[rp] when the 3rd come to tower

"aku baru saja menemui leader zhi..." kazune tersenyum menyesal.

"terima kasih." kazune tersenyum lagi dan memakan muffin cokelatnya. "tadi aku sedang bermain flute di sini lalu allan datang. Memangnya kamu tidak membuka tokomu hari ini?" kazune mengambil muffin yang kedua.

"oh..begitu..." jawab rienne pendek. dia mulai berpikir bagaimana caranya muffin-muffin ini bisa sampai ke sana, karena kazune sepertinya tidak akan kembali ke sana lagi.

lalu dia melihat kazune lagi. "oh....toko? sengaja kututup untuk hari ini..kan hari ini vienne ulang tahun. jadi siapa lagi coba yang akan menemani vienne seharian ini....." katanya. maksudnya, yang akan menemani vienne seharian ini ya tentu saja theo. tapi entah yang lain menyadari atau tidak.

"oh, begitu... Aku harus patroli sebentar lagi... Kalian masih mau di atap?" kazune berdiri dan mengambil flutenya. Dia juga membetulkan sarung handgunnya.

"terima kasih muffinnya." kazune melompat turun lalu membersihkan sweater putihnya dan masuk ke rumah untuk mengambil beberapa keperluan patroli.

"Begitu ya... baiklah, Kazune... kalau kau mau patroli... aku ikut Rienne saja..." ujarnya pada Kazune, Kazune lalu masuk ke rumahnya meninggalkan Rienne dan Allan di atap.

"...Theo, ya kan?" Allan bertanya tanpa basa-basi.

"Ya... kalau begitu aku ikut saja denganmu...untuk selang post"

mendengar allan yang mau ikut dengannya saat bertemu theo, vienne langsung muncul dan protes. "eh? ngapain kau ikut denganku? kalau dicuekin aku ga tahu loh....lagipula, aku udah janjian untuk bertemu theo di fallen palaces siang ini di dekat Tower. Dan Hanya aku dan Theo saja." katanya sambil memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.

menyadari kalau dia masih di atas atap, vienne langsung berteriak kencang. "huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!"

seakan melengkapi, vienne yang kikuk di ketinggian itu terpeleset dan jatuh ke bawah.
"eh? jatuh? huaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!"

"huf!" kazune menangkap vienne yang jatuh.
pas sekali dengan keluarnya kazune dari rumahnya.

"makanya, jangan marah-marah terus!" kazune tersenyum mengejek lalu menurunkan vienne.

"ah, aku harus pergi. Vie, hati-hati ya! Dan selamat ulang tahun!" dan kazune pun pergi patroli.

Allan berjongkok, melihat Vienne yang jatuh kebawah.
"Mmm... makanya hati hati." ujarnya sambil tertawa pelan.

"Tidak apa-apa... aku sedang tidak ada kerjaan... jadi aku mungkin kesana juga..." Allan melompat ke bawah, lonceng Akai Suzu berbunyi nyaring lagi.

"Mmm... kau juga mau ikut ya, Akai Suzu? Tapi disana tidak boleh ada senjata..."

Untungnya vienne ditangkap oleh kazune. "aku ga marah-marah! Dasar bocah!!!" omelnya pada kazune yang pergi.

Vienne masih terduduk lemas di depan rumah kazune. Melihat allan yang cengar-cengir melihatnya seperti itu, dia hanya manyun saja. "ya sudah kalau mau ikut! Ayo cepat turun." katanya pada allan.

"theo jauh-jauh datang dari 3rd district hanya untuk menungguku..ayo cepat allan..." omelnya lagi.

"Iya...iya... ayo kesana..." Allan mengeluarkan bola kecil berwarna hijau, dan melemparkannya ke tanah, asap berwarna hijau menutupinya dan dia menghilang untuk beberapa saat, beberapa detik kemudian dia sudah kembali lagi dengan perlengkapan minimal.

"Nah... aku sudah siap... oh dan kalau kau mau tahu apa itu tadi... namanya Farcaster. Alat itu bisa dipakai untuk berpindah tempat ke rumah, lalu kembali ke tempat dimana kita sebelumnya memakai alat itu."

vienne hanya manggut manggut mendengar penjelasan allan itu. "ya sudah, ayo!" katanya

(langsung pergi ke Tower)

seperti biasa, pusat kota yang satu ini cukup ramai karena sedang jam makan siang. vienne melihat kanan kiri mencari theo. mungkin saja theo mencari di tempat tinggi, tetapi membayangkannya saja dia sudah muak. vienne benci ketinggian.

lalu dia melirik sebuah tempat yang biasanya claire menyanyi dan ditemani theo dan seorang lagi. siapalah itu. di sana juga tidak ada siapa-siapa. "hm..biasanya claire di sini, tapi jangankan claire theo juga tidak ada.." gumamya.

lalu dia menoleh lagi ke allan yang mengikutinya, "hei, apa yang kau tahu tentang 3rd district? sepertinya aku ketinggalan berita soal mereka..". dia penasaran dengan grup itu. Theo sering bercerita tentang grup itu padanya.

"3rd District, ya...?" Allan mengayunkan kedua tangannya kebelakang kepala, dan menopangnya.

"Rejaku... teman masa kecilku... memberitahuku... kalau dia juga berasal dari grup itu." Allan menghela nafas panjang, tiba-tiba saja orang-orang disekitarnya menjadi sangat menarik. Dia berusaha untuk mengalihkan pandangan, tapi menyerah dan melanjutkan pembicaraannya.

