[RP] Feel the Pain

"eyes of death aktif" dengan seruan itu matanya yang berubah warna tengah matanya menjadi warna biru "yeah terlihat sekarang" serunya sambil memegang pisau nya dan melihat ada seorang pria yang berlari menyamping.

"Ah~ Orang Distric yang jadi Municipal toh?" Cosmo mengerti sekarang "Kalau begitu, posisi kita sama dong, Cae-onee-chan" ia tersenyum manis lagi.

"Ssssh! Diam!" bisik Ivo kepada Cosmo yang berdiri disampingnya. "Nanti kita bahas lagi masalah ini. Ah, dan satu lagi.. Saya Yvonne, bukan Caecilia. Harap diingat."

"LARI!"

Suara itu... Allan.

Mengagetkan saja, pikir Ivo. Ia pun membalikkan badan. Ternyata mutan itu sedang bergerak ke arah belakang--ke arah mereka, tentunya. Gawat, pasti daya hancur serangannya besar, pikirnya kembali, melihat ukuran tubuh mutan krustasea berwarna ungu itu. Ivo pun cepat-cepat mereparasi Ruu, menggunakan seluruh kemampuannya, kemudian berlari menghindar dan bersembunyi di balik reruntuhan sebelum terlambat.

"Allan-san! Jika aku potong antenanya, maka keseimbangannya hilang, kan?" serunya sambil kembali merevisi perkataan Allan sebelumnya.

"Allan-san! Jika aku potong antenanya, maka keseimbangannya hilang, kan?" serunya sambil kembali merevisi perkataan Allan sebelumnya. Rena yang mendengar apa yang di katakan ivo sedikit binggung "anntena nya kan pastinya akan sulit " kata rena karena melihat capitnya yang sangat besar itu.

"Allan-san! Jika aku potong antenanya, maka keseimbangannya hilang, kan?" serunya sambil kembali merevisi perkataan Allan sebelumnya. Rena yang mendengar apa yang di katakan ivo sedikit binggung "anntena nya kan pastinya akan sulit " kata rena karena melihat capitnya yang sangat besar itu.

"Hah..."

Kazuma menghela nafas panjang. Orang-orang disana terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Ia mendengar kata Third, Eyes of Death, dan lainnya yang ia tidak begitu perdulikan. Malas memikirkannya.

"LARI!"

"Allan-san! Jika aku potong antenanya, maka keseimbangannya hilang, kan?"

Rentetan perkataan itu mengejutkannya. Rupanya karena melamun, ia baru sadar bahwa mutan itu tengah menyerangnya--tidak--mereka semua yang berdiri disana. Kazuma pun dengan sigap menghindar, namun capit mutan itu melukai bahu kanannya karena tidak hati-hati.

"Ah! Saya merasa pernah melihat mutan jenis ini," ucap Kazuma sambil menahan sakit di bahu kanannya. "Rasanya... Mirip sejenis Carapaceon, begitu yang pernah kulihat di buku. Tapi entahlah, kakak bermata teal disana mungkin tahu sesuatu?" kemudian melirik ke arah Allan.

"anntena nya kan pastinya akan sulit "

"Hmmm," Ivo melipat tangannya. "Benar juga, katamu. Bagaimana cara memotongnya?" Ivo tampaknya harus sedikit menguras otak.

"Ah! Saya merasa pernah melihat mutan jenis ini," ucap Kazuma sambil menahan sakit di bahu kanannya. "Rasanya... Mirip sejenis Carapaceon, begitu yang pernah kulihat di buku. Tapi entahlah, kakak bermata teal disana mungkin tahu sesuatu?" kemudian melirik ke arah Allan.

"Cara...paceon... Katamu?" balas Ivo. Bohlam lampu kelihatan muncul di atas kepalanya. "Benar juga, setelah melihat cangkangnya dan bentuk tubuh seperti krustasea, yang menurut penglihatanku mirip sejenis Hermit Crab. Namun aku tidak tahu cara menyerangnya karena hanya pernah melihatnya sepintas di ensiklopedia di dimensiku dulu. Tidak ada ide..." Ivo pun kembali duduk di atas reruntuhan bangunan. Otaknya sedang blank, sama sekali tidak ada rencana menyerang. Padahal ia ingin sekali membunuh mutan sialan yang telah meremukkan Ruu, namun ia tahu ia tidak bisa melukainya sedikitpun melihat kondisi badannya sekarang.

BRAKKKKK!

