[RP] Municipal Kafetaria

"Ahaha~ sudah kukira begitu. Seharusnya aku tidak memaksa yah, maafkan aku Rolly-ou." jawab Kuri sembari menarik mangkuk stew itu dan mangaduk-aduk pelan sup di dalamnya dengan sendok. Ia memejamkan mata dan tampak serius. Tiba-tiba saja ia berdiri dan tersenyum cerah.

"Aku tahu. Aku akan membuatkan pencuci mulut untuk kalian, dan Taro-kun dkk juga. Rasanya aku bisa, kalau cuma taiyaki mutan biasa. Ah~ maaf Shikarazawa-san, bolehkah aku membantumu mempersiapkan makan siang?"

Kishinami terdiam sebentar. Kemudian mengangguk pelan. Ia melempar pandangan dari Kuranpuri ke kumpulan anggota lainnya.

"Apa ada yang Anda sekalian inginkan untuk makan siang nanti? Saya...."tanya sang Ninja dengan suara yang sedikit lebih keras dari biasanya, seraya melirik ke arah sang Editor, dan melanjutkan,".... Dan nona yang di sebelah sana akan mencoba membuat makan siang sesuai selera Anda."

"Hh... setidaknya bukan makanan dengan tampilan aneh macam ini, apapun rasanya sepertinya tidak ada yang akan protes soal itu toh semua orang di sini perlu makan. Hanya saja kalau tampilannya menjijikan yang mau makanpun rasanya tidak berminat lagi," tiba-tiba saja Rolly berbicara.

Ia memang jika ditanya apa maunya akan mengutarakan dengan sangat lengkap dan jelas sesuai keinginannya.

Kishinami mendesah pelan mendengar perkataan pemimpinnya tersebut.

"Tolong,"sahut Kishinami,"Tolong beritahu say--kami jenis makanan apa yang Anda sekalian inginkan, secara spesifik,"lanjutnya, setelah mempertimbangkan kalau-kalau Rolly, Nanase, Nemui, Kuranpuri, dan anggota lainnya tidak mau makan makanan pilihannya. Ia memikirkan kembali kata-katanya, kemudian cepat-cepat menimpal kata-katanya tadi.

"....Atau Anda sekalian bisa menyebutkan jenis makanan apa yang Anda suka. Misalnya pedas, manis, asam, atau semacamnya. Karena baru terpikirkan oleh saya kalau tidak semua bahan ada di gedung, atau bahkan negeri Tokyo ini."

"Hm..." Rolly agak berpikir sejenak. Pertanyaan Kishinami terlalu panjang untuk ia jawab, dan kalaupun ada jawaban pasti sama panjangnya dengan pertanyaannya.

Hanya pertanyaan terakhir yang menempel di kepala sang ketua ini, "Yang manis," ia lalu menambahkan setelah teringat sesuatu, "Tapi bukan makanan aneh seperti yang kemarin-kemarin itu," ia mengingatkan Kishinami tentang masakannya yang hampir membunuh Rolly.

"Sebetulnya kalau mau masakan manis, daging mutan yang dari tadi Rolly-ou makan pun bisa saja jadi manis." ujar Kuranpuri tiba-tiba, raut wajahnya serius, "Makan saja sambil memandangi wajahku. Pasti terasa lebih man---"

Editor itu tak dapat menyelesaikan kalimatnya karena sang koki utama keburu menyambar pergelangan tangan Kuri dan menyeretnya ke arah dapur. Ia pun tersenyum pasrah dan melambai ke Rolly-ou dengan tangannya yang masih bebas.

'Doakan semuanya berjalan lancar yah~' bisiknya pada Rolly, lewat telepati.

OOT: Paman apa Kuri nih yang narsis *ngakak*

______________________________________________________________________

Sebenarnya Rolly ingin segera muntah menyanggah apa yang dikatakan Kuri sebelum terpotong, namun untung saja Rolly tidak mendengar lanjutan kalimat itu.

