[RP] Ordinary Days in Tokyo Tower

"rienne?"

potion itu diminum kazune. Tapi ternyata salah potion. Rambutnya menjadi silver.

"ambil saja dari lab. Punyaku. Aku memisahkannya dalam sebuah kotak berwarna putih. Isinya 6 potion. Ambil salah satu." pintanya.

sekarang dia sudah meminum potion yang benar. Kazune memutuskan untuk pergi mandi dan mengganti pakaian.
"tunggu di sini. Atau buatkanlah aku makanan."

beberapa saat kemudian, kazune sudah kembali tampan.

"hei rienne. Kamu tidak marah lagi kan? Kamu percaya padaku kan? Kamu cinta padaku kan?" ujar kazune yang tiba-tiba memeluk rienne.

rienne salah tingkah ketika kazune memeluknya dari belakang. apalagi wangi kazune yang baru saja mandi 'membius' dirinya. "ka..kazune? kau kenapa?"

lalu rienne berbalik. melihat wajah kazune, dia makin tidak karuan. "te..tentu saja? kenapa kau me-menanyakan sesuatu yang sudah pasti?" katanya, dengan senyuman manis yang sanggup membuat semua pria terpesona.

OOT: lebay PM.nya lagi kumat!

Allan, di jalan menuju rumah Kazune, bertemu dengan Sayoki, dia tampaknya sudah lebih baik dari empat hari yang lalu, namun Allan masih khawatir dengannya. Allan menghampiri Sayoki yang berada didekat tower, gadis itu tampaknya sedang bermain harmonika.

"Uhm... Sayoki... siang..." sapanya pelan.

sayoki yang sedang memejamkan matanya dan bermain harmonica.
terdengar suara pria laki-laki yang menyapanya.
lalu membuka matanya.

saat dia menengokan kepalanya ke arah suara itu muncul.
ternyata yang menyapanya allan.

"siang...", sayoki membalas sapaannya.

"allan-san mau pergi kemana ?"

Allan, masih agak khawatir dengan Sayoki, duduk disebelahnya, *bruk!* suaranya saat mendarat di tanah agak keras, karena berat senjata yang dibawanya.

"Tadinya sih... mau ke Kazune-san..." jawabnya pelan, sambil melihat harmonika yang dibawa Sayoki.

"Tapi... aku masih khawatir... 4 hari yang lalu... sebenarnya kau kenapa...?"

sayoki yang kaget mendengar suara *bruk!*, matanya melebar 2 milimeter.(halah)

"kerumah kazune-san ?", sayoki yang bertanya kepada allan tapi tatapannya masih melihat senjata berat yang dibawanya.

"Tapi... aku masih khawatir... 4 hari yang lalu... sebenarnya kau kenapa...?"

sayoki kembali melihat allan.
"anoo...gapapa kok..", sayoki yang nyengir nyengir, menandakan kalau dia tidak apa apa, dia tidak ingin menjawab pertanyaan itu.

Allan bernafas lega mendengar jawaban Sayoki, namun Allan melihat kalau Sayoki sepertinya menyimpan suatu rahasia, tapi Allan sendiri tidak peduli dengan itu untuk sekarang, asalkan Sayoki baik-baik saja.

Allan mengubah pandangannya beberapa derajat, sekarang ke langit diatas, teringat akan sesuatu.

"Hei... permainan harmonika tadi... indah sekali..."

"terima kasih banyak", sayoki tersenyum ceria mendengarnya.

entah kenapa disaat itu sayoki merasakan, allan mirip dengan ayahnya.

"izinkan aku untuk memainkan sekali lagi..kali ini untuk allan-san", sayoki tersenyum melihat allan.

lalu sayoki memainkan lagu yang berbeda, dia memainkan lagu grieg. lagu instrument yang melambangkan kecerian dan kehangatan.

Allan menutup mata, menghayati permainan harmonika itu, hangat, pikirnya.
Permainan itu begitu indah... mengingatkan dia akan 'adik' sekaligus 'kekasih' nya, Rejaku, yang dengan Hunting Horn miliknya, Sakura Recorder, mampu membuat melodi indah yang mengalun tenang mengikuti angin semilir yang berhembus.

Allan membuka matanya, melihat Sayoki yang memainkan harmonika itu dengan penuh penghayatan.

"Indah sekali..." puji Allan, tulus dari dalam hatinya. Allan, melihat bayangan Rejaku dalam diri Sayoki.

"Sayoki... kau... mirip sekali dengan... adikku..." ujar Allan lemah.

sayoki yang memainkannya, seketika berhenti saat allan berbicara.

sayoki hanya tersenyum, dan kembali dengan ratapan datarnya.

"adik...?", sayoki yang masih bingung melihatnya.

"wajahnya mirip denganku kah ?", sayoki menanyakannya.

sayoki memainkan cahaya yang memantul diharmonicanya, warnanya seakan akan seperti warna pelangi.

__________________
Sayoki's face :
http://www.flickr.com/photos/38474513@N05/3538421217/in/set-72157618250015019/

Allan menatap Sayoki, dengan tatapan yang sama saat dia menatap Rejaku. Lembut, dengan sedikit senyuman.

"Yah... sebenarnya dia bukan adik kandungku...haha" jawab Allan pelan, sedikit tertawa.

"Dia punya sebuah rekorder... Sakura Recorder... yang dia sering pakai untuk memainkan lagu... dia juga... sering memakai senjata jarak jauh... kau seorang... Spirit Archer, kan...?"

