[RP] Night Festival at Rainbow Bridge

lokasi : warung mie ramen

Tama kaget, Shinobu ternyata tahu dimana keberadaan Himeta. Ia kemudian merasa lega dan sedikit girang.

"Benarkah Shinobu-san? Himeta-san ada di dekat jembatan?" tanyanya antusias.

Ia merasa sedari tadi Shinobu menatapnya lurus, penuh makna. Kemudian Tsubasa mengalihkan perhatian adiknya itu. Tama juga merasa aneh padanya.

"Shinobu-san?

Halaman demi halaman telah dibuka, catatan telah ditorehkan di setiap lembaran baru. Allan dan Rejaku telah selesai bertukar informasi, kini mereka mendiskusikan material.

"Hm, kau tahu? Armor Rathalos+ waktu itu hancur oleh serangan api, tapi bukan api biasa, tentu. Allan memperlihatkan sketsa diagram sihir di halaman paling belakang, menunjukkan ilustrasi sebuah api berwarna biru gelap.

"Frozen Flame. Instrumen kehancuran di salah satu dimensi yang kujelajahi. Orang yang menguasai benda itu menguasai pula 'waktu' disitu dan dapat mengubahnya sesuka hati... berada disana saat itu sangat mengerikan..." Allan, melihat kelemahan dalam posisi Rejaku, segera menggelitik pinggangnya, Rejaku, tentu saja, kaget, dan juga tertawa.

oot: hai yg di atas! jangan lupa pakai tag lokasi!
___________________

lokasi : di bawah pohon

Shuuji mendengar obrolan Allan dan Rejaku yang kini berubah haluan pada material. Mereka itu memuakkan, pikirnya. Jika ingin saling menggelitik, lakukan di tempat lain, dan jangan di depannya. Ia melihat Allan dan Rejaku dengan tatapan dingin.

"..."

Sesungguhnya, ia tertarik pada diagram sihir api yang ada di halaman belakang buku yang dipegang Allan. Ia melihat sesuatu yang lain dari diagram sihir api itu. Ia menatap diagram itu dan lalu menghapalkannya. Iseng, ia mengangkat tangan kanannya dan menciptakan sebuah diagram sihir.

Bwoosh

Dan keluarlah kobaran api berwarna biru gelap dari tangannya. Api itu besar dan gagah, berbeda dari api biasanya. Bola mata beningnya berkilau akibat pancaran radiasi sinar dari api itu. Api biru gelap yang berkobar, yang bagaikan menari-nari dengan gerakan yang berirama.

lokasi : sekitar pinggir jembatan

seorang laki-laki yang Kaorin lihat tadi sedang duduk berdua kini bangkit dari dudknya. Ia seperti mencari-cari sesuatu, ternyata ia membeli permen kapas juga. Kaorin terus memerhatikan orang itu sampai ia tidak sadar permen kapasnya telah habis

"huu,, Tenpu aku masih lapar... aku mau makan.. ramen!"

Kaorin pun segera berjalan mencari warung ramen di sekitarnya, tak lama kemudian ia menemukannya
"Nah Tenpu, ayo! kau juga mau makan ramen kan" kata Kaorin sambil mengelus-ngelus Tenpu yang masih bergelantungan di pundaknya

" kak karin...kenapa??? dari tadi kakak hanya terdiam?"

Karin terkejut mendengar pertanyaan Shinobu yang tiba-tiba padanya itu."oh, aku? Tidak... Aku tidak apa-apa, kok" kata Karin sambil tersenyum pada Shinobu.

Kenapa anak ini?, tanya Karin dalam hati.
Bukankah ia bermusuhan padaku?

Tsubasa tersenyum melihat perubahan sikap Shinobu pada Karin.

'Syukurlah jika sekarang mereka bisa akur... pikirnya sambil menghela nafas.

Ia lalu melirik ke arah Tamaki. Wajahnya menjadi agak sedikit cerah melihat perubahan keadaan yang tampaknya akan menjadi semakin baik.

