[RP] Red Ocean

OOC:

• Webe judul *w*
  
• Terbuka lebar untuk semuanya xD
  
• Setting di Batas antara Municipal dan Tokyo Tower dan Malam hari
  
• mencarijodohuntuknanasealiasudahadadeng
  
• After RPU :3
  
• Pendek oTL webe dikit *w*
  

-----------------------------------------------------

Angin.

Kedua orb ungu miliknya terbuka dan tidak sekalipun tertutup. Melirik keatas, cukup indah. Melihat kedepan, aneh begitu gersangnya. Menderita bisa tinggal di daerah yang penuh pasir, bebatuan, dan monster yang aneh. Akan dia beri sebuah darah segar jika ada yang mengatakan dimensi ini indah tempatnya. Dan mencoba membantu orang itu untuk melihat lebih jelas kenyataanya.

Yang ada hanya angin kering yang dingin. Terselimuti oleh mantel merah yang cukup hangat untuk menjaga dirinya dari anginnya malam. Apa yang dia lakukan disini? Melihat dengan jarak jauh Tokyo Tower--bagiannya bukan tempat distriknya. Entah kenapa kedua gelasnya tertuju pada tempat itu. Hem, cukup menyedihkan juga.

Duduk memandangi daerah lawan dan menghela nafas panjang. "Inikah perang? BIsakah damai?" entah dia out of character atau tidak tetapi jarang sekali dia berpikiran seperti itu. Mungkin mengingat sudah malam pikiran pun tidak jernih dan benar.

Malam yang dingin. Zelva mulai berjalan tidak tentu arah. Entahlah...dia berjalan sesuai instingnnya karena ia memang tak mengenal daerah ini......

GREAT. Ia sama sekali tidak tahu menahu tentang dimensi ini. Ibunya membuangnya tanpa memberitahu apa apa setelah meninggalkannya. Jangankan memberi peta, berbicara pun tidak...lalu tempat ini....Seperti pada jaman perang dunia yang dulu pernah ia pelajari di pelajaran sejarah saja......

Dan tentu saja ia jadi tersesat. "Very good." Gumamnya geram sambil terus berjalan tanpa tau arah yang pasti.

Lalu mata birunya menangkap sesosok wanita yang berdiri sendirian. Enggan rasanya menyapa, tapi apa daya, ia sama sekali tidak tau arah......

"Hei.... Apa kau tahu jalan menuju Tokyo tower dari sini...?" Ia berbicara dengan wanita itu. sebenarnya ia agak ragu juga, karena dulu di dimensi tempat ia tinggal wanita yang berjalan dan berkeliaran di atas jam 6 malam adalah wanita yang 'tidak baik'.

Tuhan.

Kaget.

Ada yang menanyakan dimana arah Tokyo TOwer berada? Hem, sepertinya dia adalah salah seorang warga sana. Harus berhati-hati mungkin dia adalah vampire hunter dan mungkin juga tersesat. Tapi tujuannya sudah ada didepan mata, dihadapannya sekarang adalah daerah Tokyo Tower dan dibelakangnya adalah kubu-nya.

Tetapi kok bertanyanya seperti ragu-ragu sekali ya? Apakah karena Nanase adalah seorang perempuan yang berkeliaran seperti orang jahat? Ungh, sudahlah biarkan saja. "Didepanmu." melanjutkannya kembali, "Didepanmu adalah daerah Tokyo Tower, jika kau jalan terus kau akan menemukan tempatnya." perasaan tidak enak lalu cukup menjauh dari pemuda yang bertanya itu.

"Kau?! Vampire HUnter kah?!" siap ancang-ancang untuk menyerang. Yap--bau pemuda itu seperti layaknya vampire hunter. Apa maksudnya tadi dia bertanya kepada Nanase? Yah, mungkin itu tidak ada maksud dan juga ada maksud lain. "Jawab!"

Di Depannya..? oh ya. Sepertinya ia dapat melihatnya.

Mendengar Sang wanita (Atau pria nih Nanase..?) Sepertinya bersiap untuk menyerangnya membuat ia juga mengambil sikap awas, namun tetap tenang. Ia lebih percaya kepada insting dan refleknya yang bagus ketimbang untuk bertindak sekarang.

