[RP] Himeta's Boutique

tanpa menjawab rienne langsung mendorong sayoki masuk ke ruang ganti . "ayo...coba saja deh yang satu ini..." katanya.

lalu dia mendekati himeta. "himeta, sarung flutenya sudah jadi? kalau sudah jadi mungkin aku yang bawa saja untuk kazune." katanya lagi. lalu dia melihat sarung flute kazune yang sudah jadi. "wah...bagus sekali..himeta pandai sekali membuat yagn seperti ini...apalagi yang rajutannya. aku selalu mencoba bentuk bunga, tapi aku paling tidak bisa membuat yang bentuk mawar..."

karna didorong rienne ke ruang ganti, terpaksa sayoki mencoba semua baju yang sudah diberikan.

baju pertama..
(suara pintu ruang ganti terbuka)

sayoki hanya diam, dan menatap dirinya memakai baju pemberian rienne ke kaca dengan raut datar.

"eng, himeta-san ? inikah butikmu ?", sayoki melihat dan bertanya kepada seorang wanita yang dipanggil himeta oleh rienne.

"Terima kasih, tapi, ini bukan rajutan. Ini hanya sulam pita sederhana, kok" respon Himeta.

"Hm? Lalu kenapa?" Himeta malah balik bertanya pada Sayo.


**
maaf singkat. buruburu.

mata sayoki kembali berbinar.

"benarkah ??",sayoki bertanya penuh harap.

"butikmu bagus sekali, aku tertarik ingin memfotonya", sayoki tersenyum semangat dan kagum.

“Difoto, eh?” tanyanya retoris.

“Lalu akan kau apakan foto itu?” kali ini ia benar-benar bertanya pada Sayo.

Hari mulai sore..

"untuk kujadikan koleksi album tempat2 menarikku...", mata sayoki berbinar.

terbayang seperti ada kilauan cahaya menyinari sayoki.

OOT : maaf dicepetin! >,<
setting : di depan butik Himeta, pagi hari
______________________

Keesokan harinya,

Tanpa sadar, Tama yang sedang berjalan-jalan melangkahkan kakinya menuju arah timur tower. Tanpa sadar pula ia berjalan menghampiri sebuah toko butik--yang tak lain adalah milik Himeta. Ia menghentikan langkahnya di depan pintu toko tersebut.

"ah... kenapa aku kemari...?"

Ia kemudian mengayunkan tangan kanannya, bermaksud memegang pintu toko itu. Namun ia berhenti dan mengembalikannya lagi. Entah kenapa ia tak berani membuka pintu itu. Tak berani pada... entahlah, ia juga tak tahu.

Ia hanya berdiri saja di depan butik. Tanpa berkata apapun dan hanya ditemani suara burung yang berkicau.

Fyuh, kemarin adalah hari yang sibuk. Seharusnya kemarin adalah waktunya membersihkan kaca etalase bagi Himeta. Maka ia segera bangun pagi dan menyiapkan acara bersih-bersih butiknya yang telah terpapar debu Tokyo.

Ia memutuskan menutup tokonya supaya ia benar-benar konsentrasi membersihkannya.

Himeta sudah menyiapkan lap dan peralatan lainnya. Pertama, ia memutuskan untuk membersihkan kaca etalase bagian luar.

Klining.. pintu berlonceng itu dibuka dan Himeta terpaku sepuluh detik, begitu juga dengan Tamaki, namun akhirnya Himeta tersadar.

“Se.. selamat pagi, Tamaki!” ia mencoba menyapa. “Apa yang kau lakukan disini? Ah ya, kemarin aku lupa mengatakannya padamu, hari ini butikku tutup..” ujarnya. “Atau kau memiliki masalah? Silakan masuk!” Himeta meletakkan kembali lap-nya dan mendorong Tamaki masuk.

Setidaknya isi 'botol'-ku bertambah satu, pikirnya.

"A...aa"

Tama terbujur kaku. Ia tidak menyangkan kalau Himeta keluar dari butik itu. Ia menjadi salah tingkah, dan tak tahu harus berbuat apa. Lidahnya kelu, wajahnya panas. Sedikit pun tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Ia mengambil nafas panjang. Berusaha kembali pada kesadaran awalnya. Ia menepuk dadanya sendiri, membenarkan aliran darah dan nafas. Namun, wajahnya berubah menjadi berwarna pink.

"Sa... Saya boleh... masuk?"

"Hm? Tentu saja. Silakan, silakan.." Himeta mempersilakan Tamaki masuk.

"Maaf tempat ini agak kotor, hari ini aku berencana membersihkannya, sih" kata Himeta. Ia lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Tamaki, "lalu, ada perlu apa?"


***
OOT: gyahaha, 'terbujur kaku'- mah, mayat.

OOT: wakwakwak >,< nembak Hime ah^^

__________________________________________________________

Tama kemudian segera duduk di kursi yang ditunjukkan Himeta. Duduk dengan kaku dan tegang. Ia kemudian melihat ke sekeliling butik.

