[RP] Feel the Pain

Oote: Isse, slow-paced nak :3 << Padahal sendirinya juga kecepetan *dijitak

--------------------------

Crek.

Walaupun hanya luka lecet di bagian lengan, Cae tidak terima bila gaun hitam kesayangannya itu robek. "K-kau...." nadanya sudah meningkat seoktaf dari biasanya karena marah.

Sabar, sabar... Bukan waktunya marah. Jika kepribadian burukmu muncul kembali, bisa gawat keadaannya.

Tapi emosinya tidak bisa ditahan lagi... Seketika kepribadiannya berubah sedikit demi sedikit, menjadi seorang Yvonne Patricia Dwaynne yang kejam dan tidak mengenal belas kasihan...

"hah" rena kaget melihat perubahan dari cilia "hei sabar "kata rena pada cilia" keadaan semakin kacau karena emosi mengendalikan cilia."yah sekarang keadaan akan semakin buruk apa aq harus turun "cetus nya dalan hati.

Slow paced @_@?

--------------------------------

Benar saja, di kejauhan memang ada sosok-sosok yang terlihat.

Ada Municipal, ada Tokyo Tower.

Dan dari lebih jauh lagi, dia melihat semburan pasir yang bergerak melintasi padang pasir.

"...itukah...?"

Semburan pasir yang bergerak teramat cepat tersebut bergerak menuju kumpulan orang-orang yang tampaknya tengah berdebat tersebut.

"Oi...oi..." keluhnya pelan.

Dua orang Municipal, dua orang Tokyo Tower.

Satu monster besar yang berenang didalam pasir.

Allan mengeluarkan sebuah bola kecil berwarna abu-abu dan berlari menuju keempat orang itu.

Tapi jaraknya terlalu jauh.

"Tidak sempat." gumamnya sambil lalu menghunus Akai Suzu dan menyimpan bola abu-abu itu.

*BRAK!!!* Monster krustasea berwarna ungu tersebut keluar dari pasir, tepat didekat keempat orang yang berada didekat sana, lalu berteriak dengan suara tinggi yang memekakkan telinga.

*KWAAAARRRKKKK!!!!!*

Memang monster yang dideskripsikan penduduk.

Krustasea bercakar panjang berwarna ungu dengan cangkang berbentuk kepala monster lainnya.

"KALIAN, AWAS!" seru Allan pada kerumunan orang yang berada didepan monster tersebut.

Oote: Itulah~ ==a
Padahal udah dibilang slow-paced juga~ =___=
Jadi saya mesti ikut nimbrung juga biar nyambung *ditakol* << Maklum baru pemula
Apa mulai bikin konflik aja yak biar seru?? :3

CMIIW, Sheizan-sen~ *nyembah

----------------------------

*KWAAAARRRKKKK!!!!!*

Apa itu? Membuatnya kaget setengah mati! Seekor mutan? Tipe terbaru? Krustasea? Rasanya ia baru melihat ada mutan bertipe seperti itu disini. Biasanya yang ia temukan hanyalah makhluk-makhluk invertebrata macam cacing raksasa atau sebangsanya. Mungkinkah hujan asam membuatnya berevolusi? Serius, Ivo tidak tahu menahu soal mutan ini. Cae--bukan--Ivo, sedikit sweatdropped karena terkejut mendengar jeritan mutan yang hampir memecahkan gendang telinganya itu saking nyaringnya.

"Heh, kalau mau berteriak-teriak jangan disini, mutan bodoh!" teriaknya ketus. Kesal karena pagi-pagi sudah mendengarkan suara sebesar dan senyaring itu.

...

"KALIAN, AWAS!"

Huh? Teriakan seorang pemuda, yeah, mendengarnya saja kau tahu itu adalah suara Allan, seorang Swordsman handal dari Tokyo Tower. Mengalihkan pandangannya sejenak, kemudian kembali memfokuskan pikirannya kepada mutan satu itu. Karena ia bercangkang, kau tahu tidak mungkin menyerangnya langsung begitu saja dengan serangan fisik. Harus menggunakan trik sihir, tapi seperti apa dan bagaimana?