"Iya. Saya Vampire Hunter."

DHEG.

Apakah yang ada di depannya ini adalah warga Munipical Bulding......??

TUNGGU DULU. Lebih dari itu. Dia mencium sesuatu yang ia sangat kenal....oke. sekarang instingnya sangat bekerja. Apakah ia Vampire..??????

'OH TUHAN. Tolonglah...... Saya memang membenci Vampire, tapi untuk saat ini saya sangat tidak berminat berdebat dan bertarung dengan makhluk parasit ini....' Katanya dalam hati sambil mengambil sikap 2 kali lebih waspada.

Sambil terus memperhatikan gerak geriknya, Ia mulai bertanya kepada wanita itu.

"Apakah kau.....Vampire...?" Katanya sambil mengeluarkan busur dan panah dari kantong di belakangnya yang entah kenapa selalu ia bawa ke mana mana sejak ia ada disini.

"... Kakak.. Malaikat..." Suara seorang gadis tiba-tiba terdengar dari balik puing-puing bangunan.

Ren kemudian muncul dari balik reruntuhan bangunan. Wajahnya pucat, sepertinya masih sakit, namun Ren memaksakan dirinya untuk bertemu 'Kakak Malaikat' yang telah menolongnya sewaktu di poliklinik. Ada apakah gerangan ia menemuinya di tengah gersangnya daratan?

"Muka kakak.. Menyeramkan.." Ren memandang Nanase dengan wajah yang sayu. "Kakak.. kenapa?"

"Aku.. mau membantu kakak..." Melihat pose Nanase yang siap menyerang Zelva, Ren mengambil dua bilah pisau yang ada di kantung senjata di punggungnya. "Tidak apa-apa kan, kak?" Mulailah--senyuman Ren yang menandakan ia HARUS membantu Nanase.

Gawat nih; udah tahu sebuah pertarungan tampaknya akan dimulai namun masih saja mencari gara-gara.. Apa lagi dengan kondisi tubuhnya yang masih belum pulih benar..

@Zel-sen: Perempuan dong~ :3

--------------------------------------------------

Sial, benar. Dia vampire hunter. Gelas ungunya yang tiba-tiba berubah menjadi kuning emas dan mengeluarkan cakarnya bertanda siap bertarung. Walau sedang tidak ingin, tetapi sekedar untuk menyelamatkan diri dari vampire hunter itu wajar.Lelaki yang menanyai beberapa pertanyaan itu akhirnya menyadari bahwa perempuan yang didepannya adalah seorang vampire.

"Betul, apa maksudmu tadi bertanya?! Apakah kau mau memancingku utnuk ke Tokyo Tower?!" seribu pertanyaan menyerbu pemuda dari gubu sebelah.

Tiba-tiba kedatangan seorang perempuan yang ditemuinya di municipal UGD. Ah, gadis itu lagi. Dan lagi-lagi memanggilnya dengan kakak Malaikat. Dia langsung mengeluarkan pisaunya. "Sudah, kau diam saja. Kau baru sembuhkan? Biar Nanase yang mengurus." mendorong mundur sang perempuan wajah inosen.

Sial, malam-malam harus bertarung.

"Betul, apa maksudmu tadi bertanya?! Apakah kau mau memancingku utnuk ke Tokyo Tower?!"

mendengar sang vampire wanita menanyakan hal itu membuat Zelva hampir tersedak. Pasalnya....tujuan awal ia bertanya kan memang untuk bertanya arah..karena ia sama sekali kehilangan arah..

"Apa? Saya sama sekali tidak tahu apa maksudmu. dan maksud saya dari awal menanyakan hal itu karena saya ,memang tersesat," jawabnya jujur sambil berusaha untuk tetap siaga. Mata sang wanita berubah menjadi kuning emas, cakar pun mulai menampakkan wujud dibalik jari jarinya. Membuat untuk sesaat Zelva bergidik. "hei wanita. Apa maksudmu mengeluarkan wujud vampiremu di depanku...?? kau mau benar benar kubasmi..?" Bukannya Zelva baik hati, tetapi sungguh, malam ini ia memang malas bertarung. 2 hal buruk sudah terjadi padanya berturut turut. Dan malam harinya ia harus berhadapan dengan Vampire wanita...?????

oh iya. satu lagi. Zelva enggan menyentuh wanita karena ada sedikit perasaan trauma dengan ibunya yang secara tidak langsung membuat dia berpikiran bahwa semua wanita itu bejat.