Ia hanya bisa melambai pada Kuri dari kejauhan setelah mendapat pesan telepati, kemudian dibalas dengan "Bukan makanan aneh..." pesannya.

Kishinami yang melihat Kuranpuri sudah dibawa pergi oleh koki utama kafetaria tersebut, buru-buru memberi bungkukan singkat kepada rekan-rekan dan pemimpinnya, kemudian bergegas menuju bunyi pintu besi yang baru saja dibuka.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Dapur kafetaria ini cukup besar, karena tadinya digunakan sebagai kafetaria bagi para pekerja kantor Gedung Pemerintahan Tokyo ini. Ruangannya berbentuk segi empat. Beberapa langkah setelah memasuki ruangan, ada beberapa deret rak berisi bumbu, sayuran yang masih dalam keadaan sedikit segar,daging mutan yang baru dipotong-potong, serta sederet rak berisi peralatan memasak.

Di sisi kanan dapur, terdapat jejeran kuali besi berbentuk silinder sempurna yang sesekali berbunyi dan meletup di sana-sini. Sisa makanan tadi pagi masih banyak di dalam sana, dan Kishinami menyesal karenanya.

Hanya ada koki utama, Kishinami, dan Kuranpuri di dalam dapur saat ini. Dua koki lainnya sedang membagikan makanan pagi di lantai atas, tempat penduduk gedung yang sedang sakit dan tidak memungkinkan untuk berjalan ke bawah, ke kafetaria tersebut.

Kishinami berjalan menuju Kuranpuri dan sang koki utama. Diam sejenak, sebelum kemudian ia membuka suara.

"Sesuatu yang manis untuk makan siang. Ada ide, Anda sekalian?"tanyanya sambil membuka buku 1001 Cara Memasak Makanan Yang Monyet Sekalipun Bisa Melakukannya atau semacamnya.

"Hhh..." ini bukannya saat bernafas lega bagi pemimpin Municipal Building itu karena lagi-lagi mungkin ia akan dijadikan bahan 'percobaan' oleh Kishinami - lebih parahnya bersama Kuranpuri - untuk memakan masakan nan aneh buatan mereka.

"Kali ini apa lagi..." gumam Rolly pada dirinya sendiri, selalu ada firasat tidak enak.

Seorang anak kecil berlari-lari dari meja berisi deretan makanan menuju entitas sejenis dengannya; anak-anak, seperti biasa. Berisik. Hanya memenuhi tempat yang besar yang biasa disebut dengan Municipal building. Satu tempat yang cukup untuk menampung cukup banyak makhluk hidup di dalamnya. Berisi oleh mereka yang tak berkemampuan, menumpang hidup dari orang-orang (dan beberapa mayat hidup) untuk tetap eksis di tempat yang kacau.

“Perhatikan langkahmu, Tuan Muda.” Suara manis tersebut menahan tubuh mungil yang nyaris terpeleset—yang hanya direspon oleh tatapan dalam diam oleh manik kecil yang diselamatkannya. Mph. Anak kecil, mm? Setidaknya berterima kasihlah, jangan hanya diam saja. Gadis dengan topaz kembar cerah itu hanya tersenyum sopan, eskpresi keseharian yang tak pernah lepas dari bingkainya. “Kuri, Miss,” mengerling tepat ke arah dapur yang berisi dengan Kishinami dan wanita yang dipanggilnya—diketahuinya dari bau-bau manusia yang khas tentu saja. Berjongkok mengacak-acak rambut bocah tersebut, “anak-anak Anda sebaiknya diawasi lebih baik jika tidak mau ada yang jatuh dan terluk—”

“Bibir kakak kenapa? Berdarah, ya?”

—a.

