dan menembakkan pistolnya. Tampaknya beberapa ekor mutan telah jatuh.

"Begini mungkin lebih baik" Gumamnya.

= = = = =
OOT: LANJOOOT!! xDD hahaha *maap, agak slow pace ya~ karna himeh gg bisa ol sesering pas libur skarang ><; sekolah menghantuiku kadang =A=;;

@^: Emang dia physco kalo soal berburu xD *dibantai Ren*
Yap bener, slow pace nyuu~
Zelva-sen mau buru-buru aja nih~ *digigit

----------------------------------

Dor! Dor! Dor!

Suara yang menggelegar itu keluar dari laras pistol Sakurano, bersamaan dengan lajunya peluru yang mengenai mutan-mutan itu.

"Are?" Ren melirik ke arah asal suara tembakan itu. Matanya langsung terbelalak senang. "Nyaaaaah!!!! Kakak yang memberiku cokelat mau menemaniku berburu!!!"

Ren pun segera meloncat-loncat kegirangan saat Sakurano memutuskan untuk membantunya melawan mutan-mutan itu. "Berburu~ Berburu~" ucapnya lagi sambil bernyanyi-nyanyi tidak jelas.

Syuuuuuut.

Apa ini? Mutan yang tadi dikibuli oleh Ren ternyata kembali lagi dengan menunjukkan taring tajamnya. "Groaaaaaaaaaaaar!!!!" Mutan itu nampak 'mengaum' ke arah Ren, sambil menyemprotkan air liurnya yang jorok dan lengket itu, kemudian mengambil ancang-ancang siap melahap Ren.

"Sial, kenapa aku terus sih yang jadi sasaran muntahan air liurmu itu? Jorok dan lengket seperti biasa, tau! Jangan asal nyemprot sembarangan!" omel Ren lagi. Menggenggam Crescent Blade andalannya, ia langsung melompat tinggi kemudian menancapkan pisaunya ke kepala mutan tersebut. "Semua binatang buruan pasti punya kelemahan~ Pasti punya kelemahan~ Dan kali ini kelemahannya ada di kepalanya~"

Kruuuuk.

Haduh, perut Ren berbunyi kembali. "Anoo, apa binatang ini bisa dimakan?" Dengan polosnya ia berkata, pandangannya terfokus kepada mutan yang ia jatuhkan tadi--seraya lupa akan masih banyaknya mutan disana.

Idih, mereka sadar tentang keberadaan dirinya sekarang? Halo, kalian sehat? Begitu juga dengannya. SATU menit yang lalu memang suasana tegang karena ia merasa terancam kedatangan DUA makhluk pembunuh rasnya. Ternyata kedua aneh tersebut sangatlah POLOS. Sampai tahu adanya satu anggota dari kubu yang sama dengan perempuan bergelas kembar ungu. Yes, tahu kalian perasaan Nanase sekarang?

KESAL

HELLO? Hebat, dikelilingi oleh orang yang mudah dipengaruhi--polos. Sangat tersanjung bisa melihat kelakuan mereka yang amat indah. Sampai-sampai ia mendapatkan sebuah penyakit mata. Sakit kepala, eh Nanase? Untung dengan sedikit sabar dia hanya menghela nafas panjang. Ehm? Ada mutan datang. Ya, ya serang sana. Peduli setan.

"Kalian--"

Sabar, Nanase.

"HEI, REN! KAU JANGAN SEMBARANGAN PERGI!"

Dasar, anak kecil. Untung kau lebih kecil dari sang perempuan-yang-sering-disebut-kecil ini. Jangan merasa terhina.

"Kalian! Kubu musuh! Sadar dengan kelakuan kalian! Memalukan,"

---

OoT : YEAH, ANE WEBE =))

"Tunggu dulu, Zelva-kun! Ren-chan harus ditolong!"

what? tunggu dulu. harus ditolong??? Zelva benar benar merasa aneh dengan situasi ini.Halo, apa kau masih sadar,Sakurano...? kau sadar tidak yang mau kau tolong itu siapa..? Sakurano menepis tangannya dan membantu orang dari munipical building, MUNIPICAL BUILDING Saudara saudara sekalian yang terhormat. Demi Tuhan, apa yang wanita ini lakukan? Baru saja semenit yang lalu ia terancam bertarung dengan vampire wanita yang nggak jelas itu. Sekarang dia harus menolongnya..??Rasa sosial yang tinggi ataukah Otaknyakah yang sudah melorot?