Panah dan busur siap di tangan. kalaupun si vampire lari, toh Zelva tetap bisa membidik dengan tepat. "Pergi," Katanya mengusir. "Pergi atau kutebas kau dengan panah ini"

ucapan terimakasih yang tadinya sudah ada di ambang mulut tidak jadi dikeluarkan lantaran sudah keburu melihat sosok asli sang wanita.


"... Kakak.. Malaikat..."
Zelva menoleh ke arah suara tersebut. Sesosok wanita lagi muncul dari arah reruntuhan. "hhh...." Ia mendesah. pasalnya ia tahu bahwa wanita ini pun sepertinya tidak bersahabat. Ya. Ia tahu bahwa wanita ini pun warga dari Munipical Building. Kembali menoleh ke arah vampir, berpikir sebentar,dan berkata, "Daripada kau bertarung denganku, lebih baik kau urus dia." katanya menunjuk wanita yang terluka itu. "Urusan bertarung, bisa kita lanjutkan kapan kapan, kalau kau mau. Apa kau masih tetap mau menyerangku sekarang, Vampire? Itu terserah mu saja, aku akan melayanimu."

Tampang Ren mulai mewek seakan-akan lupa dengan kondisi tubuhnya--tampaknya ia kesal karena tidak diperbolehkan bertarung. "Yaah~ Kok begitu sih? Bukannya ia musuh?? Pokoknya Ren mau bertarung!"

Ah, kemauannya itu banyak sekali, dan sepertinya harus dituruti. Sepertinya ia lupa kalau ia banyak merepotkan Nanase di Municipal UGD, sekarang harus ini..? Ia kemudian melirik ke arah Nanase..

Melihat mata Nanase yang begitu menyeramkan setelah berubah menjadi vampire melotot ke arahnya, sepertinya Ren tidak ingin berurusan lebih jauh lagi dengannya.

"Eh-eh.. Baiklah.. Muka kakak makin menyeramkan deh.." ucapnya singkat. "Ren menonton saja pertarungan dari belakang batu itu ya!"

Yap--lebih baik Ren menjauh atau ia akan kena dampak serangan dari pertarungan yang akan dimulai itu. "Semangat ya kak Nanase~" Teriak Ren sambil berpose macam cheerleader. Haduh, bukan saatnya untuk memberi semangat saat darurat begini--memangnya ini perlombaan apa? Serius, otak Ren tampaknya makin tidak waras. Laki-laki yang menjadi musuh Nanase itu kelihatan heran dengan ulah gadis kecil yang satu ini.

@zelva [OOT]: chara anda cowo kan? gg pake acara kenal-kenalan ama saya lagi dong ya saya kan terkenal di ToTo *ditempeleng* =)) =)) awkwkwk *ditendang*

baru sadar kalo smua vampire hunter ToTo itu... takut darah, dan gg bernafsu kalo nengok vampire karna sendirinya juga sama =)) *jalan nyeret* xDD

bdw, Sakurano baru nambah umur jadi 18 sama kayak PM nya ok =33 *blink* sekedar penjelasan.

= = = = =

"Hei, Hei, Zelva-kun~~~" panggilnya dari jauh. Siapa lagi kalo bukan Sakurano.
Gadis itu--atau mungkin ia tak pantas lagi disebut 'gadis'- tampak berlari-lari kecil kearah kumpulan 3 orang itu. Umurnya yang bertambah, tak membuat moodnya gampang jelek ataupun kerutan diwajahnya bertambah.

"Lho? Nanase-chan dan... hng-- Siapa namamu?" ia mengulurkan tangannya pada gadis-kecil-yang-tampak-tomboy-namun-sepertinya-sedang-sakit, sudah bisa ditebak dari jubahnya kalau gadis itu adalah Municipal.