Manik kembarnya mengerling, bertumpu pada suara manis anak boncel yang nyaris terjatuh tadi. Sang gadis mengangguk-angguk mengerti ketika berkaca dari manik jenaka bocah dihadapannya. Sisa sarapan hari ini—ups. Tidak rapi. Ia teledor untuk kali ini. Jemari pualamnya membersihkan sisa darah yang ada pada sudut bibir pualamnya, terkekeh renyah. “Tidak, sayang. Nah, kembali ke mejamu dan sarapanlah.” Dengan menu yang sanggup membuatnya mual itu.

Langkah tanpa suaranya menuju meja dimana Nanase dan Rolly berada, tidak membutuhkan banyak waktu untuk mencapai kumpulan ‘penyelamat’ entitas gedung ini, dengan kanvas ceria yang tak dibuat-buat. “Mengeluh, Chef? Dapat menambah guratan baru diwajah Anda.” Tukasnya sopan dengan candaan. “Ah, pagi, Nanase.”

---

OOC: out of character? maklum, abis pegang char yg beda bgt sama M.E.G *diinjeg* x3;

Berisik. Anak kecil berlari-lari dan ribut tak karuan. Ditambah dengan kedua orang yang berasa disekeliling putri kecil ini. Menambah suasana tidak karuan saja bersama mereka mendengar ocehan-ocehan dari sang kedua orang utan tua itu.

"Ah. Kau tahu yang namanya bayam, eh?"

Oh, Nemu. Maksud perkataan itu adalah tidak ada 'bayam' di tempat sang nona kecil ini lahir? Mungkin ounmyoji ini mengira tempat itu tidak ada semacam seperti itu. Itu sangat salah, dear. Disana seperti kehidupan manusia biasa yang lainnya. Maaf jika tidak sesuai dengan pikiran Nemui, dimesi kekeringan tanpa adanya makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Eits, jika salah satu vampire merasa kehausan, dia bia saja meminum darah hewan. " Tahu. Eh? Maksud mu ? Tentu saja" tatapan tajam pun dilontarkan kepada Nemu dengan senyuman.

Ternyata tidak kalah ributnya dengan kedatangan orang municipal lagi dan tidak kalah tuanya dengan Nemu dan ROlly. Hanya beda gender, And so? Berarti menambahkan ribut suasan saja. Di kelilingi oleh orang yang tidak karuan membuat vampire kecil ini ingin meninggalkan tempat itu. Sayangnya sudah di kelilingi seperti ini susah untuk keluar.

“Ah, pagi, Nanase.”

Ah, salah satu vampire yang berada di municipal kembali hadir dan menyapa Nanase. Perlu dijawab? Tentu saja bukan? " Pagi juga , Marion ". Good, tidak salah lagi bukan? Mencari masalah disini? Jangan. Dikelilingi oleh banyak orang sudah cukup menjadi masalah. " Jadi mencari makan? " yah, berbicaralah sebelum memulai masalah baru. Sebaiknya tidak membuat masalah itu, Right?

Satu orang lagi datang... satu lagi vampire di Municipal Building yang tentunya tidak butuh makanan lain selain darah... namun semenjak bangunan ini didirikan dan menerima kedatangan vampire (melindungi mereka dari para pemburunya), pemimpin lama menetapkan bahwa para vampire boleh meminum darah siapapun kecuali para penduduk Municipal.

Rolly hanya menatap Marion ketika nona vampire itu mulai menceramahinya, kemudian ia hanya bergumam sendiri, "Guratan membuat penampilan seseorang bertambah tua, setidaknya tidak akan ada lagi yang mengatakan aku ini anak-anak," pelan... memang harapannya adalah terdapat sedikit kerutan di wajah mudanya.

Na—ha. Pagi hari yang sangat ceria dikelilingi oleh bocah-bocah boncel bermulut besar, lain kata; berisik. Sementara induknya tengah tertahan di dalam dapur bersama seorang koki dan Kishinami. Dieu… Tentu ia tidak akan diijinkan untuk menarik keluar lidah mereka satu-persatu, menjadikan mereka umpan selanjutnya ketika berburu. Mm—hm. Pemikiran jenius, bukan begitu. Akibat pembicaraan singkat akan ‘darah pada bibir sang gadis’ telinganya dapat mendengar bisikan-bisikan dari gerombolan anak-anak kecil di seberang. Bertanya-tanya, tentu saja.

