[RP] Inner Border of Tokyo Tower Group

Setting : Area padang pasir dan padang rumput gersang di perbatasan bagian dalam dari Tokyo Tower Group, para penduduk biasa mencari kebutuhan mereka disini, karena relatif aman dari anggota Municipal. Tempat ini biasa dijadikan sarana latihan oleh para pemula karena mutan dan monster yang muncul relatif lemah dibanding dengan monster dan mutan yang ada di perbatasan luar (Blind Fold).

Note: 3rd-Tower Masuk!!!!
-------------------------------------------------------------------
Allan, Theo, Riechel, Claire, dan yang lain sampai di perbatasan bagian dalam Tokyo Tower.

"Nah... maaf, tapi aku hanya bisa memperlihatkan sampai sini saja untuk sekarang... tidak bisa lebih jauh... tidak apa-apa, kan?"

----------------------------
masuk masuk!!!

"allan, tukang buat onar." claire mengomentari lalu melenggang mendekati salah satu mutan.

"fire, sword release!" mutan itu tergolek lemah karena terbakar lalu claire memotongnya.

"tidak seru!" claire berkomentar.

oot: allan! Jangan summon monster! Apalagi kalau mpv!

engga... summon servant aja dah...

-------------------------------
Monster-monster kecil berdatangan, ukurannya tidak lebih besar dari tubuh manusia, monster monster kecil itu berwarna kuning, bentuk mereka mirip kadal yang berdiri pada dua kaki.

"Nah... silahkan bersenang senang... kalian... aku menonton saja..." kata Allan, dia memang kesini untuk mengantar mereka saja, jadi walau dia bawa banyak senjata, dia tidak melakukan banyak hal, kecuali mengeluarkan Valkyrie Fire miliknya kalau kalau ada monster kecil yang mendekat. Benar saja, satu mendekat, Allan memasang Valkyrie Fire pada mode bertempur dan mengarahkannya pada monster kecil itu, lalu menarik pelatuknya *dzing!* Monster itu langsung terlempar dan terkapar

"Mmm..."

"ih! Apa sih!" claire mengeluh lalu menggunakan kartu lainnya.

"ice, release!" semua monster yang ada di sana beku dan dengan jentikan jari semuanya melebur. Lalu claire ingat sesuatu dan menghampiri theo.

"jangan tunjukkan kemampuan asli kita." claire lalu menoleh pada riechel dan mengatakannya sekali lagi di kepalanya. Dan meminta pengiyaan pada riechel.

"allan... Sampai kapan?"

Theo menemani mereka ke perbatasan. Dia tidak mengerti apa maunya claire membawanya kesini. Hanya tempat gersang dan banyak monster kecil berkeliaran. "hoi, claire. Kamu cari apa sih di sini? Hanya tempat gersang dan mutan-mutan kecil saja." keluhnya.

Karena kurang kerjaan, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di samping allan. Dia memperhatikan akai suzu dan siegmund yang allan bawa. Namun dia lebih tertarik pada akai suzu. "hei...pedangmu yang ada loncengnya itu bagus, boleh kulihat kawan?" tanyanya pada allan. Lalu dia membuka kotak biolanya. Ternyata dia menyimpan silver crest di sana. Karena itu tas biola yang dia bawa lebih panjang dari tas biola pada umumnya.

Dia mengambil silver crest dan membukanya. "nah...kalau yang ini pacarku, silver crest." katanya bangga.

"aku bukan minta ke sini! Aku cuma mau lihat saja!"

akhirnya karena kesal claire mengeluarkan kartu jump.
"jump, release!" claire melompat dan naik ke reruntuhan paling tinggi.

"dasar! Maniak pedang!"

Rupanya Claire tidak mau diantarkan ke sini, tapi ke gerbang perbatasan, Allan salah persepsi.
"Oh... bukan minta kesini... ya sudah kalau mau kembali tidak apa-apa. katanya tenang pada Claire.

Theo lalu menunjukkan ketertarikannya pada Akai Suzu.

"Oh... ini? Namanya Akai Suzu... dia... dulunya milik temanku..." Theo lalu mengeluarkan pedangnya yang bernama Silver Crest.