"Cih, ini menyebalkan," gumamnya sambil menggerai rambutnya yang tadi terikat itu. Terganggu juga dengan model ikatan yang sebelumnya dibentuk oleh kepribadian satunya yang pesolek itu. "Pagi-pagi sudah ada monster seperti ini. Sial."

Ahh.

Tak ingin ikut campur dalam masalah ini, namun dipaksa. Pemuda remaja berambut abu-abu ini pun sedikit membenarkan topinya yang miring sewaktu ia berdiri tadi, sambil menghela nafas panjang. Dan anehnya, wanita--bukan--gadis berambut putih keperakan yang tadi kalem dan anggun kini berubah menjadi sesosok yang menurutnya mengerikan. Bukan hantu atau monster (OOte: Maap nggak bermaksud ^^ tapi yang jelas menurutnya sifat dan penampilannya jauh berubah ketimbang yang dilihatnya beberapa menit yang lalu.

"Sudahlah, aku tidak ingin ikut campur lagi..." begitu pikirnya, kemudian agaknya melangkahkan kaki seakan-akan meninggalkan mereka semua.

*KWAAAARRRKKKK!!!!!*

Kaget. Jantung hampir copot.

Suara memekik yang aneh menyembur keluar dari mulut mutan aneh bercangkang ungu tersebut. "Whoa, mutan jenis terbaru," ucapnya sambil menggaruk-garuk kepala. "Mengagetkan saja."

Padahal tadinya ia ingin pergi saja dari suasana menyesakkan ini, tetapi keinginannya itu sepertinya harus dipendam sementara, melihat ada mutan disana. Kelihatannya lezat, bisa untuk dimakan, mengingat dirinya yang lapar tidak karuan.

Namun ia merasa makhluk ini ganas, ganas sekali sampai membuat keringat makin bercucuran dari tubuh semampainya. Takut? Bukan. Ia hanya gugup, tidak tahu harus berbuat apa. Mengeluarkan pedangnya dari sarungnya, kemudian Kazu pun memanggil Kudan kesayangannya, Prima. "Lihat, Prima. Ada mangsa baru."

Suara raungan dari mutan tipe bru itu tidak sedikitpun membutnya kaget dan ia melihat orang-orang yang ada di dekatnya sudah mulai bersiap ."hah menyusahkan saja mutan menyebalkan"
Ah.
rena mengeluarkan pisau yang ada di balik kimononya dan matanya mulai berubah warna lagi.
"sigh sepertinya ini akan sedikit sulit" gumanya .

Aih, keadaan makin nian memburuk.

Isse pun agak ketakutan melihat penampilan dan sifat gadis dihadapannya berubah drastis semenjak tadi.

"E-eh... Kakak.." ucapnya kembali, masih dengan suara yang kecil, hampir tidak terdengar. Mungkin kau butuh mikrofon untuk sedikit mengeraskan suaramu, hei Isse. Benar bukan?

*KWAAAARRRKKKK!!!!!*

"A-apa itu?" responnya spontan terhadap asal suara memekik yang nyaris memecahkan telinga Isse saking kerasnya. "Mu-mutan? Ada pula yang begitu?" Terheran-heran karena baru kali inilah ia melihat mutan yang menurutnya aneh dan sedikit bizarre, karena jarang sekali--bahkan tidak pernah sekalipun ia melihat wujud mutan yang seperti ini. Setidaknya suaranya yang tadi kecil sampai tidak terdengar kini sudah kembali normal seperti biasa. Setidaknya.

"Bagaimana cara mengalahkan monster ini?" Pikirnya berulang-ulang dalam hati. Otaknya tidak dapat berfikir dengan baik karena terlalu gugup dengan situasi seperti ini. Ingin melakukan sesuatu, tetapi melihat keadaan begini Isse pun mengurungkan niatnya... Untuk sementara.

"Haah," Ivo sedikit menundukkan kepalanya, seraya menghela nafas panjang. Tumben hari ini kau tidak semangat bertarung, hei nona Deuz? Berfikir bahwa sifatmu yang tidak pernah menolak pertarungan apapun itu membuat orang tercengang dengan perubahan sifatmu kali ini.