Sang gadis mengalihkan perhatiannya pada entitas lain yang berkumpul di hadapannya. Rolly, Nemui, dan Nanase. Mereka yang itu-itu saja. Mereka yang tidak Iris, ‘partner’nya, kenal dengan sesungguhnya. Mereka yang terlihat kompak dalam kelompok ini—dan memang ia jarang menampakkan diri di tengah orang-orang Municipal. Berada diluar dengan berbagai urusan. Dengan berbagai kebebasan selama ia tidak diburu dari kelompok sebelah, dan tentu saja Marion, nama gadis itu, juga tetap berpikir dalam setiap tindakan yang diambilnya. Tidak berusaha membuat Municipal dan ToTo berseteru karena ulahnya—bahkan partnernya yang, jika berurusan dengan adik yang dicarinya itu, terlihat layaknya seorang gila.

Mph.

Sebuah anggukan anggun ditujukan pada vampire yang sempat banyak mulut tersebut. Sudah dapat menyebut nama seseorang dengan baik dan benar, diikuti dengan etika yang cukup baik—tidak barbar seperti sebelumnya. Hanya basa-basi yang tampak, sebelum tertawa renyah mendengar respon dari Rolly. “Sayang sekali wajah tampan Anda jika dihiasi oleh kerutan usia, Chef. Banyak mengeluh juga sudah cukup membuat Anda tampak tua, jika itu yang Anda inginkan.”



Mengingatkan sang gadis pada sesuatu. Merde.

"Hah..." Rolly hanya menyela apa perkataan Marion dengan singkat. Ia tidak ingin mengomentarinya lebih jauh tapi keadaan seakan memaksanya untuk berbicara sesuatu. "Baguslah kalau tampak lebih tua, setidaknya tidak akan ada yang bilang bahwa pemimpin di sini masih anak-anak kan?" ia membalikan kalimatnya.

Sementara menunggu aksi si Ninja dan Nona Editor di dalam dapur.

Alternate: (di dalam dapur)

Sementara sang pemimpin dikerubungi vampir-vampir di luar sana, membicarakan tentang masalah usia dan gejala-gejala penuaan, Kishinami dan Kuranpuri (yang sejujurnya, mereka berdua lebih tua dari siapapun di dalam kafetaria sana!) tengah berjibaku menyiapkan makan siang.

Kuranpuri yang menguping perdebatan anak-anak muda di luar itu cuma bisa menggeleng geli dan mengirimkan pesan singkat lewat telepathphonenya kepada Rolly, Marion, Nanase, dan Nemui, 'Sudah, sudahlah kalian. Kalau kalian membahas tentang usia, dimana aku bisa mendengarnya, aku akan menjadi sedih. Kalau mau punya keriput, kalian bisa kubagi kok~'

Sayangnya, tindakan Kuri memainkan HP dilihat oleh sang chef utama, mengakibatkan editor itu dijitak dengan panci 10 inci olehnya. Kuri pun bertanya-tanya apakah semua tukang masak memang sekasar itu..

Lokasi : kafetaria... kantin ~

Sebuah pesan datang ke dalam pikiran Rolly... suara Kuranpuri yang tengah memasak. Ia tahu kemampuan nona Editor itu, dan memang rasanya salah jika berbicara soal umur di hadapan Kuri yang selalu mengait-ngaitkan ketuaan umurnya dengan anak-anak yang ada di tempat itu.

"Diamlah~ kalau kau tidak konsentrasi pada pekerjaanmu, kepala koki di sana pasti akan memukulmu dengan panci setebal 10 inci," ucapnya dalam hati tanpa tahu keadaan Kuri. Nampaknya kejadian itu sudah terjadi.

