[RP] Night Festival at Rainbow Bridge

sepertinya tama merasa aneh dengan sikapku, apa dia bisa membaca pikiranku? wah gawat...aku harus berusaha sebaik mungkin agar tama tidak mengetahui perasaan benciku padanya

Shinobu melirik tama, melirik tsubasa, melirik karin. Bingung apa yang harus dikatakan

"shinobu...?? kenapa..?" tanya tsubasa dengan nada sedikit khawatir. tsubasa takut shinobu akan pingsan di tempat itu.

OOT : eee? nyantei aja! Tama juga kok^^
_____________

Tsubasa menunjukkan jarinya pada kedai mie ramen. Kedai yang sama. Waktu itu ia dan Himeta juga makan di kedai itu.

"Pilihan yang bagus! Ramen disana memang enak!" serunya.

Ketika berjalan, ia melihat Tsubasa berusaha menggandeng tangan Karin. Ah... ia juga waktu itu pernah menggandeng tangan Himeta. Anehnya, secara refleks ia berusaha menutup-nutupi adegan romantis itu dari Shinobu. Ia juga tidak tahu kenapa. Nalurinya menginginkan seperti itu.

Ia melirik kembali pada Shinobu, memastikan agar Shinobu tidak melihat adegan itu. Tetapi entah kenapa, aura-aura 'tidak suka' yang dipancarkan Shinobu nampaknya sedikit menghilang. Ia tersenyum pada Shinobu.

Ia menoleh kembali kepada Tsubasa, "Nampaknya Shinobu-san tak apa, Tsubasa-san. Benar kan, Shinobu-san?"

"eh.. benarkah..?? hahaha.. aku memang terlalu khawatir padanya..." ujar tsubasa pada tamaki.



Tsubasa mendengar pendapat tamaki tentang warung ramen yg ia tunjuk tadi. "heee... kau pernah makan disana tamaki...?? sepertinya kau tahu tentang itu.." tanya tsubasa lagi.

Tama mengangguk. Ia memang pernah makan disitu.

"Benar, saya pernah mencoba ramen disitu, dan rasanya enak sekali!" serunya. "Saya menjamin hal itu"

Ia lalu tersenyum pada Tsubasa. Entah apa maksud senyumannya.

"yah aku baik-baik saja"

Melihat ke arah tamaorang ini sedikit mencurigakan, kenapa ya?

Shinobu agak kesulitan melihat tsubasa dan karin, karena terhalangi badan tama.

Huh...menyebalkan, sepertinya tama berpihak pada karin

"wah... sepertinya enak ya shinobu..?? kau pasti suka. apalagi tamaki sudah menjaminnya..." tsubasa tersenyum pada shinobu. lalu menoleh pada karin di sampingnya.
=================================
OOT: tama iklan ya...
dibayar ga sama warungnya...??
*dilempar ke kali*

melirik tama lalu tersenyum
apa benar selera orang ini bagus?


'Sepertinya sangat enak,wah...perutku jadi makin lapar!"

OOT : Dibayar nanti ma Ca-senpai! wkwkwk
_________________________

Tama menoleh pada Shinobu. Lagi-lagi ia merasa bahwa Shinobu membencinya. Kenapa? Ia sendiri juga tidak paham. Mungkin cemburu? Tak tahu, karena Tama sendiri belum pernah merasa cemburu. Jadi ia tidak tahu bagaimana rasanya cemburu.

"Benar Shinobu-san, kalau anda tak percaya, coba saja. Saya harap anda menyukainya" serunya.

Shinobu sudah tidak terlalu memikirkan tsubasa dan karin lagi, sekarang dalam pkirannya hanya ada ramen.

aku lapar

Perut shinobu keroncongan.

Tsubasa terkejut mendengar suara itu. Ia mencari sumber suara itu. Kemudian ia berpikir. jangan-jangan....

"shinobu..??" tsubasa melirik ke arah shinobu.

