[RP] Night Festival at Rainbow Bridge

Shuuji hanya melirik Allan sejenak. Kemudian memalingkan kepalanya, mengabaikannya. Sepertinya ia tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan Allan.


Sementara itu, Tama sepertinya menyadari abaian itu. Tanpa basa basi ia berkata pada Allan, "Namanya Shuuji-san, Allan-san!"


"...." Shuuji kemudian menatap Tama dgn tajam. Ia pikir, berani-beraninya orang ini melakukan hal seperti itu di depannya.


Namun, Tama hanya menanggapi tatapan itu dgn senyum. Ia lalu kembali menoleh pada Allan. "Allan-san, saya hanya ingin bertanya, apa nama monster kuat yang dulu pernah muncul di wilayah reruntuhan?? Himeta-san menanyakannya saat di tempat ramen tadi, namun saya lupa apa namanya..." tanyanya, sdikit malu entah kenapa.

Karin mengerjapkan matanya. "eh? Kau tidak ingat padaku? Ah, ya sudahlah.
Apalah artinya nama. Kalian baru saja datang juga?" tanya Karin kepada mereka.

Tsubasa mulai berpikir siapa gadis yg berada di depannya sekarang. Ia masih belum bisa mengingatnya. Dengan sedikit ragu akhirnya Tsubasa mencoba bertanya.

"Ng.. kau.. sedikit mirip Yuuki. Apa kamu Karin..??"

"Ngomong-ngomong, job anda apa?" tanyanya antusias, tanpa maksud apapun. Hanya sekedar ingin tahu saja.

"Saya? Saya bekerja sebagai Deuz di Municipal. Kalau anda?" tanya Karin kepada Tamaki. Lalu, ia berpaling pada Tsubasa. "Iya, saya Karin. Kau sudah ingat, Tsubasa-san?" tanya Karin kepada Tsubasa

rienne makin khawatir melihat kondisi kazune yang sepertinya benar-benar tidak sehat. "tidak...bukan punyaku.tetapi punya....ah...kubawa saja, biar theo yang memberikannya pada orang itu." katanya sambil tersenyum.

"lebih baik kau pulang saja...istirahat saja..kau sakit begini.."katanya sambil mengambil saputangan milik claire itu. "kesehatanmu lebih penting" katanya lgi.
_____________________________
OOT: ahhh...sooo sweeeet.... *twinkling eyes*

"tidak apa-apa kok... Ayo, festivalnya belum selesai kan?" kazune berdiri dan menggandeng tangan rienne.

"kalau begini aku tidak akan jatuh. Ayo! Kamu butuh kalung tidak?" kazune tersenyum pada rienne

"jangan khawatir... Aku sudah tidak sakit lagi. Sekalian aku mau mencari sarung tangan, yang ini basah." kazune menunjukkan sarung tangannya yang penuh dengan darah.

melihat sarung tangan kazune yang berlumuran darah, dia sedikit shock (dia paling takut liat orang berlumuran darah).

"ti...tidak usah...lagipula, sebaiknya kau melepas sarung tanganmu itu. akan kuminta vienne untk membersihkannya." katanya

"ini tidak boleh kulepas, rienne... Ayo ikut saja." kazune memasukkan tangannya ke dalam lengan bajunya. Dia baru ingat rienne tidak kuat lihat darah. Lalu kazune menggandengkan tangan rienne ke lengannya.
"ayo!"

"Ah... kau lupa ya? Namanya Miogaruna... aku pernah bercerita padamu." Allan tersenyum kecut. *!* Dia merasakan sesuatu di udara.

"Aku... ada urusan sebentar... maaf, kalian berdua boleh ikut, kalau mau." Allan berjalan sedikit, ada bau darah di udara. Dia mencari sumbernya.

"Kazune! Lenganmu... kenapa lagi!?" serunya, darah mengalir dari tangan Kazune, bersamaan dengan dirinya melihat itu, mata kanannya mulai sakit.

================================
Di tempat tadi...
"Uh..." Rejaku memegangi lengannya.

"Kenapa... ini... sekarang... Tamaki-san... maaf... aku... uh!" Rejaku terduduk, rasa sakit dari segelnya mulai menekan lagi.

"*hosh...hosh*... Uuuh..." nafasnya terengah-engah lagi, paru-parunya seperti ditekan oleh kekuatan yang tidak tampak.

Lokasi: Entah di mana yang pasti di antara orang yang lalu-lalang di festival...

"Ack! ..."