Kishinami hanya memperhatikan sang koki utama masih memasang wajah kesal setelah menjitak kepala Kuranpuri dengan panci tebal.

"Jangan begitu, chef,"seru Kishinami. Ia menghampiri mereka berdua dan segera meraih panci tebal dari tangan si koki,"....Kalau panci ini penyok, bakal repot kan'..."lanjutnya. Ia melangkah ke arah kompor dan meletakkannya disana.

"Jadi, apa makanan manis yang kira-kira bisa kita masak siang ini?"gumam sang Ninja, "Kita masih punya bayam beberapa ikat. Kalau tidak dimasak hari ini, besok sudah bisa jadi racun yang bagus,"gumamnya lagi, seakan menganggap itu adalah hal yang sepele. Tangannya menggapai pintu kulkas dan membukanya. Hawa dingin terasa beberapa detik kemudian. Matanya meneliti isi dari dalam kulkas tersebut.

".... Biji coklat satu karung, gula artifisial beberapa sak--wow--, cornstrach yang sudah selesai difermentasikan, beberapa bungkus, kecap beberapa botol, paprika merah 5 buah, vinegar...."gumamnya terus menerus.

@ca: kalo aku dijitak pake panci setebal 10 inci bisa mati dong! maksudnya diameter gituu~ *ngakak*

-----

Alternate: (dapur)

Dalam pikirannya, Kuri tertawa dan menjawab Rolly-ou --kali ini tanpa telepon seluler, 'Terima kasih atas peringatannya, Rolly-ou. Aku tak tahu kau punya kekuatan melihat masa depan juga?'


"Maaf,, bolehkah aku meminta sedikit es batu? Kepalaku agak....er, sakit," ujar Kuranpuri sambil memegangi gundukan merona kecil di kepalanya. Ketika Kishinami memberikan es padanya, ia melanjutkan, "Hmmm...kalau anak-anak muda pada umumnya suka cokelat. Taiyaki yang kukatakan, biasanya berisi kacang merah manis, tapi cokelat pun tak apa. Mohon berikan cokelat, tepung terigu, cornstarch, dan gulanya padaku, tampaknya aku bisa mengingat resepnya..."

Setelah meletakkan semua bahan itu di counter, Kuri menghela nafas, jadi...cokelat ya? dari semua bahan yang ada, kenapa harus cokelat? apa aku memang dikutuk, tidak boleh makan masakanku sendiri yaa...

Kishinami mengangguk pelan. Ia menyerahkan bahan yang diminta Kuranpuri ke depan counter tempat Kuranpuri mempersiapkan dirinya.

"... Ada apa?"tanya Kishinami begitu melihat sang editor menghela nafasnya,"Kalau Anda tidak mau, biar saya yang gantikan. Ada resepnya di buku ini,"gumamnya sambil menunjuk 'buku masak'nya.

"Ini, Taiyaki Yang Bisa Dibuat Simpanse. Seharusnya ini mudah."

Lokasi: dapur

Kuranpuri tertawa ringan membaca sampul buku milik Kishinami"Tapi aku bukan simpanse, Shikarazawa-san. Lagipula aku tahu kok, resep taiyaki. Dulu aku sering membuatkannya untuk Oogawa-san dan yang lainnya..." pandangan Kuri menerawang sejenak, lalu ia tersenyum lagi ke Nami, "Ah, dan aku bukannya tidak mau memasaknya, tapi ada alasan...pribadi, yang membuatku sedikit anticokelat. Sungguh, tak apa kok."

Setelah berhenti sebentar, Kuri mencondongkan kepalanya mendekat pada Kishinami, "Tapi firasatku tepat. Shikarazawa-san memang orang baik!"

Ia berbalik badan menghadap counter dan berseru riang, "Baiklah,, editor-koki-hidangan-penutup, Kuranpuri, siap bertugas!"

