[RP] Night Festival at Rainbow Bridge

Lokasi : entah dimana di dalam festival
sayoki masih bersama vienne/rienne

"rie-chan...aku ingin pulang dulu yaa", sayoki yang memegang cameranya.

sayoki yang sepertinya sudah lelah melihat lampu lampu terang, yang lama kelamaan membuatnya pusing.

sayoki lalu tersenyum ke rienne dan kazune. lalu memfoto mereka.
*kilik*

"aku harap kalian tetap awet", sayoki tersenyum ceria.
lalu sayoki meninggalkan mereka.ia berjalan ke arah pintu utama. ia berjalan agak cepat.
tetapi pikirannya kosong (alias bengong).

"Tidak... Saya tidak lapar! Kalian makan saja yang lahap. Jangan pedulikan saya!" serunya.

"ah.. begitu..." gumam tsubasa pada dirinya sendiri. kemudian muncul pemikiran yg mungkin bisa sedikit membantu tamaki.

"ng.. tamaki... bagaimana kalau shinobu membantumu..?? aku rasa dia bisa memberikan sedikit bantuan..." Tsubasa menawarkan bantuan pada tamaki. kemudian ia melirik adiknya itu.

"bagaimana shinobu..?? kau bersedia...??" tanya tsubasa pada shinobu.

==============================================
@tama: etto...
balasan yg ini tunggu shinobunya jawab dulu yaa...!!!

"ng.. tamaki... bagaimana kalau shinobu membantumu..?? aku rasa dia bisa memberikan sedikit bantuan..." Tsubasa menawarkan bantuan pada tamaki. kemudian ia melirik adiknya itu.

"ya. Betul, Tamaki!" kata Karin kepada Tamaki."mungkin saja Shinobu bisa membantumu mencari Himeta" kata Karin kepada Tamaki.

@karin: nyah.. akhirnya.....
================================
Tsubasa tersenyum. Mungkin dengan semakin banyak orang yg berada di sekitar shinobu, Shinobu akan lebih mudah membuka diri untuk orang lain. Kemudian ia kembali berbalik ke arah tamaki.

"bagaimana..?? tidak keberatan kan..?"

Tama terdiam sejenak. Namun mendengar Tsubasa dan Karin yang begitu memohon padanya. Ia akhirnya mengangguk-angguk saja. Ia lalu menoleh pada Shinobu.

"Boleh 'kan, Shinobu-san?" tanyanya.

Karin pun menoleh kepada Shinobu. Ia juga menanyakan,"bagaimana, Shinobu-san?" kepada Shinobu.

Lokasi : Bangku pinggir jembatan.

Allan dan Rejaku masih bersama di bangku itu, Allan melihat beberapa temannya di kejauhan, namun ragu untuk meninggalkan Rejaku, kalau-kalau terjadi sesuatu seperti tadi itu, lagipula, tampaknya ada beberapa Municipal juga disana, walaupun sekarang itu saat yang damai, tapi dia agak... malas untuk bertemu mereka.
"Hei, mau tetap disini jadinya...?" tanyanya pada Rejaku, yang tampaknya terpana dengan keramaian yang ada didepannya, Allan menghela nafas, lalu merangkul Rejaku.
"Oh iya... lain kali... bilang kalau misalnya ada sesuatu seperti itu lagi... kau tahu tidak penyebab hal tadi itu? Selain yang pernah kau ceritakan, tentu..."

"hmm...apa ya??" Kaorin bingung melihat banyaknya makanan yang dijual di sana, melihat makanan itu semua ia menjadi tambah lapar, tapi masih tetap bingung untuk makan apa

Kemudian Kaorin melihat seorang anak kecil memegang permen kapas yang besar sekali "kyaaaaa!" Kaorin tiba-tiba berteriak dan segera berlari sambil melompat kecil mencari penjual permen kapas

Rejaku mengangguk, dia masih tetap ingin disini, berdua tanpa ada yang mengganggu ada yang ganggu?. Allan lalu merangkulnya, lalu bertanya tentang hal tadi. Rejaku juga, sebenarnya tidak tahu pasti apa yang menyebabkan hal itu.

"Yang... tadi itu... aku... sebenarnya... tidak tahu... hehe...he..." jawabnya, tertawa lemah mengakhiri kalimatnya. Dia menggaruk-garuk kepalanya, yang mana rambutnya sedang dibelai oleh Allan.