Aneh? Tentu saja.

Prok prok prok.

Tiga keprokan dari tangannya. Suara yang mirip jika kau mengingat lagu 'Aku Seorang Kapiten', namun bukan itu maksudnya. Ivo pun berkata, "Hebat, mutan jelek. Berhasil membuatku terkaget-kaget seperti ini."

Ia kemudian duduk diatas sebongkah puing bangunan raksasa sambil memikirkan langkah apa yang harus diambilnya nanti. Tak seperti biasanya Ivo berfikir matang-matang dahulu sebelum bertindak, karena sifatnya jauh berbeda dengan Cae yaitu mengambil apapun resikonya demi kemenangan. Namun entahlah, hari ini ia patuh sekali dan bersikap sangat-sangat sopan. Apakah ada penyakit hinggap di dirinya?

Serius--dua rius malah. Malas memikirkan masalah perubahan sifatnya ini.

Rena yang melihat ivo
berpikir "apa yang ia pikirkan" gumanya dalam hati dan pada saat itu juga mutan tipe baru itu mulai menyerang mereka rena dengan sigap menghindari serangan mutan itu "sigh hampir saja hey ivo kau jangan berpikir sajah cepat bantu menyerang" kata rena .rena pun mulai menyerang mutan itu dengan gesit .

^ Nyerangnya nanti saja mbak ==a
Inget--mutannya jangan dimatiin dulu yak :3

-----------------------------------------

"Oke, sepertinya aku punya ide--"

Syuuut!

Mutan berwarna ungu itu mulai menyerang ke arah mereka, memutus perkataan Ivo. Ia sepertinya tidak memiliki waktu untuk menghindar dan bersiap untuk terkena dampak serangannya, akan tetapi...



"sigh hampir saja hey ivo kau jangan berpikir sajah cepat bantu menyerang"

"Berisik," ucapnya ketus. "Kau tahu sedang berbicara dengan siapa, hem? Dasar sok hebat. Biarkan saja, tubuhku milikku. Aku bebas melakukan apa saja dengannya. Aku mau bergerak atau diam itu bukan urusanmu, benar bukan? Dan ingat satu hal--aku tidak perlu dan tidak butuh bantuanmu."

Tadi sopan, kini bersikap tak sopan. Heh--dasar Ivo. Kuharap agar Rena mengerti..

"hah dasar gadis keras kepala" gumamnya "hah ide seperti apa yang ku dapat?" tanya rena kepada ivo.
"sigh sepertinya tidak ada cara lain selain meng aktifkan druid system" rena berkata dan bersiap mengaktifkan nya.

^ JANGAN!!! JANGAN AKTIFIN DULU!!! *kalang kabut
Belom nyampe adegan klimaks nihh~ *halah

Sabar ya nak~ ==a

-----------------------------

"hah ide seperti apa yang ku dapat?"

Ivo kemudian terdiam. Gara-gara serangan tadi, pikirannya menjadi blank. Bukannya lupa, tapi..

Ia sama sekali tidak ingat ide yang dipikirkannya tadi.

"Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya. Yang terpenting adalah, bagaimana cara kita mengalahkan mutan ini? Mutan yang ukurannya jauh lebih besar daripada kita?" ucapnya dengan nada seoktaf lebih rendah, mencoba mengalihkan pembicaraan. Capek marah-marah, pikirnya. "Allan-san! Ada ide?" kemudian menoleh ke arah pemuda berarmor yang sedang berdiri di sebelah sana.

"Dan satu lagi," ucapnya kepada Rena. "Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan Druid System yang tadi kau sebut itu, tapi aku rasa itu adalah senjata seperti pedang bermata dua. Jika kau bermaksud mengaktifkannya, kau bisa mencelakakan dirimu sendiri--tidak--mungkin semua yang ada disini bisa mati. Bisakah kau mencari jalan yang lebih baik? Berpikir atau semacamnya?"