Tama juga mendengar suara itu. Ia lalu menoleh pada Tsubasa.

"Ayo cepat Tsubasa-san!"

ia lalu segera mengajak mereka menuju kedai ramen, dan duduk di kursinya.

"Permisi, saya datang lagi... Baiklah, Tsubasa-san mau pesan apa?"

-- Lokasi : Atap Bangunan --

Merasa seperti dihipnotis, Leroy pun berjalan mendekat ke arah sumber suara yang mungil nan merdu itu. Sejenak ia terpaku berdiri di samping Sophie, matanya mengarah menghadap ke depan tapi pandangannya kosong, pikirannya terikat dengan nyanyian Sophie.

"Merdu sekali, Sophie.. " ujarnya lembut lalu duduk di samping Sophie.
Keduanya menikmati kehadiran masing-masing ditemani oleh pemandangan festival malam dari tinggi dan merdunya nyanyian Sophie.

"Eh..." Sophie tersentak dengan kedatangan Leroy.

"Uuumm... Terima kasih..." Sophie menyahut pelan. Ia sedikit bersandar ke badan Leroy. "Tak apa kan aku begini....." gumamnya. Dari suaranya, tampaknya ia sudah mengantuk lagi.

"setsuna ni hiraku sore wa hanabi..." Sophie berdendang pelan. Tapi kemudian suara nyanyiannya digantikan oleh dengkur halus.

"Uhuuu..." Fleur ber-uhu.

Pandangan Allan mulai kabur, dia juga semakin lemas dan berkeringat. Rejaku masih bersandar disebelahnya, pingsan. Dia sendiri merasa nyeri di seluruh tubuhnya.

"Rejaku... aku*hosh*... jadi ingin juga... *hosh*..." dan Allan, juga kelelahan, tidur di sebelah Rejaku, kepala Rejaku di bahu Allan, dan kepala Allan diatas kepala Rejaku... benar-benar sepasang kekasih yang... menderita...

Hari itu hari yang berbeda, jarang atau hampir tak pernah Kaorin merasakan angin malam kota Tokyo, biasanya ia cuma merasakan angin dan teriknya matahari di atas pohon yang sering ia panjat itu bersama Tenpu kucingnya. Hanya melamun, tak tahu harus memikirkan apa.

Kaorin dan Tenpu berada di tengah-tengah keramaian festival kota Tokyo malam itu. Agak sedikit merasa canggung melihat banyaknya kerumunan orang-orang.

kryuuukk perut Kaorin berbunyi "hmm,,, sepertinya aku lapar" Kaorin mengelus-ngelus perutnya

"Tenpu apa kau lapar??" Kaorin mengelus-ngelus Tenpu, dan Tenpu hanya menjawab miiawww "Baiklah, ayo kita cari makan!"

___________________________________
OOT: iru-senpai ap kita akan bertemu ?? >

"kakak-kakak...aku ingin.Ehm....terserah kakak saja deh!Menurut tama-san menu apa yang paling enak?"

Shinobu melirik tama-san, yang duduk di depannya.
pasti seleranya jelek. tapi tak apalah...aku sudah kelaparan

@wew... selera tama jelek??
___________________________

Tama menoleh ke arah Shinobu yang menanyainya. Shinobu adalah orang ketiga yang memanggilnya Tama, bukan Tamaki. Ia terdiam sebentar, lalu tersenyum simpul.

"Mie ramen yang ada disini hampir semua enak kok! Bagaimana kalau kita pesan mie ramen campur saja ya? Narutonya yang banyak" serunya.

Ia lalu menoleh ke arah Tsubasa. "Bagaimana denganmu Tsubasa-san?"

@^^: maaf... maaf....
========================================

Tsubasa memperhatikan kedua orang itu. tampaknya mereka bisa menjadi teman yg baik

"ah.. kalau aku apa pun boleh... kalau tamaki bilang ini enak.. ya, boleh saja..." Ujar tsubasa sambil tersenyum.

