[RP] Ordinary Days in Tokyo Tower

"allan!" kazune memanggilnya saat berpapasan. Ada sesuatu yang harus dibicarakannya berdua saja.

"kita harus bersiap melindungi wilayah ini... Bla bla bla." kazune menjelaskan spekulasinya tentang 3rd group yang muncul beberapa kali.
"sementara para fighter melindungi sumber air kita, kamu bantu dengan melindungi para penduduk. Ingat itu allan!" ujar kazune.

"ngomong-ngomong aku punya senjata baru. Rantai berelemen listrik dan fire arrow. Mau mencoba?" kazune menawarkan sambil tersenyum lebar.

Allan yang dibombardir pertanyaan oleh Kazune terbengong sesaat, lalu setelah Kazune selesai dengan rentetan penjelasan dan pertanyaan, barulah ia menjawab.
"3rd District... baru saja...aku diberi tahu tentang mereka... tapi sudahlah..." dia mengingat ingat kata-kata orang dalam mimpinya tadi. Lalu barulah memikirkan tawaran Kazune.

"Hmm... aku tidak pandai menggunakan rantai... tapi Fire Arrow itu... aku mau. Allan mengeceknya lebih dekat, matanya sedikit bersinar saat melihatnya.

"Kurasa... suatu saat nanti... ini akan sangat... penting."

"Oh... ya... satu hal lagi... kalau memang para Fighter masih kekurangan kekuatan... jangan segan untuk memanggilku..."

theo yang dari kemarin masih betah di daerah tokyo tower, mendengar pembicaraan kazune dan theo tentang third district. "ah..mereka membicarakan 3rd district.."bisiknya sambil tetap menguping pembicaraan itu.

"hm...melindungi wilayah dari 3rd district? bodoh sekali mereka..sepertinya mereka sulit diajak kerjasama untuk membuat 'dunia baru'...sepertinya menginvasi adalah satu-satunya cara mereka agar bisa tunduk dan mau bekerja sama." katanya sambil berlari pergi untuk kembali ke third district.

sialnya, ketika dia pergi dari tempatnya, dia bertabrakan dengan vienne. tapi dia tidak bisa mengobrol dengan vienne dalam kesempatan itu. dia langsung pergi tanpa mengucapkan apa-apa.
____________________________

"auch! kalau jalan liat-liat dong.. hei! kok kabur sih?!" omel vienne yang baru saja ditabrak oleh seseorang yang aneh karena menabraknya tanpa minta maaf. "sudahlah vie, biarkan saja. paling lagi kebelet." kata rienne. melihat kazune, rienne langsung keluar dan menyapanya.

"hai kazune, oh..dan..hai allan!" sapa rienne. dia langsung berlari mendekati orang itu. "sedang membicarakan apa nih? sepertinya serius?"

Saat Allan dan Kazune berbicara, Rienne datang dan mendekati Kazune.
"Ah... Rienne... halo... kami berdua hanya sedang membicarakan tentang 3rd District..." Allan berpaling kearah Kazune lagi.

"3rd District yah...? Akan kupikirkan lagi... kurasa... tadi aku bertemu salah satu anggotanya... dalam mimpiku... sih... tapi sudahlah, haha. Yang pasti, aku akan selalu siaga. Tenang saja, Kazune!" katanya sambil tersenyum, dia yakin sekarang apa yang harus dilakukannya.

"eeh?? Third district? Apa itu? Ah...memangnya ada apa nih kazune? Apa terjadi sesuatu yang gawat?"tanya rienne pada kedua orang itu. Vienne juga baru mendengar tentang 3rd district. Sepertinya tidak menyenangkan.

"Mereka... orang orang yang... kurasa cukup penting untuk kita perhatikan gerak-geriknya. Rienne... kalau ada apa-apa... kita harus berusaha sebaik mungkin, ya? Sebagai dua orang society... yang biasa-biasa saja!" Allan tersenyum lebar, sedikit menampakkan giginya, dia tidak sabar untuk bertarung dengan orang itu, dengan orang yang dia rindukan.

"oke oke, ayo ke tempatku mau mencoba arrow kan? Ah, nanti adu ketepatan denganku, yang kalah harus... Em... Mencari armor yang tahan 4 elemen utama. Bagaimana?" kazune langsung menarik allan dan menggandeng tangan rienne.