Rena menjelas kan apa yang di maksud druid system kepada ivo "druid system adalah salah satu senjata dalam progam q yang dapat menghancur kan apa saja dengan cepat tapi...." rena langsung terdiam "kemungkinan besar kalian di sini bisa ikut terbunuh juga" rena berbicara dengan suara pelan dan ia pun melihat ke arah mutan itu dan melihat ada beberapa bagian dari mutan itu yang dapat membunuhnya seketika "ah di sananya" matanya yang berubah warna melihat ada garis di beberapa bagian.
"cara lain adalah memotong nya menjadi beberapa bagian namun ini akan sedikit merusakan lengan q" jawab rena

"druid system adalah salah satu senjata dalam progam q yang dapat menghancur kan apa saja dengan cepat tapi...." rena langsung terdiam "kemungkinan besar kalian di sini bisa ikut terbunuh juga"

"Benar bukan, kataku?" balasnya singkat. "Well, lebih baik jangan lakukan itu, atau nanti kita semua bisa jadi arwah gentayangan disini. Kau masih sayang nyawa, bukan? Tidak mungkin membuang nyawa hanya untuk sampah seperti ini."

Kemudian kau melihat gadis persocon itu menunjuk ke arah mutan itu.

"cara lain adalah memotong nya menjadi beberapa bagian namun ini akan sedikit merusakan lengan q"

"Memotongnya? Kukatakan padamu, itu mustahil. Kecuali pisaumu cukup tajam untuk memotongnya, tapi kurasa tidak mungkin," responnya sambil ikut-ikutan memandang ke arah mutan itu. "Tak mungkin hanya sedikit goresan membuatnya terpotong... Kulitnya yang keras mungkin agak menyusahkan. Ini pendapatku. Mungkin kita harus sedikit mengecohnya?"

Ivo pun melipat tangannya. "Ada pendapat lain, mungkin? Allan-san, Oushio-san? Atau dua penyusup dari Municipal ini punya ide?"

"heee katasiapa tidak mungkin baja sajah terpotong " jawabnya dengan dingin."tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini ingat itu"kata rena kepada ivo."trus apa ide darimu ivo ?" tanya rena kepada ivo dan melihat ke arah pria yang memakai armor itu.

"heee katasiapa tidak mungkin baja sajah terpotong "

"Yeah, whatever, aku tak perduli itu mungkin bisa memotong baja sekalipun," ucapnya sambil memalingkan perhatian, kemudian kembali fokus terhadap mutan krustasea ungu itu.

"trus apa ide darimu ivo ?"

"Entahlah," balasnya singkat. "Mungkin bila kita serang matanya mungkin agaknya bisa sedikit melumpuhkannya. Mungkin?"

Wuuuush!

Capit-capit tajam mutan itu kembali menyerang ke arah mereka. Dengan sigap Ivo menjadikan Ruu sebagai perisai, walaupun agaknya membuat beberapa bagian tubuh Ruu retak karena serangan tersebut.

"Sial, Ruu," gumamnya sambil memegang tubuh Ruu yang terjatuh. "Kalau begini caranya nampaknya aku harus memperbaikimu.. Ini salahku, seharusnya aku tidak menjadikanmu perisai seperti tadi..."

"matanya bisa juga"guman rena dan melihat ruu "hey apa dia baik baik sajah" tanya rena kepada ivo
baik "apa aku bisa menyerang sekarang?" tanya rena kembali kepada ivo.sambil memegang pisau nya sambil bersiap meng conter apa bila dia mulai menyerang lagi.

"apa aku bisa menyerang sekarang?"

"Tidak, jangan." ucapnya. "Coba kita tanya yang lain dulu. Aku sih, boleh-boleh saja, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa melihat kondisi Ruu sekarang ini. Setidaknya alihkan perhatiannya sedikit, jangan melukainya terlebih dulu. Aku belum merasakan kesenangan, tahu. Beri aku waktu untuk mereparasi Ruu."

Ivo pun mengambil tas ransel yang tadi ditenteng oleh Ruu, kemudian merogoh-rogoh isinya--selain daging mutan berupa cacing yang tadi dikalahkannya--mencoba mencari sesuatu. Sesuatu yang sangat penting.