"Saya juga tak tahu... Saya bingung... Kenapa saya jadi seperti ini..." keluhnya.

"Apa... Himeta-san tahu kenapa?"

"Hum.. mungkin karena kau sering kesini, jadi kakimu refleks saja kemari" jawab Himeta santai. "Atau kau..."

Himeta terdiam, tidak melanjutkan kata-katanya. Spontan ia berdiri, "Kau suka membaca, Tamaki? Aku punya beberapa koleksi buku tentang perasaan dan emosi. Karena..." Himeta terdiam lalu duduk lagi dengan kepala tertunduk. Ia menarik nafas, " aku.. ini hanya perasaanku, tapi.. kenapa setiap kau datang, kau selalu menjauhiku? Apa aku... pernah... berbuat salah padamu?" tanyanya. Sedikit khawatir.

***
peringatan untuk diri sendiri: jangan sampai kebablasan ooc! >.<

OOT: interupsii
______________________________________

"ano.... permisi..." Kaorin kaget melihat mereka berdua yang terlihat canggung satu sama lain. Kaorin baru pertama kali melihat butik itu. Ia jarang sekali berkeliling di sekitar Tokyo. Ia hanya sering memanjat pohon dan melihat Tokyo dari pohon kesayangannya itu.

"apa betul ini sebuah butik??"Kaorin bertanya agak canggung
"maaf aku sedang mencari sebuah topi elf, apakah disini ada ??" sekali lagi ia bertanya dengan canggung.

Tama tetap kaku. Ia menggeleng menanggapi pertanyaan pertama Himeta. Menandakan ketidaktahuan yang luar biasa melekat di wajahnya. Sebelumnya ia tidak pernah merasa gelisah seperti ini.

Kemudian Himeta malah menawarkannya buku, buku ttg emosi. Ia tidak mengerti namun tampaknya hal itu merupakan hal yang bagus.

"Sa..saya.."

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, gadis itu malah menanyakan hal lain. Tentang kenapa Tama selalu menghindarinya. Matanya terbuka. Ia gelisah. Menggeleng sebisanya. Tidak! Aku tidak menghindarimu... tegasnya dalam pikirannya.

"Saya tidak..."

Triing

Dan ketika ia akan menyanggah Himeta, suara lonceng tiba-tiba berbunyi di belakangnya. Seseorang pun masuk, ia tak mengenalnya. Lagi-lagi kata-katanya terpotong. Ah... Sampai kapan akan begini terus?

***
OOT: ngakak!!

"Se.. selamat datang" Himeta menyambut Kaorin dengan tersenyum ramah, namun entah kenapa hatinya kesal sekali.

"Maaf, hari ini butiknya sedang tutup. Anda bisa datang di lain hari.." tolaknya halus. Memang hari itu sedang tutup, kok.




oot: ngakak juga

"Oh, maaf kalau begitu, baru pertama kali ini aku melihat butik di daerah ini dan entah kenapa aku tertarik sekali untuk kesini" kata Kaorin sambil melihat-lihat sekeliling butik itu

"Apakah besok akan buka?? aku ingin melihat-lihat butik ini". Tanya Kaorin kepada perempuan yang memberikan salamnya tadi.

"oh.. maaf apa kau pemilik butik ini? perkenalkan namaku Kaorin, Kaorin Nagari, salam kenal" Kaorin sedikit membungkuk meberikan salam.

"Dan ini kucingku namanya Tenpu" Kaorin mengelus Tenpu, kucingnya yang bergelantungan di pundak kirinya itu.

Sesaat Kaorin melihat laki-laki yang baru ia lihat pertama kali itu, Kaorin merasa sepertinya ia melakukan kesalahan kepada laki-laki itu, tapi Kaorin tidak tahu apa kesalahannya "Hey, boleh ku tahu namamu juga?" Kaorin bertanya kepada laki-laki itu dengan semangat.

====================================
OOT: gomen ne ^^v

"Apakah besok akan buka?? aku ingin melihat-lihat butik ini". Tanya Kaorin kepada perempuan yang memberikan salamnya tadi.

"Besok.. kemungkinan akan buka. Maaf merepotkan.." kata Himeta sambil membungkuk sedikit.

"oh.. maaf apa kau pemilik butik ini? perkenalkan namaku Kaorin, Kaorin Nagari, salam kenal" Kaorin sedikit membungkuk meberikan salam.

"Dan ini kucingku namanya Tenpu" Kaorin mengelus Tenpu, kucingnya yang bergelantungan di pundak kirinya itu.

"Oh, warga baru, ya? Salam kenal, Kaorin. Saya Himeta Aoichi. Terserah kau mau memanggilku apa" balas Himeta memperkenalkan dirinya. "Hai juga, Tenpu"

Himeta melirik Tamaki yang hanya diam, lalu memperkenalkan Tamaki juga, "Pria itu bernama Tamaki Kiyokazu, salah satu fighter di Tokyo Tower group ini..". Ia sedikit mendekati Kaorin lalu berbisik, "..tampaknya hari ini mood-nya sedang tidak bagus. Jadi, jangan tambah membuatnya makin buruk, ya!"