"kita coba di luar gerbang timur, oke? Vienne, kamu mau mencoba rantai paralyze-ku?"

"I...iya... ayo saja sih..." Allan dan Rienne ditarik Kazune ke tempatnya, Allan melihat Rienne.

"Duh... kau tidak kerepotan mengurusi dia, Rienne?" bisiknya pelan pada Rienne.

Ditarik untuk melihat percobaan alat barunya kazune membuat vienne bersemangat dan langsung muncul. "tentu saja! He? Rantai paralyze? Sepertinya bagus untuk membuat seseorang paralyze kalau dia selingkuh...iya kan kazune?" katanya dengan jahil.

Masih diseret dalam perjalanan ke gerbang timur. Vienne mendengar pertanyaan allan. "hum? Iya...aku juga tidak mengerti kenapa rienne dengan senang hati selalu mengurus anak ini."jawabnya pada allan setengah berbisik.

Akhirnya sampai juga mereka di gerbang timur. "nah, sekarang kita ngapain?"tanya vienne sambil merapihkan rambutnya yg sedikit acak-acakan karena tertiup angin.

"H...Ah! Vienne ya? Aku lupa...*duakl* Auh! Kazune... pelan sedikit..." saat Kazune menarik Allan, rupanya tidak sengaja dia membuat Allan tersandung lubang yang cukup besar, namun Kazune tetap saja menarik Allan.

Mereka akhirnya sampai di gerbang timur...

"vienne, kamu berdiri di sana dan simpan apel ini di kepalamu. Allan, simpan apel ini di reruntuhan setinggi vienne." kazune menunjuk ke tempat yang dia instruksi kan.

"nah, allan, tembak apel yang ada di atas reruntuhan sebanyak lima kali." kazune memerintahkannya. "setelah itu bidik yang ada di atas kepala vienne. Tenang saja kamu tidak akan membuatnya terluka atau mati." kazune tersenyum. Bisa-bisanya dia santai begitu.

Mendengar perintah kazune, vienne kaget setengah mati. "haah? Serius kau?". Terbesit keraguan di diri vienne, tapi akhirnya dia mengambil apel itu dari kazune. "yah...awas saja kalau sampai kenapa-kenapa..awas aja!"

"aku duluan." kazune mengambil crossbow miliknya dan memasang sebuah panah yang apinya menyala saat dipasangkan.

kazune menembakkan anak panah itu ke 3 buah apel dengan akurat dan apel itu langsung terbakar. Sekarang kazune menembak dua apel lain dan hasilnya serupa.

lalu kazune membidik apel di kepala vienne. Anak panah dengan api yang menyala pun melesat... Yang terjadi... Apel jatuh dan terbakar. Vienne tidak kenapa kenapa. Tak tersentuh sedikit pun oleh anak panah. Kazune tersenyum lebar.

Vienne cukup terpukau juga dengan ketepatan memanah kazune. Namun dia masih ketakutan setengah mati ketika apel di atas kepalanya dipanah kazune. Dia melihat apel yang telah jatuh terbakar itu dengan geli. "ya ampun...kau benar-benar membuatku takut kali ini..tapi kau hebat!"kata vienne.

Rienne tertawa kecil karena jarang-jarang vienne mau memuji orang lain. Apalagi kazune.

Vienne melirik ke arah allan. "berarti sekarang giliranmu ya..". Vienne mengambil apel lagi dan bersiap-siap di posisinya.

"Hmm... giliranku... maaf, ya, Rienne, aku tidak sebagus temanku dalam hal serangan jarak jauh." Allan mengambil satu anak panah, memasangnya di salah satu busur yang dibawa Kazune, mengarahkannya, dan menutup matanya sebentar.

*blast!* Satu anak panah ditembakkan, satu apel kena dan terbakar habis, Allan langsung mengambil dua anak panah dan menembakkan keduanya bersamaan, *blast!* kedua anak panah itu melesat ke dua arah berbeda dan membakar dua buah apel secara bersamaan.
Allan mengambil dua anak panah lagi dan menembakkan keduanya bersamaan, dua buah apel lagi terbakar secara bersamaan, yang terakhir ke atas Rienne. Allan berkonsentrasi penuh.