"Gotcha!" sahutnya sambil menarik keluar sebuah kotak besi kecil. Kotak tersebut berisi alat reparasi, biasanya digunakan Ivo untuk mereparasi Ruu, karena Cae tidak begitu handal dalam menangani masalah ini.

"Dua orang disana--tidak--empat, bisakah kalian melakukan sesuatu?" tanyanya terhadap empat orang yang berdiri disana, selain Rena dan dirinya, tentunya.

Sepertinya mereka tidak mendengar apa yg ivo katakan "sigh sudahlah sepertinya mereka tidak mendengarkan mu ivo" kata rena pada ivo "sepertinya kau mekanik hebat apa bila terjadi sesuatu pada tangan q mau kau memperbaikinya untuk q ? Tanya rena pada ivo .

Kejadian berlalu begitu cepat, Kazuma tidak begitu bisa mengikutinya dengan baik. Sampai pada saat gadis berambut putih keperakan itu bertanya padanya.

"Dua orang disana--tidak--empat, bisakah kalian melakukan sesuatu?"

"Kau berkata kepadaku?" tanyanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri. Siapa lagi untuk ditunjuk? Well, of course, yang dimaksudnya itu kamu, Kazuma, selain tiga orang lainnya--satu dari Municipal dan dua lainnya dari Tokyo Tower.

"Ukh, baiklah," ucapnya seraya menghela nafas. "Menurutku sih, serang saja matanya. Kelemahan setiap makhluk pasti di bagian mata. Seperti yang anda katakan tadi. Karena tidak mungkin menyerang monster ini begitu saja mengingat sifatnya yang ganas itu. Tapi ini hanya pendapatku, coba saja tanyakan kepada rekan dari kubumu sendiri."

"CANGKANG!" Seru Allan dari jauh, ia melihat cangkang yang dibawa oleh mutan krustasea tersebut.

Mirip tengkorak kepala mutan lain yang ukuran kepalanya memang sebesar krustasea raksasa itu.

"Memang itu." gumamnya lagi, matanya berubah, berbinar-binar.

"Kepala Diablos, pasti bahan yang bagus." gumamnya sambil memelototi tengkorak mutan yang dipakai Krustasea itu.

Allan melihat lagi ke monster itu, dan mulut monster itu tampaknya tengah berbusa.

"Itu... Water Blast! Minggir dari hadapannya!" Seru Allan pada semua orang disana, tak peduli Tokyo Tower ataupun Municipal.

Allan menganalisa lagi. Monster itu bagian dalamnya dilindungi sapit ungu besar dari depan dan cangkang monster di belakang. Pasti sulit sekali mengenai bagian dalamnya.

"Ukh, sekrupnya terlepas karena serangan tadi," ucapnya sambil memegang obeng di tangan kirinya (perhatian: ia kidal). "Kalau begini sih, susah mereparasinya... Sial.."

"sepertinya kau mekanik hebat apa bila terjadi sesuatu pada tangan q mau kau memperbaikinya untuk q ?

"Kau mungkin bisa berkata seperti itu, tetapi jika aku belum tahu struktur mekanisme tubuhmu aku tidak dapat mereparasinya," jelas Ivo sambil agaknya melepas kap kulit Ruu di bagian tubuh sebelah kanan yang retak itu. Sesaat Ivo melihat mulut mutan ungu itu berbuih, namun ia menghiraukannya karena tidak tahu menahu apa-apa, sambil kembali mereparasi Ruu..

"Itu... Water Blast! Minggir dari hadapannya!"

"Hah?" serunya kaget. Segera ia menarik Ruu menjauh dari area sekitar mutan itu, karena tau radius serangan makhluk krustasea itu adalah ruang lingkup yang luas.

Dengan sigap rena cepat menghindar namun terdapat sedikit kerusakan di kaki kananya karena terkena water blast "sigh kaki kananku mengalami kerusakan sedikit " sambil melihat kaki nya yang terlihat ada goresan yang cukup dalam akibat saat melompat menghindar dia terkena bongkahan batu runcing yang terlempar akibat water blast "sepertinya gerakan ku tidak akan secepat pertama namun aku harus mengaktif kan sejata ku yang cukup kuat..." sambil siap mengaktif kan kekuatan nya itu the eyes line of death.