Apa lagi itu? Suara segerombolan mutan menjatuhkan puing bangunan raksasa yang tadinya masih utuh di sana. Kali ini mutan yang muncul adalah sejenis Raptor, mungkin reptilia yang bermutasi menjadi makhluk seperti dinosaurus kecil (OOte: Ngawur). Mereka datang berkerumunan, membuat Ivo makin kesal melihat banyaknya mutan di sana.

Spoiler:

"Cih, bertambah lagi biang masalah," omel gadis bergaun hitam itu. "Mana banyak pula! Yang satu besar, yang lainnya kecil namun kelihatan merepotkan. Sejak kapan dinosaurus bangkit lagi ke bumi?"

Hei, itu bukan dinosaurus, nona Deuz. Itu mutan. M-U-T-A-N. Kukatakan padamu, hari ini Ivo memang sedikit 'error'...

----------------------

OOte: Nggak tahu mau nulis apa *dibejek**dilempar ke langit ke tujuh*

Munculin mutan baru lagi!!!!!!!!!!!!! *ngaco**ditendang*
Biar seru, nyehehehehehe~~~~~ :3

"Cih, bertambah lagi biang masalah," omel gadis bergaun hitam itu. "Mana banyak pula! Yang satu besar, yang lainnya kecil namun kelihatan merepotkan. Sejak kapan dinosaurus bangkit lagi ke bumi?"

Hei, itu bukan dinosaurus, nona Deuz. Itu mutan. M-U-T-A-N. Kukatakan padamu, hari ini Ivo memang sedikit 'error'...

"hei jangan bilang akan merepotkan" kata rena pada ivo,"sebaiknya kita hancurkan mereka yang kecil dulu" kata rena kepada orang-orang yang berada disana

"hei jangan bilang akan merepotkan" kata rena pada ivo,"sebaiknya kita hancurkan mereka yang kecil dulu"

"Hei, perempuan... Kalau kita terlalu fokus terhadap yang kecil, bagaimana dengan monster ungu raksasa itu? Didiamkan saja? Bisa-bisa kita yang malah hancur dicabik-cabik," ujarnya.

Tidak adakah yang bisa dilakukan?, pikirnya sambil kembali memandang Ruu yang masih belum beroperasi kembali.

TING!

Sesaat ide cemerlang terlintas dipikirannya. Ivo memandang sinis kedua orang dari Municipal itu. "Begini saja, mereka jadi umpan terhadap yang kecil, biarkan kita urus yang besar. Setuju, teman-teman?" Ivo tersenyum walaupun senyumnya tidak menjanjikan--hanya berpura-pura saja.

Ivo pun menunggu jawaban dari pihak Municipal....

Hei, hei, hei. Bicara saja terus, acuhkanlah nona kecil satu ini. Mungkin ia bisa mengomel kesal karena dibiarkan.

BRAKKKKK!

Mutan kembali bermunculan! Oh, great. Isse pun bingung, tadi muncul mutan besar, kini muncul pula yang kecil namun bergerombol... Pusing.

"Begini saja, mereka jadi umpan terhadap yang kecil, biarkan kita urus yang besar. Setuju, teman-teman?"

"Umpan?" tanya Isse kemudian melirik ke arah Ivo. "Maksudnya..?"

Hei, hei, hei. Bicara saja terus, acuhkanlah nona kecil satu ini. Mungkin ia bisa mengomel kesal karena dibiarkan.

"hah benar juga yang kau kata kan" sahut rena

BRAKKKKK!

Mutan kembali bermunculan! Oh, great. Isse pun bingung, tadi muncul mutan besar, kini muncul pula yang kecil namun bergerombol... Pusing.

"Begini saja, mereka jadi umpan terhadap yang kecil, biarkan kita urus yang besar. Setuju, teman-teman?"

"Umpan?" tanya Isse kemudian melirik ke arah Ivo. "Maksudnya..?"
"mungkin masudnya itu anak itu agar orang dari municial building itu menjadi sasaran mutan yang kecil" kata rena

"mungkin masudnya itu anak itu agar orang dari municial building itu menjadi sasaran mutan yang kecil"

"Haaah??" seru Isse. "Ogah! Isse tidak mau jadi umpan! Kakak itu saja yang jadi umpan, Isse tidak mau! Nanti baju Isse berantakan, dan-"

Yeah, bla, bla, bla. Terserah kau bicara apa, namun kau disini bersifat sebagai 'Penyusup', benar kan? Setidaknya patuhi perintahnya agar kau selamat. Dasar anak kecil.