"Bagaimana Tamaki? Kau mau mencari Himeta-san?" Tanyanya. "Ramalan Shinobu biasanya tepat, apa mau kau cek?"

Tama mengangguk. Walaupun ia tak tahu pasti apakah benar kata-kata yang diucapkan Shinobu adalah benar atau tidak, setidaknya ia harus berusaha untuk percaya. Walaupun ia tipe yang takkan percaya jika tidak melihat sendiri secara langsung. Toh, tak apalah, yang penting sudah ada informasi mengenai keberadaan Himeta, setidaknya.

"Tentu saja" serunya pada Tsubasa.

Ia lalu berpikir sejenak. "Bagaimana kalau saya pinjam adik anda sebentar, Tsubasa-san? Karena Shinobu-san lah yang tahu pasti dimana keberadaan Himeta" pintanya. Ia sedikit banyak berharap akan bantuan langsung dari Shinobu.

Walau tampaknya ia juga menyadari bahwa akan sulit memisahkan Shinobu dari kakak tersayangnya. Dan ia sangat mengerti hal itu.

Mendengar permintaan dari Tamaki, Tsubasa mengangguk pelan.
"boleh... tidak apa-apa kok... tolong jaga Shinobu baik-baik yaa... jangan sampai dia terluka.." Tsubasa melirik khawatir pada shinobu. Sebenarnya tsubasa tidak begitu rela adiknya dibawa oleh orang yg baru saja dikenal. Namun setidaknya Tsubasa bisa sedikit percaya karena orang itu Tamaki.

"Tapi.. semua tergantung shinobu.." Tsubasa mengelus rambut shinobu.
"Kau mau membantu Tamaki..??" Tanya tsubasa pada shinobu dengan nada cemas.

'Hanya ini yang dapat kuberikan pada Nona... Berbahagialah...'

"Ah!" Sophie terkesiap dari tidurnya. Suara tadi rasanya jelas sekali untuk ukuran mimpi. Ia melihat sekeliling dengan panik.

"Tidak...." Keluhnya pelan sambil mengosok-gosok matanya.

Lokasi : warung ramen

Shinobu berpikir sejenak, memikirkan permintaan tama....
tiba-tiba tangan tsubasa sudah mengelus rambut shinobu....
kakak sudah berharap aku menemani tama,tapi aku tak mau meninggalkan kakak dan karin berdua saja.Bagaimana ini? shinobu berpikir.

Shinobu melirik karin dan tsubasa ...
Shinobu berkata dengan berat hati...
" Baiklah... aku akan menemani tama mencari himeta "

Tsubasa lega mendengar persetujuan dari shinobu. Ia sangat berharap tamaki bisa bertemu dengan orang yg sangat dicintainya itu. Tsubasa mengelus rambut shinobu.

"Terima kasih.... Aku senang kau mau membantunya..." Ucap tsubasa sambil memperlihatkan senyum termanisnya.
--------------------------------------------------------
OOT: tsubasa kurang kerjaan...

Tama tersenyum simpul. Ternyata shinobu mau menemaninya, walaupun ia tahu bahwa berat sekali bagi gadis itu untuk meninggalkan kakaknya bersama gadis lain. Yah, apa boleh buat, tapi hanya Shinobu yang tahu persis dimana Himeta berada. Ia sudah benar-benar tak sabar ingin bertemu kekasihnya itu.

"Ayo, Shinobu-san!" serunya sambil menarik tangan Shinobu. Ia lalu menoleh pada Tsubasa, "Kami pergi dulu Tsubasa-san, adik anda pasti akan saya jaga baik-baik! Selamat bersenang-senang Tsubasa-san!"

Ia kemudian segera pergi bersama Shinobu mencari Himeta.