"Mari berburu~ Berburu~" Baru saja sesetik yang lalu Zelva melihatnya dengan keadaan penuh luka. Sekarang ia malah menjelma menjadi manusia maniak berburu. Apakah di dunia ini masih ada orang yang waras??? Zelva merasa tertekan sekali menghadapi 3 wanita aneh ini. Yang satu Vampire yang hampir bertarung dengannya, yang satu punya rasa sosial yang kelewat tinggi (atau ...otaknya memang sudah melorot?entahlah.Zelva ak mengerti) Yang satu lagi malah maniak berburu.

sial!!


"Kalian! Kubu musuh! Sadar dengan kelakuan kalian! Memalukan," suara sang Vampire wanita menyadarkan Zelva bahwa wanita itu masih berdiri di sana. Ah masa bodoh. "Sadar? Sadar apa maksudmu?" Tanyanya dengan mengerutkan kening.

"Heeei," sahut Ren sambil menjatuhkan seekor mutan. "Kok pada pasang muka seram begitu? Lihat tuh, kakak yang memberiku cokelat mau ikut berburu~ Kak Nanase, mau ikutan?"

Hei Ren, kamu ingin dibantai oleh Nanase apa? Bukan saat yang tepat untuk mengajaknya bercanda! Ya sudahlah, tampaknya Nona Vampire Terhormat sedang bad mood hari ini, tentu saja kau tidak ingin mengganggunya lebih jauh, benar?

Melirik kepada Zelva yang sedang mengerutkan keningnya di ujung sana. Hei, tuan Vampire Hunter, nampaknya raut wajahmu makin menyeramkan seperti biasa yah? Apalagi Nanase yang sedang emosi berat melihat tingkah lakunya dan kedua orang dari kubu musuh itu.

TUHAN. Serius, Ren tidak tahu harus berbuat apa.

Tertawa.

Entah kenapa sang Putri Vampire sekarang ingin tertawa. Melihat para manusia kebingungan dengan ucapan Nanase. Kalian benar-benar polos. Dia salut, satu keprokan dari kedua tangannya. Memang pertunjukkan, eh? Jangan merasa tersinggung. Ini kehormatan bagimu, nak. Lelaki yang sedang dikeliling para perempuan mengerutkan keningnya menandakan dia tak mengerti dengan perkataan Nanase. Kau bodoh, hah? Sedih. Yang Nanase maksud akan sadar kelakuan dari dua orang pemburu rasnya adalah mereka telah melakukan hal bodoh atau terlalu polos. Tak lihat kondisi? Pertama suasana sedang serius, disiram oleh lelucon. Aneh. Sadar, bisa saja cakar miliknya bisa membunuh kalian. Walau sepertinya Nanase bisa kalah melawan Sakurano karena kekuatannya sama.

Apa lagi ini?

Wah, Ren. Kau sadar ya telah meninggal vice leadermu? Bagus kalau begitu. Jangan tersinggung. Ini semua hanya pemikiran Nanase. Jika tersinggung, berarti kau bisa baca pemikiran Nona Vampire. Hebat.

"Hem? Terima kasih. Cukup melihat saja. Lagipula mengapa harus bertarung pada malam hari begini?"

Maaf ya Ren, disini ia menenangkan diri bukan untuk berburu.

"Maksudku, kau tak lihat? Ada musuhmu didepan? Bisanya saja melupakan hal itu. Setidaknya kau berhati-hati."