Venus terdiam, keringat dingin mengucur dari balik pori-pori di kulitnya. Di mana dia sekarang, di mana semua orang tadi... jangan-jangan ia tertidur lagi karena sepertinya ia sedang berbicara dengan Ralph sebelumnya tentang... ikan?


"Kau tahu... ikan itu bisa melayang di air, mereka juga bisa bergerak-gerak," Venus terlalu antusias... sedang tuan Ralph hanya tersenyum tenang selagi nona muda ini memperagakan bagaimana si ikan bisa bergerak dalam air.

"Jadi... kau senang?" tuan yang baik hati bertanya dengan ramah.

Nona muda ini mengangguk melanjutkan ceritanya...

Dan ia terkantuk melihat beragam orang, Venus terduduk di tengah jalan sadar dari alam mimpinya. Sebelum wajahnya mendadak pucat, "Sial si Ralph itu, bisa-bisanya ia menarikku ke alam mimpi..."

Tama tampaknya kebingungan dengan apa yg terjadi disini.

Pertama, Shuuji tiba-tiba menghilang dari tempat itu. Tampaknya Shuuji sama skali tak menyukainya.

Kedua, Allan tiba-tiba permisi untuk pergi. Tama hanya mengangguk saja.

Ketiga, Rejaku tiba-tiba mengeluh kesakitan. "Rejaku-san, anda tidak apa-apa?" tanyanya cemas.

[shuuji: out]

"Aku... tidak apa-apa... ini sudah biasa... *hosh*... Allan... cari Allan... dia pasti juga merasakan hal yang sama... *hosh*... kumohon... cari dia... *hosh*" Rejaku mencoba berdiri, mencari sebuah tempat untuk bersandar.

"Ah... *hosh*... ada pohon..." Rejaku duduk dan bersandar di pohon itu, mukanya pucat, dia berkeringat dingin.

"Tamaki-san... tolong cari Allan... *hosh*... aku sudah biasa seperti ini... *hosh* tenanglah..." Rejaku lalu menutup matanya, mencoba istirahat.

@Shei: tolong jangan menggunakan dua karakter dalam satu post
... dan tolong pakai Tag LOKASI

___________________________________________________________________________

Lokasi: Masih di tengah jalanan


Venus masih kebingungan, tanpa Mine... tanpa orang-orang dari Third Distric... hei, di mana semua orang yang ia kenal. Well, semuanya menghilang.

"Mine... Mine..."

Nona besar ini kemudian berjalan terhuhung-huyung sambil menangis tidak karuan. Mau jadi apa hidupnya tanpa Mine di dimensi yang asing seperti itu, bahkan petunjuk Ralph hanya semakin membingungkannya.

Lokasi : tadinya d bwh pohon, tpi pindah jadi ke jalanan

Tama kemudian berusaha menjalani perintah Rejaku. "ba... baiklah!"

ia lalu segera berlari mengejar Allan.

"Allan-san! Allan-san!"

oot: saya ngga ngerti... knp jd begini??

Lokasi : Jalanan

Alessa yang terlihat riang sambil mengayun-ayunkan boneka kelinci usang miliknya, tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Heh?! Sepertinya aku mengenal orang itu" ujarnya terlihat bingung.

Alessa berjalan perlahan, beberapa langkah kedepan.


OOT : Saiiapun bingung @_@

ke tempat Allan saja dulu... Rejaku nya tinggal...

----------------------------------------------
Lokasi : Di dekat Kazune dan Rienne, di depan kedai takoyaki.

"*hosh...hosh*... Tamaki... hai... *hosh*" Sakit kepala hebat mulai menyerang Allan, namun dia masih berdiri.

"Kazune... dimana Himeta-san...? Kazune terluka... *hosh* Tamaki...san... bantu... Kazune..." Allan jatuh berlutut. Mata kanannya terasa seperti ditusuk-tusuk oleh ratusan jarum, dan rasa tusukan itu sampai hingga ke kepala dan mata kirinya, lalu seluruh tubuhnya.

"Pokoknya... *hosh* bantu Kazune-san dulu... oke? *hosh*"

Lokasi: di dekat venus, kerumunan orang

"nona venus!" claire menghampiri.
"tersesat? Tidak ada teman? Ayo denganku saja. Kita cari pelayanmu itu." claire berusaha menenangkan venus.

dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar venus tenang.

Lokasi : Dibawah pohon momiji di depan pedagang buku.

Lelah... Rejaku lelah... rasa sakitnya terasa lagi.
"Ugh! Heh... menyusahkan... di saat aku sedang bersenang-senang begini..."