"Zelva-kun sedang apa disini?" tanyanya kemudian. Sekarang Sakurano memang lebih cepat menghafal nama-nama orang di guildnya, lagi-lagi karena kekurangkerjaannya yang terkadang suka mengabsen makhluk-makhluk disana satu per satu sampai ia bisa sadar kalau ada yang hilang 1 disana, yaitu lelaki pirang yang memiliki job yang sama dengannya ini, ia melirik Zelva.

"Ah! Mau coklat, semua?" tanyanya lagi sambil tersenyum riang seperti biasa.

"COKELAT?" teriak nona kecil yang sedang bersembunyi dari balik puing-puing bangunan. "Ren mau minta satu doong~"

Tanpa pikir panjang ia segera menghampiri Sakurano, tanpa memperdulikan statusnya sebagai musuh. Kelihatannya cacing di perutnya mengomel lagi--roti yang diberikan Rolly di Municipal UGD tadi siang tampaknya tidak membuatnya cukup kenyang. Dengan mata berbinar-binar yang jauh lebih terang dibandingkan kilauan berlian, ia menyodorkan tangannya, siap untuk menerima camilan lezat dari Sakurano itu.

"Jadi namamu Ren, ya? Salam kenal~" kata Sakurano sambil tersenyum lagi-lagi, kemudian memberikan sebungkus coklat batangan padanya "Ini." ujarnya kemudian berlutut untuk memberikannya pada Ren.
[OOT: tinggi Ren brapa yak? berlebihan kali yak kalo sampe berlutut gitu? xD;]

"Eh, tapi tidak apa kan dia diberi coklat, Nanase-chan? Mungkin moodnya akan lebih baik selagi dia sakit" tanyanya pada Nanase, oh, atau mungkin bukan bertanya melainkan memberi pernyataan pada Vice Leader guild lawan tersebut.

Ia menengok Zelva yang masih bergeming dengan pertanyaannya tadi. Mungkinkah lelaki itu menganggap Nanase terlalu berbahaya?

"Zelva-kun, tidak apa. Nanase-chan tidak jahat kok" Sakurano mengibas-ngibaskan tangannya enteng atau sepele mungkin kata yang cocok. Tapi menurutnya biasa saja, toh tidak ada orang yang benar-benar jahat, pikirnya.

"Yuk, makan coklat, Ren-chan!" Ia menoel menyikut bahu Ren sedikit dan mengedipkan matanya sebelah sambil membuka sebungkus coklat juga untuknya.

OOT: HUWAA MAAF saya lupa lagi :9 *ditampar rame-rame*
Ane mau coba rep sependek-pendek nya ah~
.............................................................................................................................

CK. APA TADI?! Bahasanya kurang enak didengar oleh telinga Nanase tahu?! Sopan sekali dia berkata seperti itu terhadap dirinya yang merupakan vampire berdarah murni *sombong~**ditabok nanase* Haruskah dia memplester mulut lelaki itu? Ah, kan dia yang memulai pertama kali! Sudah tahu tak mau bertarung. Pemuda didepannya malah membuat Nanase semakin panas.

"Bohong! Kamu tidak tidak tersesat kan?!" marah memuncak saat anak lelaki itu menyebutnya wanita. "EHHHH Nanase tidak tua tahu! Apa salahnya Nanase berwujud seperti ini, hem?! Sebelum kau membasmiku, Nanase akan membunuhmu duluan." menyiapkan cakarnya untuk menyerang sudah membungkukan bahunya yang bertanda siap menyerang.

"Cih, sudah ditolong disuruh pergi. Tak tahu etika" sabar Nanase, jangan bertarung disini. Hatimu juga tidak mood kan?

"Baiklah Ren, kau diam saja disana." cukup sudah berurusan dengan manusia-manusia susah diatur ini.

Datang kembali vampire hunter, Sakurano Himeno.

"Hem, bisa juga ya kau bersikap santai seperti itu?" dengan nada yang merenah, Sudah tahu lagi bertarung ini kenapa menjadi santai? "Ren, sebaiknya kau jauhi orang itu sekarang." melirik sinis.

"--jangan-jangan coklat itu beracun?"