Ketika mendengar kata-kata dari Kuranpuri,walau hanya sedikit, kedua telinga Kishinami memerah, begitu pula dengan pipinya. Ia hanya diam memperhatikan Kuranpuri menyiapkan taiyaki dan berjalan menjauh.

"Aku.... Bukan orang baik,"gumam Kishinami lirih. Ia menanyakan kepada koki utama, apa menu hidangan utama yang pas untuk makan siang, dengan taiyaki sebagai hidangan penutupnya. Setelah diberi instruksi singkat, ia kembali membuka bukunya dan menemukan apa yang diusulkan oleh sang koki.

"Nikujaga.. Daging sapi dan kentang yang direbus lalu dibumbui oleh kecap manis. Mungkin daging mutan bisa menggantikan daging sapi..."

Lokasi: dapur.

ahaha~ lagi-lagi ada yang menyangkal dirinya sendiri. Tidak ada yang lebih manis daripada orang yang mencoba mengingkari sesuatu yang ia tahu benar..., pikir Kuranpuri dengan geli. Dari balik kesibukannya membuat kue, ia mengerling pada Kishinami dan tertawa kecil lagi.

Sampai akhirnya ia merasakan tatapan bengis sang koki kepala dari balik punggungnya, Kuri langsung diam. Tapi setelah mendengarkan apa yang dipikirkan orang itu, Kuri langsung berbalik. Wajahnya merona sedikit, "Tentu tidak! Mengapa koki-sama berpikir begitu? Baiklah, baiklah, aku akan serius ke pekerjaanku." ujar Kuri defensif.

Ia pun melanjutkan masakannya dalam diam, sambil diawasi ketat oleh si koki utama.

................................

[gmn kalo dipercepat sampai masakannya selesai?]

[OOT : OKE.]

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dapur Kafetaria Tokyo Municipal Building
12.34 siang

Letupan dari panci langsung ditanggapi oleh Kishinami dengan membuka penutup dan melongo ke dalamnya. Aroma dari potongan-potongan daging mutan rebus yang berbentuk bintang, kentang rebus, serta kuahnya yang berwarna kecoklatan merebak di dalam kafe tersebut. Kishinami menghirupnya dalam-dalam.

"Aromanya sudah harum. Setelah ini, daging rebusnya tinggal digoreng setengah matang agar lebih renyah, tuang kecap manis seperlunya di atas hidangan dan jadilah makan siang hari ini,"gumamnya sendiri. Ia melempar pandangan ke arah Kuranpuri.

"Bagaimana di sana?"

"Sempurna~", jawabnya senang. Kuranpuri menunjukkan Taiyaki buatannya, yang alih-alih berbentuk ikan, malah berbentuk Macona dari manga CLAMS, "Aku rasa hasilnya lumayan. Apalagi kita menyelesaikan masakan-masakan ini dalam waktu yang cukup, sebentar lagi bel makan siang akan dibunyikan. Ah, apakah koki-sama dan Shikarazawa-san mau mencobanya terlebih dahulu?"

Kishinami memperhatikan bentuk taiyaki buatan Kuranpuri.

"Bentuknya bukan ikan,"komentar sang Ninja. Tapi bibirnya sedikit melengkung ke atas. Sangat sedikit,"...Kreatif,"lanjutnya. Ia menyiapkan wajan penggorengan dan menuangkan minyak ke dalamnya, sebelum kemudian ia menyalakan kompor di bawahnya dengan api yang keluar dari tangannya.

"Untuk masalah mencoba taiyaki Anda..."kata Kishinami, memecah keheningan di dalam dapur tersebut,"Kurasa aku tidak mau mencobanya sekarang,"lanjutnya dingin. Ia menuangkan potongan-potongan daging tersebut ke dalamnya, lalu ia membalik-balikkan permukaan potongan-potongan tersebut agar tergoreng merata.

"Terlalu sayang untuk kumakan sekarang,"gumamnya pelan.