"Tapi mereka baik kok! Terutama kakak perempuan yang pakai pistol itu! Dia memberikanku cokelat! Walaupun kakak laki-laki yang berdiri di sana nampaknya tidak begitu bersahabat sih.." sahut Ren sambil menghindar dari seekor mutan yang ingin melahapnya--melirik ke arah Zelva yang masih dengan air muka kesal. "Cokelatnya enak lho, ada kacang mete dan kismisnya! Lalu, ada rasa susu juga! Kak Nanase mau?"

Oi, oi. Tunggu dulu. Hei gadis kecil yang begitu polos, kenapa kau malah mengalihkan pembicaraan? Apa kau takut cakar tajam Nona Vice Leader mu itu mencabik-cabik tubuhmu yang mungil itu? Ren pun berlari-lari kecil menghampiri Nanase, takut bila amarah Nanase meledak dan malah menambah masalah yang makin runyam, tentunya. "Lalu, bagaimana dengan mutan-mutan ini? Masa' dibiarkan saja? Padahal tadi Ren sudah mengalahkan banyak lho, kak. Kan sayang~ Mubazir lho.."

-----------------

Oote: Mubazir? Emang makanan ? O_o *digebuk

OOT: awkwkwk mubazir =)) =)) boleh juga dijadiin mutan guling =)) =)) *plak*

= = = = =
TUHAN. Serius, Ren tidak tahu harus berbuat apa.

"Yah, aku juga kurang lebih sama" jawab Sakurano tiba-tiba seperti membaca pikiran Ren. Ia berdiri disamping Ren sekarang sambil menatap Zelva dan Nanase yang tampaknya benar-benar marah. Apa mungkin karena kebodohannya lagi?, Sakurano tahu kalau terkadang dia suka bertindak sesuka hati dan perasaannya saja. Tapi siapa sangka kalau sampai mereka berdua bisa semarah itu, Nanase-chan dan Zelva-kun bahkan akan bertarung sebentar lagi, sepertinya.

Wajahnya tampak capek. Terang saja begitu karena fisiknya memang tak sekuat penampilannya.
Ia kemudian jatuh terduduk. Dengan wajah berdebu akibat pertarungan dengan mutan-mutan itu, pasir jadi bergerak lebih bebas lalu sekarang menempel dikulitnya karena keringat.

"Ha-habis ini aku pulang ah" gumamnya pelan kemudian jatuh pingsan.

OOT: Kenapa ngga dijadiin kari sajah ' 'a
Kan enak~ *hauh halah**ditimpuk

----------------------------------------

Brukk.

Entah kenapa telinga gadis kecil ini menangkap suara benda yang terjatuh. Jika mutan, pasti akan diikuti dengan suara debaman keras. Jika reruntuhan bangunan, pasti terdengar seperti suara batu pecah. Namun yang satu ini berbeda. Ia pun menoleh ke kanan dan kiri--kemudian menemukan Sakurano yang sedang pingsan. Dengan polosnya tanpa memperdulikan reaksi Nanase nanti, Ren pun menghampiri Sakurano.

"Hei, kakak! Sadarlah!" sahutnya sambil mencoba menggendong Sakurano. Huft! Beratnya!
Wajar saja, seorang anak gadis berumur 13 tahun menggotong wanita remaja berumur 18 tahun? Apa tidak salah dengar?

Yah, setidaknya Ren sudah membawanya ke tempat yang lebih aman sebelum pertarungan antara Nanase dan Zelva terjadi, bila keadaan memaksa untuk begitu.

Hyuuuuung.

Entah kenapa kepala Ren menjadi pusing. Pusing sekali sampai rasanya mau pecah. Menyandar pada reruntuhan di samping Sakurano, Ren pun memegang dahinya. Nampaknya ia terlalu memaksakan diri untuk menggendong Sakurano, dan kini ia pun kecapekan karena memang ketahanan tubuh yang lemah. Tuhan.

--------------------------------------------

CMIIW~ *blugh

"Lalu, bagaimana dengan mutan-mutan ini? Masa' dibiarkan saja? Padahal tadi Ren sudah mengalahkan banyak lho, kak. Kan sayang~ Mubazir lho.."