....................
HAHAHAH WEBE OTL

OOC: ntah knapa sifat si sakurano makin mirip fay xD; nevermind that =))

= = = = =
Sakurano sweatdropped. Ia melindungi gadis kecil bernama Ren itu dibelakangnya.

"Nanase-chan, nggak boleh lho ngamuk-ngamuk didepan anak dibawah umur" Ia berkata dengan wajah 'uguu~'-nya itu kemudian melirik Ren.

"Tidak apa. Nanase-chan cuman terbawa emosi" ujarnya hanya sekadar untuk menenangkan.

"Bohong! Kamu tidak tidak tersesat kan?!" marah memuncak saat anak lelaki itu menyebutnya wanita. "EHHHH Nanase tidak tua tahu! Apa salahnya Nanase berwujud seperti ini, hem?! Sebelum kau membasmiku, Nanase akan membunuhmu duluan." menyiapkan cakarnya untuk menyerang sudah membungkukan bahunya yang bertanda siap menyerang.

"Mungkin Zelva-kun melihat Nanase-chan yang bersikap sangat dewasa." jawabnya polos sambil mengemut coklat yang digigitnya tadi, namun tidak dipedulikan oleh Nanase, mungkin.


"Hem, bisa juga ya kau bersikap santai seperti itu?" dengan nada yang merendah, Sudah tahu lagi bertarung ini kenapa menjadi santai? "Ren, sebaiknya kau jauhi orang itu sekarang." melirik sinis.

Aku...santai?, pikir Sakurano sambil berkedip-kedip tak berdosa.

"--jangan-jangan coklat itu beracun?"

"Hee?? Nggak kok~ Kalau beracun, aku tidak akan memakannya juga kan?" Jawabnya sambil merengut sedikit layaknya anak kecil yang sedang disalahkan karena terlalu banyak makan permen.

"Iya kan, Ren-chan?" Sakurano berpaling pada Ren dengan 'puppy eyes'-nya. Mencari pembelaan.

Tak adakah orang lain yang bisa menenangkan Nanase-chan???, pikirnya mulai panik.

OOC ADUH!!!SAYA KETINGGALAN...>,<

----------------------------------------------------------------------------------------------------------


"Hei, Hei, Zelva-kun~~~" suara sok akrab yang terdengar ditelinganya membuatnya terkejut sementara. "Sakurano...?" Ia menatap, heran. Mengapa semua wanita ini ada di luar malam malam begini sih...??
"Zelva-kun sedang apa disini?Ah! Mau coklat, semua?" Pertanyaannya yang menurutnya tidak wajar sehingga ia mengerutkan keningnya. 'Dalam situasi seperti ini kau malah menawari COKLAT??????' katanya dalam hati. Dan ia melihat sang wanita yang terluka menerima cokelat itu dengan senang hati. Aneh, apa ia tidak merasa sedikit curiga.....? secara..yang menawarinya kan musuh...???

"Bohong! Kamu tidak tidak tersesat kan?!EHHHH Nanase tidak tua tahu! Apa salahnya Nanase berwujud seperti ini, hem?! Sebelum kau membasmiku, Nanase akan membunuhmu duluan." .Lho. Bukannya di awal ia sudah menjelaskan dengan sejelas jelasnya bahwa ia memang tersesat...? Sudahlah. Ia tidak perduli.



"Cih, sudah ditolong disuruh pergi. Tak tahu etika"

APA? OH. Jadi dia tersinggung karena diusir? Sudahlah. Ia benar benar malas bertarung sekarang. Lebih baik ia yang mengalah."Baik.Kalau kau

tidak mau pergi, aku yang akan pergi. TERIMAKASIH atas bantuannya." Katanya sambil ngeloyor pergi setelah sebelumnya mengibaskan tangan ke arah langit kepada Sakurano, warga serumpunnya.

OOte: Ehhh~ Ketinggalan deshi~T^T
Dicoba agar nyambung dehh *dijitak

---------------

Sambil mengemut-ngemut cokelat pemberian Sakurano, Ren dengan polosnya berkata, "Nyam--cokelatnya enak kok kak Nanase--nyam--kalau kakak marah-marah--nyam--nanti jadi tambah nyeremin loh kak--nyam--betewe kakak mo nyoba--nyam--makan cokelat?" sambil menawarkan sebungkus cokelat yang diterimanya dari Sakurano.