OOT: tsubasa genit...ngelus2 kepala orang
=========================================================
Shinobu mendapat firasat buruk melihat senyum kakaknya.Shinobu baru terpikir bahwa jika dia pergi, kakak dan karin akan leluasa untuk berdua.

ah bagaimana ini? aku tidak mungkin membatalkan keikutsertaanku mencari himeta

shinobu pun tersenyum kepada tama dan berkata
"kita berangkat sekarang?"Shinobu melirik kakaknya lalu bangkit dari duduknya

"Ah.... hati-hati kalau begitu.... jangan sampai menyusahkan tamaki yaa... shinobu...." ujar tsubasa paada shinobu. Tsubasa masih tidak yakin shinobu akan aman berada di samping tamaki. Tapi... mau tidak mau ia harus membiarkan adiknya menolong Tamaki. Tanpa sadar tangan Tsubasa sudah menarik shinobu dalam pelukannya.

"Jangan terluka yaa... Aku akan selalu menjagamu..."

=======================================
OOT: BAKAR TSUBASAAAA....!!!!! gyaaaaa.....!!!!! siscom banget....
ristri maapin tsubasa yaaa... tampol aja....

OOT: ya ampun tsubasanya
======================
Shinobu kaget, tiba-tiba kakaknya memeluknya. Shinobu pun berpikir bahwa ia terlalu mengkhawatirkan kakaknya.
walaupun nanti kakak bersama karin. Kakak pasti tetap memperhatikan aku pikir shinobu dalam hati.
Shinobu pun berkata sangat pelan ditelinga tsubasa "maafkan aku kak! karena sempat berpikiran jelek"

"Ah.... hati-hati kalau begitu.... jangan sampai menyusahkan tamaki yaa... shinobu...." ujar tsubasa paada shinobu. Tsubasa masih tidak yakin shinobu akan aman berada di samping tamaki. Tapi... mau tidak mau ia harus membiarkan adiknya menolong Tamaki. Tanpa sadar tangan Tsubasa sudah menarik shinobu dalam pelukannya.

Karin hanya tersenyum saja melihat tingkah Tsubasa."Senangnya..! Kalian memang akrab, ya!" kata Karin sambil tetap tersenyum ramah pada Shinobu dan Tsubasa

Lokasi : Bangku dekat jembatan

Allan dan Rejaku sudah duduk cukup lama setelah selesai bertukar informasi dalam buku mereka, mereka berdua kini kembali duduk diatas bangku dekat jembatan, Allan membawakan permen kapas untuk dimakan mereka berdua.

"Ini, kau duluan yang makan" Allan memberikannya pada Rejaku, yang mengambil sebagian. Allan lalu mengambil sebagian juga, dan memakannya.

"Mmm... manis... manis sekali..." Allan menatap Rejaku, yang balik menatapnya.

"Permen kapas ini semanis dirimu... sayang..."

"Senangnya..! Kalian memang akrab, ya!" kata Karin sambil tetap tersenyum ramah pada Shinobu dan Tsubasa

Tak lama kemudian, Karin tersadar akan apa yang diucapkannya sendiri. Akhirnya Karin berkata, "Ah, jangan diambil pengertian yang salah. Aku tak bermaksud apa-apa". Karin tersenyum lagi pada Shinobu dan Tsubasa.

"Permen kapas ini semanis dirimu... sayang..."

Mendengar pernyataan itu, muka Rejaku memerah habis-habisan, raut mukanya menunjukkan antara rasa malu, bingung, dan bahagia yang berlebihan, rasanya dalam hati dia ingin berteriak senang, tampak disampingnya wajah Allan, yang baginya saat ini, sangat tampan.

Jantungnya berdegup kencang, dia bingung apa yang harus dia katakan, walau dulu mereka berdua sering seperti ini, tapi baru sekarang lagi mereka bertemu, dan ini membuat Rejaku agak canggung.

"A...Allan! Ti...tidak begitu juga..." Rejaku menggigit bibirnya, bingung dengan apa yang harus diucapkannya pada Allan.