"Jangan lengah... ungh." keluh Allan. Anak-anak itu sepertinya masih polos masalah monster.

"Dia tidak menggunakan matanya, tapi antenanya! Kalau antenanya hilang, keseimbangannya akan hilang!"

Monster mutan itu membalikkan badannya, kini cangkangnya yang berbentuk monster bertanduk menghadap Allan dan yang lain.

"...?" Allan bertanya-tanya kenapa monsternya membalikkan badan saat ada banyak target di depannya, lalu menyadari sesuatu.

"LARI!" serunya lantang sambil berlari menyamping.

Monster itu bergerak kebelakang dengan cepat memakai kakinya yang kuat, menerjang dengan memakai tengkorak monster bertanduk dibelakangnya yang amat keras.

Serangan monster itu bisa mementalkan siapapun yang ada di jalannya.

wah.. saya tertinggal di pages 1 ==a

@ren: KYA! maap. nanti saya edit edit xD;

bdw, skarang bukannya udah ada 7 org pemain ya disini?? berhubung zelvasen nggak jadi-jadi ikutan RP, jadinya 6 pemain deh *liat lagi pages 1 deh
_________________________________________
Menoleh ke arah belakang. Tampak seorang anak laki-laki, yeah, bermata biru dengan rambut hitam jabrik, tak perlu berpikir lagi kau tahu bahwa ia seorang laki-laki. Menjawab perkataan pemuda yang terlihat lebih muda darinya itu. "Terima kasih atas pujian anda." Singkat, malas berpanjang-panjang.

Cosmo tersenyum. "Aku berkata jujur kok, kirei-onee-chan" balasnya tetap sopan layaknya anak 12 tahun yang sangat polos.(OOT: appearance Cosmo agak melenceng pas himeh yg buat artworknya ==a himeh buat artworknya kayak cowok umur 17 =A=;; *digempur* tapi memang jabrik &bermata biru. gabungin tsunayoshi sawada + ciel phantomhive plis~ *digebuk*)

Namun sekilas wajah pemuda ini persis dengan lelaki bernama ... Oushio atau siapalah namanya, yang ia pernah lihat dari buku pegangan 3rd District miliknya. (OOte: Anggap saja ada :3) Ingin memastikan, namun buku itu tertinggal di kamar tidurnya. Penasaran, ia pun balik bertanya. "Apakah anda... Anggota third?"

Sementara itu, mereka tidak sadar ada seekor mutan sedang mengincar mereka...

"Third apa, onee-chan?" jawabnya tersenyum seperti anak yang tak tahu apa-apa. Padahal sihirnya sudah aktif dan sekarang sedang menjelajahi sedikit pikiran Cae.

"Ah~ Orang Distric yang jadi Municipal toh?" Cosmo mengerti sekarang "Kalau begitu, posisi kita sama dong, Cae-onee-chan" ia tersenyum manis lagi.

Tak perlu diberitahu, mutan yang berada kira-kira 1 kilometer dari mereka sudah naas dengan pasir berbentuk pedang tajam berkat sihir Cosmo.

Setelah itu Cosmo malah memisahkan diri dari mereka. Malas bertarung.
Tinggal mengangkat hasil saja ah nanti~, gumamnya dalam hati.

Mata yang dari tadi setengah mengantuk, hingga matahari setinggi ini, menangkap gerakan Allan serta Naruse.

"Yare, yare, what a troublesome guy.. Buat apa mereka berkeliaran ditengah gadis-gadis?! Aku benar-benar benci lelaki sekarang." ucapnya pelan layaknya seorang gadis yang baru saja dibuat kecewa oleh pria. Kemudian menilik kearah para wanita. Cae, yang tadi bertanya soal Distric; Louisse, anak kecil mungil yang tampak terus dan terus berusaha keras menggunakan kekuatannya serta membangkitkan jiwa pedofil di Cosmo (emangnya Cosmo udah tua?! *digeret* ; dan Rena, gadis dari Group yang sama dengannya, juga merupakan perempuan incaran barunya namun ia tak begitu tahu sifat dan kelakuannya.