Nampaknya si gadis kecil yang rada2 bego ini tidak perduli kawan atau lawan, asalkan ia mendapatkan sesuatu untuk dimakan.

"Hmm, kenyaaaaaang~~~ Makasih ya, kakak yang baik hati, telah memberikanku cokelat! Cokelatnya enak sekali~" ucapnya sambil menepuk-nepuk perutnya.

Aih~

Keadaan gawat begini malah berterimakasih pada orang yang merupakan musuhnya. Ah ya sudahlah--masih untung Sakurano ingin memberikan cokelatnya kepada gadis yang satu ini, daripada ia merengek-merengek dan semakin memperparah keadaan. Melirik kepada Nanase dengan pandangan tak berdosa, Ren pun mencoba meredakan 'amarah' nona Vampire itu..

Pertanyaannya yang menurutnya tidak wajar sehingga ia mengerutkan keningnya. 'Dalam situasi seperti ini kau malah menawari COKLAT??????' katanya dalam hati. Dan ia melihat sang wanita yang terluka menerima cokelat itu dengan senang hati. Aneh, apa ia tidak merasa sedikit curiga.....? secara..yang menawarinya kan musuh...???

Sakurano [dan mungkin juga sama dengan Ren] hanya menatap Zelva dan Nanase sambil ketap-kedip dengan polosnya.

Sambil mengemut-ngemut cokelat pemberian Sakurano, Ren dengan polosnya berkata, "Nyam--cokelatnya enak kok kak Nanase--nyam--kalau kakak marah-marah--nyam--nanti jadi tambah nyeremin loh kak--nyam--betewe kakak mo nyoba--nyam--makan cokelat?" sambil menawarkan sebungkus cokelat yang diterimanya dari Sakurano.

Nampaknya si gadis kecil yang rada2 bego ini tidak perduli kawan atau lawan, asalkan ia mendapatkan sesuatu untuk dimakan.

"Hmm, kenyaaaaaang~~~ Makasih ya, kakak yang baik hati, telah memberikanku cokelat! Cokelatnya enak sekali~" ucapnya sambil menepuk-nepuk perutnya.

"You're welcome. Sama-sama" jawabnya dengan senyuman tulus seperti biasanya.

Aih~

Keadaan gawat begini malah berterimakasih pada orang yang merupakan musuhnya. Ah ya sudahlah--masih untung Sakurano ingin memberikan cokelatnya kepada gadis yang satu ini, daripada ia merengek-merengek dan semakin memperparah keadaan. Melirik kepada Nanase dengan pandangan tak berdosa, Ren pun mencoba meredakan 'amarah' nona Vampire itu..

Disisi lain, Sakurano melihat Zelva yang telah naik darah.

"Baik.Kalau kau tidak mau pergi, aku yang akan pergi. TERIMAKASIH atas bantuannya." Katanya sambil ngeloyor pergi setelah sebelumnya mengibaskan tangan ke arah langit kepada Sakurano, warga serumpunnya.

Sakurano cepat-cepat berdiri kemudian menepuk jubahnya yang terkena pasir karena ia berlutut [atau duduk].

"Ok" Jawabnya "Dah semua!!" Ia pun melambai kepada Nanase dan Ren lalu berlari kecil mengikuti Zelva.

= = = = =
OOT: benerbener dah. gg keliatan mana yg lebih tua *Sakurano emang sangat polos sodarasodara =)) lololol*

bdw ,kan gg mungkin RP nya ending sampe sini doang, pancing pertengkaran dong~~ *pshyco mode on* xDD

"Dadah--nyam--kakak yang--nyam--baik hati~~" teriak Ren sambil mengunyah cokelat yang dipegangnya; melambai-lambaikan tangan kembali kepada Sakurano yang kembali bergabung dengan Zelva. "Kapan-kapan kita makan cokelat lagi yaaa~~"

--------

OOte: ternyata Ren punya 'teman' yang sama2 polosnya sodarasodara sekalian sebangsa setanah air~ *ngakak*

--Well tidak bisa dibilang teman juga karena ia berasal dari kubu musuh =b--

--------

Sambil mengemut-ngemut cokelat, gadis kecil ini berlari ke arah Nanase yang masih dalam wujud vampire. "Kak Nanase--nyam--redakan dong amarahnya~ Ren--nyam--takut nihh~" ucapnya sambil mengedap-ngedipkan matanya, masih mengunyah cokelat yang dikatakannya lezat itu. Polos--seperti biasa--sepertinya makin memancing emosi Nanase, mungkin?