"Silver Crest... ya? Indah sekali desainnya... tampaknya... elegan. Namun pasti dibalik keanggunan itu ada bahaya, ya?" tanyanya dengan susunan kata yang disukainya, sulit dimengerti.

Mendengar perkataan claire, theo hanya mengangkat bahunya. "yah...pedang kan cantik! Sama cantiknya kayak kamu kalau senyum!"

Theo melihat akai suzu dengan pandangan kagum. "ah...keren banget! Oh...silver crest ini? Iya..cukup tangguh juga meskipun bentuknya cantik. Ahaha! Sepertinya kita bisa nyambung kalau tentang pedang seperti ini, kawan!"katanya sambil menepuk bahu allan.

Allan tersenyum, sepertinya dia mendapat teman untuk saling berbicara tentang pedang.

"Yah, kurasa begitu... oh iya... bahan pedang ini apa...?" tanya Allan lagi, sepertinya mulai tenggelam dalam pembicaraan yang mengasyikkan baginya.

Theo mengelus-elus silver crestnya. "ini dibuatnya dari logam khusus yang tidak ada di manapun selain di tempatku. Tidak bisa patah. Keren ya? Tingkat kepadatannya tinggi namun ringan. Bentuknya simpel namun mematikan. Pacar yang sempurna bukan."katanya. Dia mengacungkan pedang itu ke arah matahari dan silver crest memantulkan cahaya keperakan yang cantik.

Allan sejenak diam mendengar penjelasan Theo sebelum menjawabnya
"Ah... pacar yang sempurna untukku bukanlah pedang... justru... orang yang dulu memberikanku pedang ini... karena... pedang tidak bisa mencintai... yang mencintaiku... adalah orang yang dulu memberikan ini padaku." katanya sambil menancapkan Akai Suzu kedalam pasir.

"Kalau masalah cinta... heheh... aku tidak begitu ahli."

Theo tersenyum mendengar perkataan allan. "ahaha...pacar ya? Kalau aku, pacarku yang sebenarnya...adalah anak kecil yang kuajari bermain pedang. Dan sekarang dia sudah dewasa. Cantik pula..ahaha...jadi dilema antara silver crest atau dia ya? Ahaha..bercanda. " katanya sambil memasukkan silver crest ke sarungnya dan menaruhnya lagi ke kotak biolanya.

"Mmm... anak kecil yang kau ajari... menurutmu, apa kau bisa bertemu dia lagi? Kau juga pengelana dimensi, kan?" tanya Allan lagi.

"Kalau pacarku... adalah temanku di masa kecil dulu..." katanya pelan.

===================================
oot:
pacar saya juga teman masa kecil... jadi sebenernya kita sama yah Allan =w=

Theo mulai beranjak dari tempatnya. "ahaha...dia di sini kok! Sebentar lagi juga datang."katanya. Lalu dia melihat rienne, dengan mata merah alias vienne, datang menghampirinya.

"nah. Itu dia.."
=======
vienne berlari menghampiri theo. "*hosh*hosh* hai theo! Hai allan! Dan....hai claire.." sapanya. Lalu dia duduk di samping allan dan meminum air dari botol minumnya.

Hujan asam? mungkin hari ini sedang tidak muncul. Pada saat ini pun Para third distric memulai tugasnya. Sang pemuda ini pun sedang bertugas untuk berdekatan dengan salah satu kelompok-- Tokyo Tower yang mana salah satu anggota nya sedang menunjukkan perbatasan area Tokyo Tower.

Rambut yang panjang dan pirang ini membuat sang lelaki ini mulai kepanasan. Mungkin seharusnya dia memotong rambutnya itu? Itu tidak mungkin karena dia sangat suka rambut panjang ini yang sudah di puji oleh orang yang dicintainya. Dengan memakai baju Yukata berwarna merah gelap pun menjadi semakin panas.

Ah, sampai lah kita di perbatasan ini. Dua orang ini--Allan dari Tokyo Tower dan Theo dari thrid distric ini cepat sekali membaurnya karena mempermasalahkan senjatanya. bagaimana dengan Riechel? Mungkin agak susah. Sebaiknya dia mulai bertingkah seperti biasa saja tidak usah mengeluarkan senyuman palsunya itu.