"Haaah??" seru Isse. "Ogah! Isse tidak mau jadi umpan! Kakak itu saja yang jadi umpan, Isse tidak mau! Nanti baju Isse berantakan, dan-"

Yeah, bla, bla, bla. Terserah kau bicara apa, namun kau disini bersifat sebagai 'Penyusup', benar kan? Setidaknya patuhi perintahnya agar kau selamat. Dasar anak kecil."hahahahaha dasar anak kecil" kata rena sambil tertawa."jadi siapa yang akan menyerang?" tanya rena kepada orang-orang disana.

"jadi siapa yang akan menyerang?"

"Entah, kakak yang berjubah merah itu saja," Isse kemudian menunjuk ke arah Kazuma. "Kayaknya dia hebat, Isse soalnya tidak begitu pandai soal menyerang."

"Entah, kakak yang berjubah merah itu saja," Isse kemudian menunjuk ke arah Kazuma. "Kayaknya dia hebat, Isse soalnya tidak begitu pandai soal menyerang."
"kalo begitu ke ahlian mu apa ?" tanya rena pada gadis itu sambil sweet drop.

OOte:

tanya rena pada gadis itu sambil sweet drop.

Sweet drop? Sweet=permen, drop=jatuh? Permen jatuh?? - -a

---------------------------------

"kalo begitu ke ahlian mu apa ?"

"Isse cuma bisa ngatur strategi, terus karena Isse spiritualist jadi tugas Isse biasanya bantuin ngangkat-ngangkat barang atau membuat dinding pertahanan walaupun tidak terlalu kuat," balas Isse sambil agaknya menggaruk-garuk kepalanya.

"Entah, kakak yang berjubah merah itu saja," Isse kemudian menunjuk ke arah Kazuma.

"K-kau... Seenaknya saja," Kazuma menatap sinis gadis kecil bertopi biru itu seraya sweatdropped. "Well, aku mau-mau saja, tapi setidaknya gadis kecil ini ikut juga, dong!"

Kazuma pun menoleh ke arah jejeran mutan disana. Wah, wah, wah. Kelihatannya makin merepotkan saja. Menarik pedangnya keluar dari sarung pedang di punggungnya, Kazuma pun bersiap-siap untuk menjadi 'umpan'. "Oke, kapan saja aku diperintahkan aku siap!"

"Isse cuma bisa ngatur strategi, terus karena Isse spiritualist jadi tugas Isse biasanya bantuin ngangkat-ngangkat barang atau membuat dinding pertahanan walaupun tidak terlalu kuat," balas Isse sambil agaknya menggaruk-garuk kepalanya.

"Kekuatanmu bisa berguna," ujar Ivo, agaknya menasehati Isse. "Setidaknya kamu gunakan kekuatanmu untuk melindungi kawanmu itu, gadis kecil. Daripada kau diam saja dan membuatku kesal."

"Oke, kapan saja aku diperintahkan aku siap!"

"Baguslah, tinggal tunggu aba-aba dari Allan-san saja, ia lebih berpengalaman soal ini," balasnya.

PIIIIIIIIIP!

Suara itu... Ruu! Ia kembali berfungsi!

"Baguslah, ini baru menyenangkan," gumam Ivo. "Aku bisa bermain-main dengan mutan ungu itu sejenak..." Ia kemudian bangkit dari tempatnya duduk kemudian bersiap-siap menyerang makhluk aneh raksasa itu. Bersama sang Angel, Ruu, yang kembali bergerak setelah sirkuitnya sempat putus karena remuk dihantam krustasea itu.


Antena, incar antenanya.

Flash Back

"Ssssh! Diam!" bisik Ivo kepada Cosmo yang berdiri disampingnya. "Nanti kita bahas lagi masalah ini. Ah, dan satu lagi.. Saya Yvonne, bukan Caecilia. Harap diingat."

"Ah~ Iya, Ivo-nee-chan" ujarnya masih tersenyum dengan imutnya.

Segera setelah ia berkata demikian pada wanita didepannya, seseorang terdengar berteriak

"LARI!" Suara itu... Allan.



Sudah kukatakan bahwa lelaki selain aku itu menyebalkan, lalu Cosmo menghilang cepat shunshin no jutsu, eh?! dan mencari tempat yang nyaman untuk mengawasi.

End of Flash Back

______________________________________________________________________________________________________________
OOT: silahkan lanjutkan pertarungan =33

"hah antena akan ku coba" rena bersiap menyerang mutan itu,rena mulai berlari mendekati mutan itu dengan kecepatan penuh *brak* mutan itu menyerang rena "ugh" rena terlempar dan terpental ke batu .