@^: maap buat nanas karna charanya agak himeh gerakin yah xD;

= = = = =


"Yaaa!!~" teriak Sakurano dari jauh masih sambil tersenyum kemudian menggandeng Zelva.

"Ayo pulang~ Hari sudah mulai gelap" katanya.

Namun firasatnya terasa tidak enak, kemudian ia membalikkan tubuhnya kembali. Menatap 2 orang warga Municipal yang tertinggal itu.

Nampak olehnya, Nanase Sumeragi masih dalam vampire-mode, atau terserahlah apa namanya, begitu pikirnya. Matanya tampak semakin memerah, marah, emosi.


Tapi, sepertinya firasat gadis ini lumayan benar kali ini.

ZRAAAKH!

Nampak seekor lipan raksasa-ah~ maaf, sedikit koreksi... itu adalah M-U-T-A-N.

Sakurano sweatdropped.

"Nampaknya hasrat mereka berdua bisa tersalurkan..." Ia bergumam sambil melirik Zelva juga.


= = = = =
Nampaknya saya kurang berbakat jadi pengganti Allan-kun yang suka munculin monstermonster yang WAH xDD

OK! Fight!! =)) =))

"KYAAAA!!!" teriak Ren keras-keras, menjatuhkan bungkus cokelat yang dipegangnya itu. "A-apa i-itu??" menunjuk-nunjuk ke arah sesuatu--yang tentunya menyeramkan.

Ren tampak kaget melihat lipan raksasa--dengan kata lain--mutan yang tiga kali lipat lebih besar dari badannya itu muncul tiba-tiba. Well, ia belum pernah melihat mutan sebelumnya, karena itu wajar saja ia kaget sampai matanya terbelalak begitu. Menggenggam jubah sang Vice Leader Muni itu, Ren terlihat gemetaran karena terkejut.

"Oh... tidak.." Kata Sakurano tak bersemangat layaknya swiper si pencuri di dore the explorer *shots*

Tampaknya, satu mutan besar tadi mulai memanggil teman-temannya sehingga semakin banyak mutan disana.

DOOOR

Sakurano mengambil pistol yang biasanya ia taruh di pahanya kemudian menembakkan pelurunya tepat di kepala mutan.

"Fiuh~" Ia kemudian menghela nafas.

"Eeeeeeeh?!!" teriaknya. "Kenapa monsternya jadi semakin banyak begini???"
Ren makin terkejut melihat semakin banyak mutan berbentuk lipan raksasa yang berkumpul di sana. Setelah melihat aksi nona Vampire Hunter itu ia mulai berpikir--let's hunt, mari kita berburu. Mengeluarkan pisau andalannya, ia mengambil ancang-ancang siap untuk menyerang.

Syuuuuut.

Ia pun mencoba menyerang seekor mutan yang berukuran sedikit lebih kecil dibandingkan yang lain--karena menurutnya mutan itulah yang paling mudah untuk dibasmi. Mengaplikasikan kekuatan anginnya kepada dua bilah pisau berbentuk sabit itu (agar daya hancur serangannnya bertambah) , Ren membelah mutan itu menjadi dua. Akibat serangan itu, cairan menggumpal yang aneh keluar dari tubuh mutan itu. "Iiiiikh, jorok!!" omel gadis itu seraya melompat ke belakang.

"Aaaah, jubahku jadi kotor!" gumam Ren sambil melihat-lihat jubahnya yang terkena cairan mutan itu. "Awas nanti, akan kubalas!!" Ren mengepalkan tangannya, seakan-akan menantang mutan-mutan itu.