===============
oot: gomen tama~ :3

OOT: daijoubu daijoubu ^^v
___________

Kaorin dan kucingnya Tenpu.

Begitulah nama orang baru itu. Kaorin memperkenalkan dirinya dan segera disambut baik oleh Himeta.

Tama tersenyum simpul.

Kaorin juga menanyakan perihal dirinya. Ketika ia akan menjawabnya, Himeta malah mewakilinya. Serentak warna mukanya berubah jadi pink. Kemudian Himeta pun berbisik pada Kaorin.

"Apa yang kalian berdua bisikkan? Kalau saya boleh tahu..."

Himeta terkikik menanggapi pertanyaan Tamaki, "Bukan sesuatu yang penting, kok".

Himeta menepuk dahinya. Ia tidak ingin membiarkan Tamaki lagi. Maka ia segera mengambil beberapa toples biskuit dan membuat secangkir teh untuk Tama, "Maaf, aku hanya dapat menyajikan ini saja. Silakan dinikmati"

Himeta menawarinya biskuit dan teh. Ah, mukanya yang pink itu semakin memerah. "Terimakasih..." serunya. Ia mengambil teh itu, meminumnya dan mengambil beberapa biskuit. Padahal hanya sepotong biskuit, tapi bagi Tama, ia seperti sedang memakan makanan favoritnya, fried shrimp.

Setelah menempatkan teh itu di meja, ia bermaksud mengatakan hal-hal yang tadi ingin ia katakan. Ia menarik nafas dan menelan ludah. "Aku tak menghindarimu... aku..."

"...aku hanya ingin kau... bersamaku... tapi dadaku sakit!!"

Tama menatap Himeta dengan tajam dan serius. Ia bahkan memanggil dirinya sendiri dengan 'aku' bukan 'saya', yang menandakan kalau kata-kata itu keluar langsung dari hatinya.

"...aku bahkan tak tahu... kenapa diriku seperti itu..."

dihari itu sayoki kembali ke butik itu dan membawa camera.

(sounds door open)

"himeta-san ?", dia bertanya tanya.

lalu ia melihat syal rajut merah digantungan tempat penjualan syal.

mata sayoki kembali berbinar.

OOT: ghyaa! ada pengacau lagi! >.<

=====
Himeta tercekat saat mendengar pernyataan dari Tamaki. Wajahnya memerah. Ia angkat bicara, "Tamaki, kau..."

Klining..
Ada pengunjung lagi? Ya ampun, jelas-jelas sudah dipajang tulisan 'tutup' di pintu luar! Apa mereka tidak melihatnya? Himeta misuh-misuh dalam hati.

Sayo, rupanya. "Sayo-chan, hari ini butiknya tutup..".
Ia melihat Sayo membawa kamera, "Kurasa waktunya kurang tepat. Aku hendak membersihkan tempat ini, jadi jika kau ingin memotret, kusarankan besok saja.." kata Himeta lembut seperti ibu yang membujuk anaknya makan.

oot: Setuju! Pengganggu!!! >,<p
______________________________________

klining

Seseorang masuk tepat disaat Himeta akan menanggapi kata-katanya. Sesungguhnya sedari tadi jantungnya berdebar-debar, entah kenapa. Menunggu kata-kata Himeta. Penasaran.

Tetapi seseorang itu datang mengganggu saat-saat berharga antara dirinya dan Himeta. Orang itu Sayoki. Sebenarnya ia menjadi kesal. Dari tadi ia terganggu terus oleh kedatangan orang. Ketika Tama akan melampiaskan kekesalannya pada Sayo, Himeta melakukannya lebih dulu. Himeta memberitahu Sayoki dengan sangat lembut. Tama kagum melihatnya.

Dan jantungnya semakin berdebar-debar.

Ia menatap Himeta, mengabaikan Sayoki. Ia penasaran dengan lanjutan kata-kata gadis itu. "Jadi... saya... anu... a... apa yang ingin Himeta-san katakan tadi?"

Ah, Tamaki menegurnya. Ia jadi teringat lagi apa yang hendak disampaikannya tadi, ".. aku mengerti. Kau..."


Himeta terdiam sejenak, ia menundukkan kepalanya. Wajahnya sudah seperti udang rebus"... menyukaiku... hingga kau tidak tahu... apa yang harus kau perbuat... jika aku... mendekatimu.."

Himeta menarik nafas lagi, "... benar?" terkanya.

Dari dasar hatinya, Himeta berharap bahwa ini bukanlah mimpi..



=====
Sayo, pergilah. hush hush :p *ditendang*

Tama kaget mendengar jawaban Himeta. Ia benar-benar bingung.

"Su... Suka? A... Apa maksud Himeta-san?"

Ia menatap Himeta dengan serius. Ia juga melihat wajah Tama yang memerah. Entah kenapa wajahnya juga menjadi lebih memerah. Himeta terlihat sangat cantik di matanya.

"Suka... yang bagaimana?"
____________________

oot: aduh! lemot!! >,<