"Err... walau segel itu sudah bersamaku selama dua tahun... aku baru kali ini merasakan sakit yang sesering ini..." lanjutnya lagi, sambil memiringkan tubuhnya lebih dekat pada Allan yang merangkulnya.

Lokasi : dekat bangku pinggir jembatan.

sayoki yang berjalan cepat ke arah pintu utama, bertemu allan dan rejaku.
ia hanya senyum melihat allan dan rejaku yang sedang mengobrol.
dan tiba-tiba..
ada seseorang anak kecil yang menangis didekat sana.
sayoki melihat anak itu lalu mengasih coklat buatannya dan mengelus ngelus rambutnya.
"jangan nangis lagi yaa", sayoki tersenyum.

OOC: masih dibuka kan? RP nya??

=====
Sakurano mengenakan yukata warna oranye nya. Dari belakang tampak ikatan obi-nya miring karena dia memang tidak mahir mengenakan baju yang satu ini.
Ia berjalan mengenakan geta, membuatnya menjadi manusia biasa yang 'tak siap tempur'. Namun siapa sangka ia masih menyelipkan pistol dipahanya, mirip tokoh-tokoh dalam film mata-mata. Ia juga tak lupa membawa jubah ToTo-nya.

Ia tak tahu kapan kembang apinya akan mulai, dirinya masih celingukan mencari teman atau pun setidaknya orang yang dikenalnya.

Hei! Kenapa aku jadi kalem begini?!! pikirnya. Salah tingkah pada kelakuannya sendiri. Pipinya tampak lebih tembam dan merona pink dibawah langit malam itu.

"Dimana ya mereka??" gumamnya sambil sesekali menggerutu.

akhirnya Kaorin menemukan penjual permen kapas, lalu ia membeli permen kapas yang ukurannya paling besar, sampai ketika Kaorin akan melahapnya wajahnya hampir terhalangi oleh permen kapas itu.

"hmm, enak sekali nyo" Kaorin tersenyum dengan senyum kucingnya

Kaorin mengambil sepotong permen kapasnya dan meberiakannya kepada kucing hitamnya "Ini untukmu Tenpu"

Tanpa sadar Kaorin berjalan disekitar pinggir jembatan, ia melihat 2 orang yang seperti pasangan kekasih sedang duduk berdua di bangku itu

Tiba-tiba Kaorin berhenti berjalan ia melihat seseorang yang sepertinya pernah di lihatnya sebelumnya, ia sedang mengelus-ngelus rambut seorang anak kecil sambil tersenyum dan memberikan anak itu sesuatu tapi agak tidak jelas terlihat karena wajah Kaorin terhalangi oleh permen kapasnya yang besar. "hmm... aku suka Tokyo, banyak orang baik disini, benarkan Tenpu?"

Allan mengecup kening Rejaku sekali lagi.

Bahkan Rejaku yang lebih sering merasakan sakit itu daripada dia tidak mengerti cara kerja segel dalam tubuhnya, Allan ingin menghiburnya, tapi bingung apa yang harus dilakukannya.

Lalu ia melihat penjual permen kapas.

"Ah, hei, tunggu disini, ya?" Allan berdiri dan berlari kecil menuju penjual permen kapas, meninggalkan Rejaku sendirian di bangku itu.

oot : mending Tama apa Shuuji yg masuk ya?? Shuuji aja deh! Dia uda jarang terlihat.

Lokasi : di bawah pohon, dekat Rejaku

Shuuji saat itu sedang duduk terdiam sambil membaca sebuah buku. Karena banyak sekali lampu warna-warni yang menyala, ia dapat melihat huruf-huruf yang tertera dalam buku tersebut. Seperti biasa, ia larut dalam bukunya. Namun, kali ini ada yang berbeda. Apakah itu? Jawabannya Shuuji memakai kacamata! Membuatnya tampak menjadi sangat tampan! Dengan tangan kirinya ia membetulkan posisi kacamatanya yang sedikit turun. Ia memang tak biasa menggunakan kacamata. Entah kenapa, saat ini kedua mata biru beningnya sedikit memburam.