Yah, setidaknya bukan darah yang memancar dari tubuh mutan yang terbelah dua itu. Apabila itu darah, mungkin Ren sudah terbujur kaku tidak bisa bergerak karena ketakutan sekarang.
Ren kemudian melirik ke arah Nanase yang masih dalam vampire mode.

"Kak Nanase~ Daripada marah-marah mendingan kita sama-sama kalahkan lipan-lipan ini yuk~" sahut Ren sambil mengedap-ngedipkan matanya kepada Nanase. "Atau kakak lampiaskan saja kemarahan kakak di monster aneh ini. Bagaimana?"

"Yaaa!!~"

Zelva sangat kaget Sakurano tiba tiba menggandengnya seperti itu. Agak risih juga sih....tapi dia kan tidak berbahaya, jadi diamkan sajalah.

"Ayo pulang~ Hari sudah mulai gelap"
Zelva hanya diam. Memangnya dia mau kemana lagi.....?

Tiba tiba Mutan muncul mendadak di depan mereka. Zelva spontan mengeluarkan panah dan busurnya, mrembidik sang mutan yang dari segi jumlah, lebih banyak dari dia dan Sakurano.
"Mutan busuk," Umpatnya kesal sambil sibuk menembakkan panah beracunnya itu ke arah mutan tersebut.

"tidak bertarung dengan Vampire, malah berhadapan dengan Mutan."

Ren melirik ke arah Zelva yang tangkas dalam membasmi mutan-mutan itu. "Heee~ Hebat sekali kakak itu," pikirnya.

Perhatian Ren sempat teralihkan kepada aksi tuan vampire hunter, tak sadar bila di depannya muncul seekor mutan yang sangat besar--jauh lebih besar dibandingkan tubuh kecilnya itu. Mutan itu kelihatan sangat lapar; ia pun meneteskan air liurnya yang sangat-sangat menjijikkan ke kepala Ren.

"Iiiikh! Air liurmu jorok dan bau, tau nggak sih!!" omel Ren, membersihkan rambutnya dari air liur mutan itu. "Belom sikat gigi ya? Sikat gigi dulu sana! Kalo sudah baru balik lagi ke sini! Nanti kita bertarung!"

Bodohnya mutan itu, pergi meninggalkan Ren karena diejek 'tidak menyikat gigi'.

-----------

OOT: Ren.. Ren.. Pinter juga ngibulin mutan~ =)))))))

Zelva sangat kesal hari ini. Hal hal yang tidak mau ia lakukan malah harus dilakukannya.
Sempat dilihatnya sang warga Munipical Building itu melihatnya dengan tatapan aneh. Hei, memangnya ini pertunjukkan sirkus?

Lalu saat musuh dirasa lengah Zelva menyempatkan diri untuk berbicara dengan sakurano. "hei,lebih baik kita pergi dari sini. Mutan mutan ini tak akan ada habisnya bila terus diladeni,"

"Iiiikh! Air liurmu jorok dan bau, tau nggak sih!!"

oke.omelannya itu cukup keras untuk didengar oleh seorang Zelva. Apa itu...?Air lendirkah...? Zelva merasa jijik dengan lendir yang menutupi kepala si manusia dari Munipical building itu.
"Sakurano.Ayo cepat!" Katanya tegas sambil menarik tangan Sakurano.

"Heeeeei!!!!" teriak Ren keras-keras. "Kok pada pergi siiiih??? Mutannya masih banyak untuk kita 'bersenang-senang'!"

Cairan mutan yang lengket itu kembali melumuri badan Ren setelah ia menyerang dua-tiga mutan. "Gah! Kenapa monster ini harus mengeluarkan cairan jijik macam ini sih? Kak Nanase, kakak yang memberiku cokelat, dan satu lagi kakak laki-laki yang berambut kuning~ Lakukan sesuatu, bisa tidak?"

Duh. Ren melihat kanan-kiri-atas-bawah-depan-belakang.. Tampaknya mutan-mutan ini beregenerasi sangat cepat--hampir tak ada celah untuk melarikan diri.

"Nah, begini jadi tidak akan ada yang lari lagi~" ucapnya sambil bersiul. "Mari berburu~ Berburu~"


--------------

OOte: Boleh ya~ Kalo nggak begini kan RPnya berjalan pendek sekali xD