Tama mengangguk. Ia lalu menoleh ke arah pedagang mie ramen itu. "Kalau begitu kami pesan mie ramen campur tiga ya!" serunya.

Tak lama kemudian, tiga mangkuk mie ramen pun datang. Tama lalu segera membagikannya pada Tsubasa, Shinobu, dan Karin.

Ia tersenyum simpul. "Semoga kalian menyukainya!"

_______________________

OOT : eh? ngga papa kok^^v

Tsubasa memperhatikan tamaki saat membagikan ramen itu. Ia merasa sedikit heran saat menyadari jumlah mangkuk yg dipesan hanya ada tiga buah.

"Eetto.... tamaki... kau tidak ikut makan bersama kami...??" Tanya tsubasa pada tamaki. sebenarnya ia masih kepikiran tentang dua orang gadis yg sedang bersamanya sekarang. tapi, mungkin dengan bantuan tamaki tadi, masalah ini akan sedikit lebih ringan.

Lokasi : Bangku pinggir jembatan.

Baru saja Allan bangun lagi, disampingnya, Rejaku masih tertidur. Rasa perih di matanya sudah hilang.

"Err... sayang?" tanyanya pelan pada Rejaku, yang masih tertidur. Dia menggaruk-garuk kepalanya. Bagi Allan saat ini, Rejaku yang sedang tidur dalam kimononya... tampak bagaikan seorang bidadari yang turun dari langit. Allan serta merta mencium kening Rejaku dan membelai rambutnya, lalu memperhatikan orang-orang yang lalu lalang didepannya.

suzaku_kurosaki wrote:Tsubasa memperhatikan tamaki saat membagikan ramen itu. Ia merasa sedikit heran saat menyadari jumlah mangkuk yg dipesan hanya ada tiga buah.

"Eetto.... tamaki... kau tidak ikut makan bersama kami...??" Tanya tsubasa pada tamaki. sebenarnya ia masih kepikiran tentang dua orang gadis yg sedang bersamanya sekarang. tapi, mungkin dengan bantuan tamaki tadi, masalah ini akan sedikit lebih ringan.

Tama menggeleng. "Tidak... Saya tidak lapar! Kalian makan saja yang lahap. Jangan pedulikan saya!" serunya.

Benar, ia tidak lapar. Karena ia masih merasa kenyang setelah makan bersama Himeta di tempat yang sama sebelumnya. Ah, ia jadi ingat Himeta. Ia melihat ke sekeliling stand tanpa bangkit dari tempat duduknya. Sayangnya, Himeta sama sekali tak terlihat.

"Wah, sudah tertidur...yah, sudahlah... oyasummi, Sophie..." ujarnya pelan dan lembut sambil membiarkan bahu nya disandar oleh seorang putri tidur. 'Tapi kok mendengkur juga ya? [i] ' Pikir Leroy.

Leroy hanya duduk disana menikmati keindahan malam dari atas dan juga menikmati saat-saat bersama Sophie.

---

OOT : *Dihajar Lumi... Eh, apa lanjut apa lagi ya? Guess it ends good? Ataw maw dirusak dikit? *dihajar

oot: wew kayaknya diatas salah tulis deh --a

Tepat saat itu, Rejaku bangun, rambutnya sedang dibelai lembut oleh orang disebelahnya, rasa sakit tadi sudah tidak dia rasakan.

"Hei... sudah... tidak sakit..." Rejaku mengecek pakaiannya, tampaknya yukata miliknya tidak rusak ataupun kenapa-kenapa. Dia menghela nafas lega, lalu menoleh ke Allan, yang memandangnya.

"Hee... masih mau menemaniku, rupanya? Kukira kau pergi." Rejaku tersenyum, lalu menunduk.

"Seperti... waktu itu..." ujarnya pelan, raut mukanya berubah sedih. Dia mendorong dirinya lebih dekat dengan Allan.