Claire meminta lelaki ini untuk tidak memperlihatkan kekuatan yang sebenarnya dan dia pun sepertinya muak dengan pembicaraan mereka berdua. Riechel pun diam dan berhenti di bawah tebing yang di naiki oleh Claire.

" ah~..." hanya ucapan itu yang bisa di ucapkan.

Karena bosan, claire tidak menghiraukan sapaan vienne malah bernyanyi. Dia juga mengeluarkan payung berendanya karena hari ini sangat panas. Tapi dia berhenti menyanyi saat melihat kazune.
================
kazune sedang berpatroli berhenti melihat segerombolan orang toto dan 3rd.

"apa yang sedang kalian lakukan di sini?"

Vienne sedikit kesal melihat claire yang tidak membalas sapaannya. Suasana mendadak hening, namun tiba-tiba kazune datang. "ah...hai kazune..hum? Aku? Tentu saja aku baru habis mencari material. Tidak tahu deh, kalau mereka ngapain."katanya sambil menunjuk ke arah Theo dkk.
===============
Theo melihat kedatangan kazune. Sedikit kecewa karena kedatangan kazune berarti dia tidak bisa berduaan dengan vienne. "hoo...hai kazune! Ah? Aku sih hanya mengikuti nona yang disana. Meskipun maunya ketemu vienne sih...ya ga vie?" katanya sambil menunjuk claire dan merangkul vienne.

oot: aww... merangkul Vie didepan Kazune... cekaceka

-------------------------------------------------------------

"Hoo... jadi ini yaa... hmm... tapi... ack!Kalau ada satu gadis dengan dua kepribadian, dan satu orang mencintai satu kepribadian, satu yang lain mencintai kepribadian yang lain... jadinya... apa...?" pikir Allan, dia agak ngeri membayangkan hasilnya.

"oh... Ya sudah... Kalian jangan buat keributan! Oke? Selamat bersenang-senang..." kazune melihat theo dengan tajam, tatapannya seolah menyiratkan.'jangan apa-apakan tubuh rienne!' lalu kazune pergi meninggalkan tempat itu, kembali berpatroli.

"yah... Kazune pergi." claire kecewa dengan kepergian kazune.

"Eh... Kazu... yah... dia pergi... hmm... ya sudahlah..." Allan melihat Theo, lalu melihat Rienne.

"Ada ada saja... ahahah..." katanya sambil tertawa kecil.

Tidak ada yang tahu pada saat itu sebenarnya rienne sudah berharap kazune mendekatinya. Tetapi, sepertinya karena theo kazune tidak jadi menghampirinya. "theoo bodoooh!! Huaaaaaa!!"jeritnya. Tapi tentu saja tiada yang mendengar.

Vienne masih ada di pelukan theo. Lalu dia menatap claire,"ngomong-ngomong tujuan kalian kesini untuk apa?"tanyanya.

Claire yang sedang kesal lalu menyiram allan dengan air.
"watery, release." dan... Byur... Air membuat allan basah, claire tertawa senang.

*byur!* Air menghujani Allan, membuatnya basah kuyup, dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Huff... tadi itu siapa...? Terima kasih... di gurun ini panas sekali... lebih baik kau coba juga... tapi bisa tidak yah dengan begini...?" Allan mengeluarkan Cutlass miliknya dan menghantamkannya ke batu didekat situ, dari hantaman itu keluar semburan air dari Cutlass, yang mengenai semua orang disekitar situ juga Allan.

"Ah... terlalu kuat...?" katanya ringan.

Theo dan vienne ikut kena basahan air itu. "huoi! Hemat air hoi!"omelnya. Dia memang suka protes kalau ada masalah yang seperti ini.

Sementara, theo membetulkan rambutnya yang basah dan mengelap kacamatanya. "basah deh...nanti aku numpang ganti baju di rumahmu ya vie?"katanya cuek.

Claire langsung melepas kartu pelindung dan mengenakan payung untuk melindunginya juga.

"ah, berhenti bermain air!" claire masih mengenakan payungnya lalu mengeluarkan kipas. Dia mengipasi dirinya sendiri.