Zelva hanya menaikkan sebelah alisnya begitu anak maniak berburu itu mengatakan hal itu. Emangnya mutannya mau dimakan?

BRUK!! Suara sesuatu jatuh tepat ada di sampingnya."Sakurano...? Hei, kamu tidak apa apa..??" Tanyanya."Ha-habis ini aku pulang ah"

"Siapa yang menyuruhmu untuk bertarung? Saya kan sudah menyuruhmu untuk pulang!" Katanya,marah. "Untuk apa kau mengurusi 2 orang dari kubu musuh ini..???"

"Sakurano...? Hei, kamu tidak apa apa..??"
"Siapa yang menyuruhmu untuk bertarung? Saya kan sudah menyuruhmu untuk pulang!" Katanya,marah. "Untuk apa kau mengurusi 2 orang dari kubu musuh ini..???"

Samar-samar ia mendengar suara teriakan-atau lebih tepatnya, marah- kepadanya. Mata coklatnya terbuka perlahan, kemudian kembali memicing karena silau.

"Ze-zelva-kun? A-ada ap--a?" ucapnya kepayahan "Maaf, nee, ak-aku merepotkan orang lain saja" kemudian terkekeh merasa bersalah.

"Ze-zelva-kun? A-ada ap--a?" ucapnya kepayahan "Maaf, nee, ak-aku merepotkan orang lain saja" kemudian terkekeh merasa bersalah.

Masih bertanya ada apa??? Tanyalah kepada dirimu sendiri!! Kata Zelva dalam hati, kesal.

"hhh.." Katanya sambil memapah manusia di depannya.
"Kau ini memang merepotkan," katanya sambil mengangkat tubuh Sakurano.

"Masih kuat berdiri tidak...? Atau harus kugendong...?"
Kalau tidak ingat Sakurano adalah anak dari Tokyo Tower, Pasti dia tidak akan mau susah susah membantu.

Isse sedang berjalan-jalan di sekitar perbatasan antara Municipal dan Tokyo Tower, untuk lebih mengetahui daerah sekitar. Walaupun ia dulunya adalah penduduk lama tokyo--well, tidak terlalu lama juga--ia harus lebih mengenal daerah baru, yang telah jauh berubah semenjak dulu. Lihat saja, reruntuhan dimana-mana, bangkai mutan berserakan, pemandangan yang jauh berbeda dari ia kecil dahulu.

Mendengar ada keributan di sebelah sana, Isse tak ingin mengganggu. Dua wanita berjubah merah tua seperti dirinya, dan yang satu lagi ditemani seorang lelaki berjubah hijau. Dari kubu-nya, ia tahu bahwa itu sang Vice Leader, Nanase. Dan gadis-setengah-remaja berambut kuning yang sedang bersandar di puing-puing bangunan itu.. Mungkinkah itu Ren? Entahlah, Isse tidak bisa memastikan wajahnya karena tertutup oleh helai rambutnya yang jatuh karena ia agak menunduk. Dari situasinya, sedang ada pertengkaran-kah? Sudahlah, kau pun juga ingin menghiraukannya--tak ingin terbawa-bawa masalah dan malah membuat semakin. Berjalan seperti layaknya perampok, mengendap-ngendap dari balik reruntuhan.

Kletak!

Uh-oh, Isse menginjak batu! Dan tampaknya ada yang menyadari keberadaannya disana. Great. Kalang kabut, Isse segera bersembunyi dari balik reruntuhan, berharap tidak diketemukan. Karena kadang kedatangannya bisa membuat masalah semakin rumit.

"hhh.." Katanya sambil memapah manusia di depannya. "Kau ini memang merepotkan," kata Zelva sambil mengangkat tubuh Sakurano.

"Ehee..maaf." Jawabnya terkesan merasa tak bersalah pula.

"Masih kuat berdiri tidak...? Atau harus kugendong...?"

"Ah, nggak. Udah nggak apa kok. Makasih." ujarnya sambil mencoba agar tak jatuh sewaktu berdiri.

Pusing tujuh keliling.