Ia telah berada disitu agak lama, kira-kira hampir 20 menit. Selama itu ia hanya sibuk berkutat dengan huruf-huruf yang menyerap masuk ke dalam otaknya yang brilian. Saking sibuknya, ia bahkan tak menyadari bahwa ada seorang anggota the third lainnya di dekatnya. Saat ini orang itu sedang duduk sendirian. Wanita berambut merah itu, Rejaku.

"..."

Pandangannya sempat teralih sejenak. Penasaran dengan apa yang sedang dilakukan wanita itu disitu. Tapi toh ia tak terlalu peduli. Ia lalu membetulkan lagi letak kacamatanya dan kembali berkutat dengan kumpulan kata-kata yang tertulis dan tersusun rumit itu.

Rejaku, ditinggalkan sendiri, melihat ke sekitarnya.

Pikirannya melayang kemana-mana, rasanya dia baru saja melewati beberapa menit, yang terasa seperti beberapa hari untuknya, waktu serasa melambat untuk dia dan Allan. Hatinya berdebar-debar, dia bertanya-tanya dalam hatinya apa yang sedang dilakukan Allan.

Dia melihat kesekitarnya, banyak sekali orang lalu-lalang, dia sendiri tidak ada yang memperhatikannya, dan dia menikmati hal itu, walau agak benci sendirian, dia agak menikmati bersantai sendirian dibawah lampu remang-remang yang ada disitu.

Matanya tertuju pada seseorang yang ada didekat tempat itu, sepertinya dia mengenalnya, orang itu membaca buku, memakai kacamata.

Penasaran, Rejaku berdiri dan mendekatinya, lalu baru sadar akan sesuatu, itu Shuuji.

"Shuuji-san...?" tanya Rejaku pelan.

Shuuji yang masih asyik dengan bukunya, dikejutkan dengan kedatangan Rejaku yang tiba-tiba, apalagi wanita itu sempat menyapanya.

"..."

Pandangannya beralih sejenak pada Rejaku. Kemudian kembali lagi pada buku. Sepertinya ia mengabaikan sapaan Rejaku, tidak, Shuuji tidak mengabaikannya, karena Shuuji sempat menoleh sedikit pada wanita itu.

Allan kembali ke tempat Rejaku, membawa dua buah permen kapas, dan melihat Rejaku menghilang.

"Hmm? Rejaku?" dia menoleh kekanan dan kekiri, dan melihat Rejaku sedang jongkok disamping seorang laki-laki berkacamata, Allan menghampirinya.

"Rejaku..." Allan terdiam sebentar, mengamati laki-laki itu, yang sedang membaca sebuah buku.

"Rejaku... dia ini..." kata-kata Allan terhenti sesaat, membuat waktu terasa seakan berhenti bagi Rejaku dan Allan yang bertatap mata.

"temanmu?" tanya Allan dengan wajah polos, sembari memberikan satu permen kapas untuk Rejaku.

"Ini untukmu! Oh, untuk temanmu juga, akan kubelikan lagi, tunggu sebentar, ya!"

Shuuji membetulkan lagi letak kacamatanya.

Lagi-lagi seseorang datang mendekatinya. Tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun dari buku, ia telah mengetahui kedatangan orang itu dari aura yang dipancarkan. Aura spiritual yang sangat lemah. Tampaknya orang ini sword master. Mungkinkah Tamaki dari Tokyo Tower itu?

Orang itu kemudian berbicara pada Rejaku. Suara itu... tentu saja bukan suara bocah sword master itu. Ia menoleh sedikit untuk melihatnya, dan... pria itu... ia lupa lagi siapa namanya, yang pasti ia anggota Tokyo Tower yang sangat dekat dengan Rejaku. Termasuk sumber masalah.

Ketika pria itu akan pergi untuk membelinya gula-gula kapas. Ia mengayunkan tangan kirinya dan menciptakan angin untuk menghentikan pria itu. Kenapa?

"..."

Pandangan mata biru beningnya yang terhalang kacamata yang memantulkan sinar bulan dan bayangan rindang pohon langka di Tokyo, menatap tajam pria itu. Oh, tampaknya ia tak suka makanan manis!

Setelah itu, Shuuji kembali pada bukunya dan membetulkan letak kacamatanya.

"Ah, ya... satu la*whuush!!*heh?" badai angin berhembus, membuatnya berhenti di tengah jalan, dia menoleh, Rejaku tampak memanggilnya untuk kembali dengan tangannya, Allan melihat orang disebelah Rejaku, mungkin dia yang memanggil angin itu, dia ditatap tajam olehnya, Allan berjalan pelan kembali.