"Primal Shot!" *blast!* Sebuah panah dengan sedikit cahaya putih dan aliran udara mengelilinginya ditembakkan Allan. *ziing...jleb!* Fire Arrow itu mengenai Apple apel diatas kepala Rienne, membuat apel itu terdorong ke belakang dan terbakar, sementara rambut Rienne agak teracak-acak karena angin dari tembakan terakhir Allan.

"Ow... maaf... kau tak apa...?"

"hebat juga kamu. Yah, sayang sekali tak ada yang menang dalam taruhan ini. Nah, vie, nih mau coba?" kazune memberikan rantai yang dimaksud pada vienne, lalu dia merapikan rambut vienne.

"untuk mengaktifkan paralyze cukup pusatkan auramu di rantai itu." kazune menjelaskan dan mencontohkan caranya.

Allan mencari batu untuk duduk, lalu duduk, menunggu apa yang akan dilakukan Vienne.

"Mmm... ayo, Vienne!" dia menyemangati Vienne dan tersenyum.

"nah...sebaiknya aku juga mulai."katanya sambil mengambil rantai Paralyze dari kazune.

Vienne mulai mengayunkan rantai itu dan mulai berkonsentrasi untuk mengaktifkan paralyze. Dia awalnya ingin menjadikan kazune sebagai `korbannya', namun rantai itu meleset dan melilit allan. “ah....maaf”kata vienne sambil tersenyum innocent.

"itulah akibatnya kalau kamu mengincar orang dengan sengaja." kazune mentertawakan vienne.

"arahkan saja pada batu itu. Kalau kamu berkonstrasi dengan baik, maka batu itu bisa hancur. Kalau gagal berarti faktornya ada 2. Satu kamu kurang konsentrasi, dua aku yang gagal membuatnya. Cobalah."

vienne manyun saja ditertawai kazune seperti itu. "hu-uh..ya maaf kalo gitu." katanya pada kazune. vienne mengayunkan rantainya sekali lagi, kali ini ke arah batu besar di depannya, berkonsentrasi dan melemparnya.

*blar*

batu itu langsung hancur berkeping-keping. serpihan batu itu jatuh kemana-mana, juga mengenai kepalanya. "aduh...tapi bagus juga"

Kazune langsung menghampiri dan memeriksa apa ada yang terluka pada vienne.
"kamu tidak apa-apa?" kazune memeriksa kepala vienne.

"tunggu! Tadi kamu bilang suka? Hem... Aku akan memberikannya padamu. Tapi ada syaratnya..." kazune tersenyum lebar.

Ayunan rantai Vienne mengenai Allan dan tak sengaja memparalyze-nya.

*dzzt!*"Huaa!... Hoh...hoh... untung saja kali ini aku memakai armor resisten listrik... bahaya... bahaya...*bruk!*Aduh... aku lupa... armor ini kan resisten listrik tapi tidak anti paralyze... bahaya..." Allan jatuh dan terbaring kaku, tubuhnya menggelepar sendiri.

"Ah... sudahlah... tidak apa-apa... tapi lakukan yang sama ke Kazune..."

"hei, allan, kalau kamu berkata seperti itu aku tidak akan memberimu obat anti paralyze ini." kazune memasukkan kembali botol obat itu ke dalam saku.

"vie, jangan ikuti apa kata allan oke?"

"Ooh.. tidak apa-apa... paralyze saja dia... ini bentar lagi hilang kok... biasanya juga begitu..." Allan mencoba menggerakkan tangannya, jari-jarinya sudah bisa digerakkan sedikit, lalu tangannya, dan seluruh lengannya.

"Naah... bentar lagi hilang kan..."

vienne tertawa geli. "sepertinya aku hanya mem-paralyze dia kalau dia se-ling-kuh. yang lain..hem..liat saja nanti."katanya sambil tertawa.

lalu dia melihat lagi ke arah kazune. "eh? ada syaratnya? wah..kalau senyum kamu udah kayak gitu sih.....". vienne merasakan adanya 'syarat' yang berat. "...syaratnya pasti mencurigakan..tumben jiwa dagangnya keluar.." bisiknya.