"Kalau aku harus katakan... antara dia dan kamu... senyuman kalian mirip... sama-sama manis..."

sayoki berhenti memikirkan hal lain, dia..

kebingungan
dan tatapannya semakin datar.

"waah, bisakah saya melihatnya ? sepertinya saya dan dia banyak kesamaan"

sayoki hanya tersenyum bingung.

"oh iya, kau juga mirip dengan salah satu kakak kembarku", dengan tertawa kecil ia berkata.

Allan tersenyum dan tertawa ringan, sorot matanya menyiratkan rasa bahagia.

"Kalau melihat dia... sebenarnya bisa... tapi..."

Allan tidak melanjutkan kata katanya, dia menggertakkan giginya, lalu segera mengganti topik pembicaraan.

"Oh ya? Ceritakan... kakak kembarmu seperti apa...?"

OOTe: karena sepertinya cerita diatas sudah rada-rada expired, karena itu mari kita buat yang baru, semua penghuni ToTo silahkan masuk.

setting waktu> 3hari setelah ending chap 1
jangan lupa pake tag LOKASI jika lokasi postingmu berbeda dengan post sebelumnya
____________________________________________________________
LOKASI: Pusat kawasan ToTo, depan Tokyo tower

Vienne menatap tokyo tower, pusat dari tempat ini. dia menatapnya sambil menyeruput secangkir teh. sudah 3 hari berlalu sejak hilangnya kazune, sang vice leader yang diculik oleh municipal, sepertinya. sejak hari itu juga, Rienne yang merupakan kepribadian asli dari Vienne, tidak mau muncul dan berkomunikasi dengan banyak orang.

"....aku harus bagaimana?" gumamnya. dia masih bingung bagaimana caranya membujuk rienne untuk semangat lagi. dari semua cara yang dia pikirkan, sepertinya tidak ada cara yang benar.

Vienne mulai gusar dan menggaruk-garukan kepalanya. "ah!! sial! mungkin aku harus berjalan-jalan sejenak." katanya. dia membayar tehnya dan berjalan menyusuri jalanan ToTo.

"semoga ada orang baru dengan ide yang baru....setidaknya untuk teman ngobrol saja" pintanya dalam hati.

Duaak!

claire yang sedang berjalan-jalan menabrak vienne. "haduh! Bajuku kotor!" dan kepribadian kedua claire muncul, si pemarah. "kalau jalan, pakai matamu!"

Duaak!

claire yang sedang berjalan-jalan menabrak vienne. "haduh! Bajuku kotor!" dan kepribadian kedua claire muncul, si pemarah. "kalau jalan, pakai matamu!"

vienne yang tertabrak terhuyung ke belakang. namun karena licin, dia terpeleset dan jatuh ke tanah. "auch....sial...." umpatnya. dia hendak minta maaf pada orang yang ditabraknya, namun orang itu telah mengomelinya lebih dulu.

"oh...cuma claire." katanya sambil berdiri dan melihat orang yang ditabraknya. "heh, dimana-mana jalan tuh pake kaki, bukan pake mata!" omelnya lagi. vienne sebenarnya sudah siap mengamuk, namun dia berusaha menahan dirinya. dia sedang tidak ingin terlibat kerusuhan.

tanpa berkata apa-apa, Vienne bergegas meninggalkan Claire.

"hei, tunggu! Masa kau mau meninggallanku begitu saja? Mana gadis itu? Rienne?" claire tidak terima didiamkan seperti itu. Dia menyusul vienne.

"hei, tunggu! Masa kau mau meninggallanku begitu saja? Mana gadis itu? Rienne?" claire tidak terima didiamkan seperti itu. Dia menyusul vienne.

Dan hari itu... Allan sedang berjalan-jalan santai dengan Akai Suzu...

"Mmm... sepi..." gumamnya.

Ia menikmati siang ini, matahari terik yang seakan membuat dunia menjadi hitam putih, dan menciptakan fatamorgana karena panasnya

"Panas ini... entah kenapa menimbulkan banyak keindahan... aku jarang memperhatikannya sampai akhir-akhir ini..."

Dan ia lalu melihat dua orang yang ia kenal.

"...Fatamorgana...?"

"enak saja kau menyebutku fatamorgana!" claire memarahi allan. Pendengarannya memang cukup tajam.

"kau ini seperti kakek-kakek saja atau seperti seorang ayah yang ditinggal oleh anak perempuannya. Huh!"

dalam hatinya Vienne menahan diri untuk tidak mengamuk pada Claire yang menurutnya amat sangat cerewet itu. "heh...untuk apa? kalo cuma ngajak ribut mending ga usah ketemu sekalian." sahutnya ketus.

tiba-tiba dia melihat Allan. orang yang tepat di saat yang tidak tepat. Vienne ingat kalau dia mencari bahan untuk pedang barunya. "yo." sapanya pendek pada Allan. "bagaimana perbaikannya rumah kazune yang hancur lebur itu?" tanyanya lagi.

"hei nona! Aku dan theo sudah berbaik hati mau membantu untuk menyelidiki kasus itu. Memang kau tidak mau tahu?" ujar claire asal bicara. Setidaknya dia harus membuat mereka percaya padanya.

"memang rumah alec akan diperbaiki?"

Vienne mendengus. "tidak tahu dan tidak mahu tahu. aha, and so? kamu mau apa sekarang?" tanya Vienne yang mulai jengah dengan keberadaan si nona ini.

"ya ampun...atapnya rumah kazune rusak karena Faylong dan kejadian waktu itu. udah ah! ga usah sok ga tahu deh." omel Vienne.