"Mmm... tidak suka makanan manis yaa...?" tanya Allan pelan, tampaknya orang itu senang sekali membaca buku, ia lalu teringat sesuatu.

"Oh, iya! Rejaku, kau punya daftar monster yang pernah kautemui selama ini?" Allan mengeluarkan sebuah scroll, yang lalu muncul sebuah buku dari dalamnya, Rejaku juga mengeluarkan sebuah buku dari dalam Yukata milik nya.

"Ah, bagus, ayo ayo kita saling catat."

... Buku?

"..."

Pandangan kembali teralih pada sepasang kekasih itu. Sekarang mereka mengeluarkan buku. Shuuji agak tertarik. Ia ingin mengetahui buku apa itu dan menghentikan sejenak membaca bukunya.

Ia menatap kedua buku itu. Buku tentang... list monster?

Ah monster...

Shuuji tak tertarik pada mahluk-mahluk aneh itu. Ia lalu kembali pada posisinya dan berkutat dengan bukunya sendiri.

Lokasi : warung ramen

"Ah..baiklah" dengan malas shinobu mengarahkaan badan ke arah tama, tangan kanan Shinobu memegang pundak tama..

"seorang kakak-kakak yang berambut ungu tua yang poninya menutupi mata kirinya? " tanya shinobu.

Dalam pikiran Shinobu, terlihat kakak-kakak yang sedang berdiri di sebelah jembatan

Rejaku juga mengeluarkan bukunya. Mirip dengan Allan, selain daftar monster di buku miliknya terdapat banyak sekali corat-coret diagram sihir dan alkimia.

"Aku menemukan banyak yang aneh... hehe... ada yang bentuknya seperti kambing besar berwarna kuning yang berdiri dengan dua kaki, membawa sabit, dan ada sesuatu seperti anak-anaknya mengelilinginya. Aku juga pernah bertemu dengan monster yang ukurannya hampir sebesar Lao!" ujar Rejaku dengan bersemangat, Allan sepertinya sedikit terjengkang kebelakang saat Rejaku mengatakan kalimat terakhir itu.

"Dan diagram sihir... banyak juga yang kutemui di tempat-tempat yang pernah kujelajahi... ini." Rejaku menunjukkan sketsa seorang wanita yang tubuhnya dipenuhi dengan diagram sihir.

"Orang ini... kasihan sekali... dia... terpaksa menerima diagram sihir ini untuk menjadi segel agar dunianya tidak hancur..." Allan tampaknya mendengarkannya dengan seksama, lalu menyatatnya dalam bukunya. Rejaku juga bergantian melihat buku Allan dan mencatat isinya.

Lokasi : warung ramen

==============================================

Shinobu melihat tama yang mengiyakan pertanyaan Shinobu tadi.

"kakak itu sedang berada di sebelah jembatan"

sepertinya aku telah salah paham kepada orang ini. Orang sebaik dia, tidak mungkin akan merebut kakak...aku harus minta maaf kepadanya

Shinobu menatap tama dengan tatapan yang tulus. Shinobu hendak minta maaf pada tama, tapi suaranya terhenti di tenggorokan.

Ah...aku tidak bisa! Nanti saja aku minta maaf pada tama

Tsubasa menatap shinobu. Sepertinya ada yg ingin dilakukan shinobu, tapi ia tidak tahu apa. Akhirnya tsubasa memutuskan untuk bertanya pada shinobu.

"Shinobu kenapa?? ramennya tidak enak ya..?? Atau kau sedang tidak enak badan?" Tanya tsubasa sambil menyentuh kening shinobu. Ia mengukur suhu tubuh shinobu. Mungkin ia benar-benar sakit.

Shinobu agak kaget mendengar pertanyaan kakaknya, ia tak mungkin berkata sejujurnya.

"Oh...tidak kak! Aq tidak sakit, ramen ini pun enak sekali..."

Lalu apa yang harus aku katakan. Aku harus mengalihkan perhatian kakak....

" kak karin...kenapa??? dari tadi kakak hanya terdiam?"

shinobu pun memikirkan kata-katanya lagi....
Aku memanggil karin kakak, karin tidak pantas kupanggil kakak. Orang yang akan mengambil tsubasa dariku tidak pantas dipanggil kakak