Serasa sedang berada dalam angin yang berputar bagaikan roda. Kepala Ren terlalu pusing untuk kembali berjalan, namun kelihatannya sebagian syarafnya masih bekerja.

Kletak.

Terdengar? Suara batu mengetuk tanah yang gersang itu?

"Siapa disana?" teriak Ren dengan nada serak, tetapi tetap cempreng seperti biasa. Mencoba berjalan sambil berpegangan pada bebatuan, Ren pun mulai mencari asal si pembuat ulah itu. Kemudian ia menemukan sesosok gadis berambut cokelat krem, dengan topi biru-nya menyembul keluar dari balik batu. Ren pun tersenyum geli melihat tingkah laku gadis yang sedikit kikuk itu yang agak mencerminkan sifat dirinya.

AAAAAKH!!! Mereka benar-benar menyadari kehadirannya!!!!!!

Sesaat, Isse menyadari bahwa salah satu dari mereka telah berdiri di hadapannya. Mendongak keatas--yap--kau pun tahu setelah melihat wajah pucat seorang gadis berambut kuning keemasan yang sedang memandang ke arahmu.

"R-ren-san?" tanya putri bertopi biru satu ini dengan suara kecil. Kecil sekali sampai seekor semut pun tak bisa mendengarnya. Malu, mungkin? Entahlah. Menoleh sedikit ke arah timur, Isse pun melihat vice leader Municipal, Nanase. Tampangnya seram dengan cakar-cakar tajam tumbuh dari jari-jarinya, seperti dalam mode vampir. Ya, memang ia masih dalam mode vampir. Benarkah?

"Ren-san?"

"Yosh, Ren disini," jawab Ren, dengan nada sedikit lebih rendah dari biasanya--yang biasanya cempreng dan tinggi. Tak bersemangat karena terlalu lelah? Mungkin ia memang harus lebih banyak istirahat... "Tak perlu takut, kakak-kakak berjubah hijau itu baik-baik semua, kok! Terutama yang perempuan!"

Baik, katamu? Mereka itu musuh, bodoh. M-U-S-U-H. MUSUH! Pernahkah kau belajar bahasa di sekolah? Semua orang dari Municipal tahu akan hal itu! Bisa-bisa amarah putri Vampire yang sedang berdiri di sebelah sana itu pun kembali melunjak karena perkataanmu tadi. Hei, Ren, jangan kembali memancing permasalahan, oke?

Well, kita tak tahu apa yang akan terjadi nanti, benar? Dasar Ren, sungguh bodoh.

Makan kue yuk.

Ah, Nanase. Mengapa kau harus bermain dengan para manusia tak berpikiran jernih? Menyedihkan sekali nasibmu. Ingin sekali rasanya meneteskan sedikit mutiara tak bernilai ke permukaan tanah. Melihat para anggota sekalian menghiraukan keberadaannya. PERASAAN, sejak tadi dia senang-senang saja duduk, dia, berdiri, sendiri. Tak usah ditemani juga sudah tak apa-apa kok. Hanya tersenyum dan membayangkan jika dirinya sedang minum teh diantara para hewan yang tak bisa diam kelakuannya.

HEI, tak sopan.

Persetan.

"Hei, kalau main drama ditempat yang seharusnya dong." Menunjuk tunjuk kearah sang lawan yang tengah jatuh pingsan--mungkin, hampir lebih tepatnya. Dan sang lelaki musuh membantu menggendong. Sebuah cerita romantis bodoh dari negeri bodoh. Sudah begitu, ada seorang yang datang, hei tambah susah saja kehidupan Nanase. "Hei, kamu kenapa kesini? Pulang." dengan tangannya yang mengusir.

"Ren, ayo kita kembali."

Lelah, malas tauk.

Sakurano merasa dirinya sudah bisa berdiri sendiri sekarang.
"Terima kasih, Zelva-kun. Aku merasa sudah baikan sekarang" balasnya tersenyum pada Zelva.

"Tak ada monster lagi kan?" ucapnya separuh bergumam.