"Salah satu orang dari grup itu... adalah orang yang mengubah hidupku dan Rejaku selamanya... dia adalah orang yang menculik Rejaku... Namanya Ralph, orang itu memasang segel di tubuh Rejaku dan membuatnya tidak bisa meninggalkan 3rd District. Hanya itu yang kutahu, dia tidak mau memberitahuku lebih jauh lagi..." katanya lunglai, dia berhenti, lalu memukul tanah. Tentu saja dia tidak bisa memberitahu keseluruhannya, dia hanya bisa memberitahu kulit yang terluar, karena itu yang diminta Rejaku.

"Kenapa... kenapa, Rejaku...? Aku... aku ingin menyelamatkanmu..." ucapnya setengah terisak. Saat berkata begitu, mata kanan Allan mulai terasa seperti tertusuk-tusuk.

"Vienne... tolong jangan beritahu siapa-siapa... tolong..." pinta Allan, yang menatap Vienne dengan kedua matanya berubah menjadi merah.

Vienne heran melihat allan yang seperti itu. Bukan seperti allan yang biasanya. "ah....perempuan yang bersama venus, alessa, dan claire itu bukan? Ho...bukannya dia dari municipal ya?" katanya. Theo pernah memberi tahu tentang rejaku, begitu juga tentang venus, alessa, dan claire. Namun mereka semua bukan orang toto, kecuali theo dan claire. Makanya vienne agak bingung dengan cerita allan. "ceritamu aneh...memang ada yang seperti itu?"

"Iya... dia... dia..." Allan menghela nafas, mata kirinya berubah menjadi teal seperti semula. Mencoba menenangkan dirinya, rupanya.

"Rejaku itu... dulu kekasihku dan orang yang kuanggap adikku..." Akai Suzu berbunyi nyaring.... *rin ririn...*

"Dan itu yang dia ceritakan padaku... aku tidak tahu apa itu benar atau tidak, hanya saja aku ingin percaya pada dia. Sekarang dia di Municipal, ya?" Allan berjalan dengan langkah gontai.

Di tempat lain, seorang gadis berambut merah tampaknya sedang merasakan hal yang sama dengan Allan... rindu...

Lokasi: di pusat kota, alias deket Tokyo Tower.

vienne ikut bersandar di tembok di dekatnya, menanti theo yg belum juga datang. "oh..begitu..." kata vienne pendek.

1 menit mereka terdiam...

3 menit mereka terdiam...

10 menit mereka terdiam, theo belum datang juga.

vienne melirik jam yang ada di sebuah toko. sudah setengah jam tapi theo belum datang juga. tidak bisasanya theo terlambat seperti ini, apalagi ini hari ulang tahunnya. "ugh!!! mana sih orang itu? sudah setengah jam kok belum datang juga??" omel vienne lagi.

lalu, secarik kertas mendarat dengan mulus di kepalanya. sobekan kertas itu ternyata berisi tulisan tangan Theo. vienne mengenali tulisannya, "ho...apa in...*bletak* aduuh!!! apaan ini?!"sebuah kotak kecil jatuh di kepalanya (lagi). kotak itu dibungkus kertas kado dengan cantik. "geez...maksudnya apa sih..." gumam vienne sambil membaca secarik surat itu.

Spoiler:

vienne hanya tersenyum kecil melihat surat itu. "hoo...dasar theo.." katanya pelan. tersirat sedikit kekecewaan di wajahnya. namun dia mencoba untuk menyembunyikannya. lalu dia membuka kotak kecil yang dia dapat. ternyata isinya sebuah cincin berwara perak. berkilauan seperti silver crest-nya Theo.

vienne melihat cincin itu sambil tersenyum. "hwa...tidak disangka...". lalu dia melihat allan. "hei allan, mau jalan-jalan? sepertinya aku punya waktu luang yang banyak untuk menemanimu jalan-jalan" katanya. mencoba ceria.

Allan melihat saja saat Vienne kejatuhan kertas, kotak, dan membaca surat tersebut, dari air mukanya, tersirat kekecewaan Vienne.
"Mmm... Theo tidak datang, ya...?"

Vienne mencoba untuk ceria, walau sedikit kekecewaan masih tersirat di wajahnya.

"Kau yakin mau jalan-jalan...?"

"tentu saja! hehehe..kenapa tidak?" kata vienne -yang masih- dengan senyum untuk menutupi kekecewaannya. dia menatap lagit luas. lalu dia melihat sekeliling.

"hei,. rasanya aneh... dari tadi aku tidak melihat orang yang kukenal...dimana ya mereka semua?" tanya viene pada allan.

"Hmmm...? Tidak tahu juga... kenapa memangnya...?" Allan bertanya balik, angin berhembus disekitar mereka berdua. Allan teringat sesuatu, Theo datang bersama Claire dan Riechelle waktu itu, berarti...

"Vienne... Theo... juga dari 3rd... ya...?" tanyanya langsung.

"Rahasia jawabanmu akan terjaga bersamaku... tenang saja..." lanjutnya meyakinkan Vienne.

Vienne mencoba mengingat semua perkataan theo. "he.....dia hanya bilang dia itu nomaden. Meskipun sekarang dia hanya numpang tinggal di sana sih." katanya. Vienne menunduk, dia kesal karena dia tidak tahu banyak tentang orang yang dicintainya.

"hanya itu yang kutahu"

"Begitu..." Allan juga menunduk. Vienne juga hanya tahu sedikit tentang the 3rd. Dia tampak agak kesal.

"Nasib kita berdua sama... ya...? Orang yang kita cintai sama-sama tidak jelas tempatnya..." Allan melihat ke atas, langit begitu biru hari ini. Dia menutup mata, merasakan semilir angin yang ada di sekitarnya. Mengingat tentang... Rejaku... *!*

"Uh...?" mata kanannya mulai sakit, entah kenapa.