"Hirenkyaku." Shawn bergerak dengan cepat kedepan monster itu, dan menghunus Akai Suzu.

"Sakigake no Ichi." *ZRAT! JRAT! ZRAT! JLEB!* Empat tebasan diluncurkan Allan pada monster itu dari jarak dekat, sayangnya tidak berpengaruh banyak karena cangkang luarnya kuat sekali.

"Bah." gumamnya pelan.

"Rasanya pernah ketemu... apa yah namanya... hm... Daimyo... Daimyo..." gumamnya mengingat-ingat."

Saat itu, mutan krustasea itu mengayunkan sapitnya yang besar untuk menghantam Allan.

"line of death" rena berlari ke arah mutan itu dan menebas kan pisau nya."kyoukusin no rena " zrak zrak menebaskan 13 kali hit."wah ternyata tidak semudah yang ku bayang kan aku harus menebas anntena nya" rena berlari dan loncat ke arah mutan itu.

"Rasanya pernah ketemu... apa yah namanya... hm... Daimyo... Daimyo..." gumamnya mengingat-ingat.

"Mungkinkah... Daimyo... Hermitaur?" Ivo menebak-nebak dengan asalnya, mengingat ia pernah membaca nama itu di suatu buku...

Ivo pun kembali memperhatikan kembali gerak-gerik krustasea berwarna ungu itu--jika sewaktu-waktu ia akan menyerang. Beberapa saat kemudian, ia baru sadar kalau makhluk aneh itu akan menyerang Allan menggunakan capitnya yang besar itu.

"Allan-san!!! Awas, di depanmu!!!"

Tanpa berpikir panjang, Ivo memerintahkan Ruu untuk berlari ke arah monster bercangkang tersebut. "Hibashiri no Mai," perintahnya, sesaat lengan kanan Ruu berubah menjadi sebuah senjata pelempar api. "Haisekishou!"

BLAAAAAAR!

Senjata tersebut kemudian mengeluarkan bola--bukan--peluru api, tepatnya, menyerang capit mutan itu. Ruu dengan lincahnya melancarkan serangan terhadap capit 'berbahaya' itu, agar perhatiannya teralihkan dari Allan. "Cepat lari selagi perhatiannya teralihkan, Allan-san!" teriak Ivo dari jauh.

Memang, mutan itu kuat sekali, serangan tadi hanya membuat capit makhluk satu ini retak, tidak lain. "Cih, menyebalkan," gumam Ivo. Ia ingin menyerang antenanya, namun ia tahu tidak mungkin melakukannya sekarang, melihat kondisi monster itu yang makin mengganas. "Tak adakah cara lain?"

"Cara lain lebih baik kita coba menjatuh kan krustasea itu " kata ren sambil memegang pundak nya yang sedikit mengalami kerusakan akibat terpental ke bebatuan."hah tidak adakah yang dapat memperbaiki part q " omel rena .

"Cara lain lebih baik kita coba menjatuh kan krustasea itu "

"Bukan cara lain--itu memang satu-satunya cara, bodoh," balas Ivo ketus. "Setidaknya kita harus membuatnya lengah dulu..."

"hah tidak adakah yang dapat memperbaiki part q "

"Aku bisa membantumu, biarkan aku melihat komponenmu sejenak," Ivo kemudian menghampiri Rena, memperhatikan seluk beluk tubuh gadis persocon itu. "Oke, kelihatannya tidak jauh beda dengan Ruu, akan kuperbaiki. Kemarikan lenganmu."

Sementara perhatian Ivo tertuju pada Rena, ia pun lupa akan Angelnya yang berada di sebelah sana, bersiap melindungi Allan yang tadinya melamun--entah sedang memikirkan apa--jikalau monster ganas itu menyerang kembali.

KWOOOOOAK!
*BRUK!*

Yeah, mutan jenis satu lagi, sudah dijelaskan sebelumnya, semacam Raptor. Yang kecil, menimpa Ivo, siap menerkamnya. "Gah, ada pengganggu!" seru gadis bergaun hitam ini. Ia pun mengambil sebongkah batu dan melemparkannya ke arah kepala mutan itu. "Nah, makan tuh batu, mutan busuk!" Kemudian ia melangkah menjauh.

"heh... Jangan menggagu dasar mutan jelek" teriak rena,setelah raptor itu di pukul batu oleh ivo,rena langsung melepar pisaunya dan tepat menusuk kepala raptor itu dan mati "hah ayo lanjut kan " kata rena.