Rejaku hanya bisa bersandar, dia lemas.

"Hua... padahal... kalau tidak salah*hosh*... sebentar lagi Bon Odori ya...? Hari memang sudah malam, seharusnya Bon Odori dimulai sebentar lagi.

-------------------------------
boleh Bon Odori?

Lokasi : tdnya di jalanan tpi pindah kedai takoyaki??

Tama kebingungan. Ada 3 orang yg mengeluh kesakitan kali ini.

"tapi.. Bgaimana dgn anda sendiri Allan-san?"

ia lalu menoleh ke arah Kazune. "Lalu Kazune-san... Perlu saya bantu?"

"aduh.. Bgaimana ini..." pikirnya bingung, karena ia tidak terlalu mengerti masalah pengobatan untuk rasa sakit yg mereka rasakan.

Oot: knp critanya jadi kaya gni??

Lokasi: Masih di tengah jalan


Venus masih berjalan terhuyung tidak jelas sambil menangis seperti anak hilang. Saking tidak benarnya ia berjalan kemudian Venus terjatuh akibat geta-nya yang menyandung kerikil.

Alhasil tas jinjingnya yang berisi uang recehan terjatuh ke tanah dan... "cring..." uang-uang itu bersuara dengan indahnya, sedikit menarik perhatian.

"Aduuuh..." ia mengeluh memegangi lututnya.

Kemudian Claire datang, nampak berbaik hati menawarkan bantuan pada nona besar ini. Otomatis Venus segera menghadapinya dengan hujaman pelukan erat, "Claire..." ia lebih membutuhkan seseorang nampaknya.

karena... umm...
kalau cuma Kazune yang sakit tidak adil...
-----------------------------------------------
Lokasi : Depan kedai Takoyaki

Sedikit demi sedikit, sakit di kepala Allan mulai mereda.
"Hah...hah...hah..." Allan masih bernafas cepat dan terengah-engah, sakit kepala hebat seperti tadi itu, dia tidak terbiasa.

"Kazune-san... darah sebanyak itu... mukamu pucat..." Allan bertumpu pada kedua lututnya, melihat Kazune yang darahnya mengalir di lengan kimononya.

Alessa menggaruk2 kepalanya.

"Hei!! Nona besar yang mulia dan sebagainya, aku bukan Claire" ujarnya sambil berusaha melepaskan pelukan erat Venus.

"Hei~! Lepasin dong, sakit nih" ujarnya lagi sambil terbatuk-batuk karena sesak nafas.

Nampaknya Venus salah peluk, padahal yang tadi dilihatnya adalah Claire, tapi berubah menjadi Alessa...

... Ia teridam cukup lama setelah melepaskan pelukan untuk memastikan bahwa itu adalah Alessa. Dan akhirnya, "Hyaaa Alessa!!!" nona besar ini malah balik memeluk lebih kencang dua kali lipat dari sebelumnya.

"Uhuk .. huk .. huk ..huk .." Alessa terbatuk-batuk akibat pelukan tenaga hercules dari Venus.

"nona!! Lepaskan! Nanti aku mati kehabisan nafas gara-gara tenaga gajahmu itu" ujarnya smabil memukul2 tangan Venus berharap Venus segera melepaskan pelukannya yang mematikan itu.

lokasi: tepat di tengah jembatan ^^

malam itu masih ramai meskipun sudah sangat larut. rienne masih berjalan-jalan dengan kazune. namun rienne masih khawatir dengan keadaan kazune dan sarung tangan kazune yang berlumuran darah.

dia terdiam sejenak lalu memandang pacarnya itu (ciehhhhh). "kazune...kenapa sarung tangan itu tidak boleh dibuka?" tanyanya. padahal dia sudah pernah membuka dan melihat apa sebenarnya yang ada di balik sarung tangan itu. namun kazune bersikeras untuk tidak membukanya.

Lokasi: Masih di tengah jalanan


Setelah protesan dari Alessa akhirnya Venus melepaskan pelukan sadisnya itu, "Aiiih untunglah kalian ada di sini, kalau tidak aku bisa tersesat selamanya," ucap Venus lirik sambil mengelus-ngelus rambut Alessa serasa dia adalah binatang peliharaannya.

Venus kemudian bangkit, mengusap air mata kacaunya. "Yak! Daripada memikirkan si Mine itu bagaimana kalau kita makan!" tiba-tiba saja semangat Venus kembali lagi.

"Kalian mau ikut? Claire, Alessa?" tanyanya kemudian.