Seseorang bermata biru bening menatap sepasang pasangan aneh yang tampaknya benar-benar sudah asyik dengan dunianya sendiri. Dari bawah pohon besar yang agak layu itu, Shuuji memperhatikan gerak-gerik partnernya selama berada di Rainbow Bridge ini. Partnernya, Rejaku, siapa tahu melakukan hal bodoh yang membuat rahasia The Third terbongkar. Hal itulah yang sedang ia hindari dengan terus menatap Rejaku.

"..." Tanpa berkata-kata, ia terus memerhatikan Rejaku dan Allan.

Sampai akhirnya ia merasa waktunya telah datang untuk menyela mereka. Akhirnya ia pun mendatangi pasangan itu. Ia mengayunkan lengan kanannya sedikit, menciptakan angin yang membuat rambut merah panjang Rejaku melambai-lambai.

Shuuji sedang memanggil wanita itu. Dan ia harap Rejaku tahu kalau ia sedang memanggilnya.

Angin semilir berhembus di rambut Rejaku, membuatnya melayang-layang dan sadar kalau itu tidak lain adalah perbuatan Shuuji.

Kini, dia bingung harus berbuat apa, di kejauhan, ia melihat Shuuji, tapi dia tak mau meninggalkan Allan.

Bagaimanapun, Allan mengangguk, seakan tahu apa yang dipikirkan oleh gadis itu.

"Allan..." ujarnya lemah, Allan menutup mulut Rejaku dengan telunjuknya dan menggeleng. Akhirnya, Rejaku berdiri dan pergi mendekati Shuuji, sebelum itu, dia menunduk hormat pada kakak-separuh-kekasih nya.

Setelah sampai di tempat Shuuji.

"Shuuji, ada apa...?"

Shuuji menatap Rejaku dengan tatapan dingin. Seakan tidak ingin bertemu maupun berbicara dengan wanita yg ada di hadapannya kini. Rejaku, menurutnya, bisa saja membuat masalah dengan membocorkan rahasia The Third pada kekasih Tokyo Towernya. Cinta itu mengalahkan segalanya, karena itulah Shuuji membenci perasaan cinta.

"putri manja.. memanggil" katanya, "kau tak boleh.. dengan Tokyo Tower.."

Ia terdiam sejenak, mata beningnya memancar dari balik gelap jubahnya. masih memandang Rejaku dengan dingin.

"kuberi waktu.. ucapkan selamat tinggal padanya.. setelah itu.. kembalilah ke Shibuya.." suruhnya.

Kemudian ia memutar balik badannya dan aura hitam menyembul dari jubahnya. Seakan kesal karena merasa telah direpotkan. Namun satu hal yang merupakan kemajuan, Shuuji sudah dapat berkata-kata dengan benar.

[shuuji : out]

lokasi: di tepi jembatan
-------------------------------------------------------
Haru berjalan-jalan di sebuah daerah yg baru baginya. Yah... ini pertama kalinya memasuki sebuah grup. Belum ada satu orang pun yang dikenalinya, karena itu ia memutuskan untuk berkeliling-keliling sekitar daerah itu. Lalu, berhentilah ia di tepi jembatan Rainbow Bridge. ia merenung sejenak...

Indah sekali jembatan ini.. Kenapa di jembatan seindah dan seramai ini tidak ada orang yang kukenal?

Lalu... Karena ia terlihat kebingungan, maka seseorang menghampirinya...

-----------------------------------------------
OOT: ayo-ayo... silakan masuk dan bergeje ria bersamaku... hahahaha...

Lokasi: Pinggir jembatan.

Rejaku, hatinya agak... sakit mendengar perintah tadi, tapi ia menurut. Ia berjalan menuju Allan, lalu berdiri di hadapannya, Allan memberikan tatapan penuh tanda tanya.

"A...aku... harus pergi... waktuku... habis..." ujar Rejaku, sedikit patah-patah dan gemetar. Ia menundukkan kepala, tidak berani melihat Allan.