[RP] Ordinary Days in Tokyo Tower

"..." Allan melihat ke sekelilingnya setelah mengambil Akai Suzu dan Siegmund.
Merasa semuanya bubar, dia memutuskan untuk pulang juga.

"Hmm...baiklah, aku pulang... Kazune... dan...ah... ya... Rienne" kata Allan dengan tekanan di nama Rienne. Rienne terlihat panik.

Lalu dia pulang ke kediamannya... sesampai di rumahnya.
*huff*Oke... sampai juga dirumah... sekarang... coba... material yang ada disini..." Allan melihat material yang ada di kotak simpanannya satu per satu.
"Iron Ore...Firestone...Worm Pelt...Worm Extract... ah! Mungkin bisa!" Dia lalu mengambil beberapa Iron Ore dan Worm Pelt, dan mulai menempa keduanya menjadi sebuah armor. Saat hampir selesai, dia menambahkan Firestone sebagai pelapis terakhir bagi armor itu... dan *krek...SHING!* jadilah sebuah Burning Vest.

"Nah...armor anti senjata berelemen api... seharusnya juga menahan panas yang ada di gurun..." Setelah berpikir sebentar... dia terpaku.

"...itu...Firestone terakhirku...sial..." Lalu dia pergi lagi keluar dari sana untuk mencari material lagi...

vienne duduk di sofa yg ditunjuk oleh kazune. dia langsung duduk di sana.

"Jadi... kepribadian ganda ya? Bagaimana bisa?" tanya Kazune.

"hum...ini karena waktu kecil dia pernah disiksa selama setahun. siksaan itu mengakibatkan trauma, dan muncullah aku, kepribadian lainnya, Vienne himiko." jelas vienne. di dalam pikirannya dia tahu Rienne pasti tidak suka kalau mendengar masa lalunya yang itu. "tidak apa kok..lanjutkan saja" kata rienne.

"lihat mata ini? kalau merah, maka akulah yg muncul. aku ada kalau sedang berburu dan menjaga toko. kalau coklat, maka rienne yg sebenarnya muncul. rienne ada kalau menyangkut masalah ramuan dan mengurus rumah. dia ahlinya" jelasnya. "tambahan juga, kalau yg tadi menyembuhkan lukamu tadi itu Rienne, bukan aku". vienne menjelaskan semuanya dengan wajah yg tenang. namun rienne masih menunggu reaksi kazune selanjutnya.

"ada lagi? atau, kamu mau bicara dengan rienne sekarang?" lanjut vienne.

"Oh... begitu ceritanya. Hmm... berat juga ya... Tapi... kamu hebat." ujar Kazune sambil menepuk bahunya lembut.

"aku tidak akan menghindarimu kok. Aku rasa itu biasa saja." tambah Kazune.

Tiba-tiba saja bayangan ibunya tergambar dengan jelas pada Rienne. Langsung saja Mother complexnya kambuh dan dia merasa ibunya hadir kembali dihadapannya.


"Rienne, atau Vienne. Tolonglah tetap bersama denganku. Jangan pergi..." tiba-tiba Kazune langsung memohon seperti itu pada Rienne sambil memegang tangannya. Dia sudah dikuasai perasaan tidak ingin ditinggalkan lagi oleh ibunya.

vienne menaikkan alisnya. "aduh?" bisiknya. dia tidak tahu mengapa kazune tiba-tiba begitu. sementara rienne hanya megap-megap + speechless melihat tangannya dipegang oleh kazune. "ugyaaaa!!!!" dan tiba-tiba dia menyerobot posisi vienne. "aduh..sungguh emosi-emosi yg tidak bisa kumengerti."gumam vienne.

akhirnya rienne merasakan langsung tangannya yg dipegang kazune. walaupun jantungnya berdegup tidak karuan, dia memberanikan diri untuk menatap mata kazune dari dekat. "tenang saja, aku ga akan pergi, selama kamu masih meminta.." katanya lembut. dia tersenyum, karena hari yg dia anggap tidak mungkin terjadi datang juga, dan bukan dalam mimpi!

"hhe~"vienne tersenyum juga melihat tingkah 'dirinya' yg lain dan vice-leader kelompoknya itu. "kalau rienne bahagia, berarti masakan hari ini bakal enak..hha..ga sabar buat waktu makan malam nanti.."

"Kalau begitu jangan pergi dariku." Kazune mendekatkan wajahnya pada Rienne, tapi dia langsung tersadar dan duduk di sebelah Rienne.


"aduh... tadi aku hampir melakukan hal yang tidak-tidak. Ukh... mother complex kadang menyebalkan." Kazune mengomel dalam hati.

Dia lalu menatap wajah Rienne. Memang dia merasa nyaman berada di samping gadis itu. Selain dia mirip dengan ibunya, entah kenapa selalu terasa olehnya. Tak peduli yang keluar itu Rienne atau Vienne.

Tiba-tiba Kazune merasa pusing, tentu saja hampir tiga hari ini dia tidak tidur dan tidak makan. Perutnya berbunyi keras lalu pandangan matanya menjadi kabur.
"Oyasuminasai, Rienne..." ujar Kazune. Lalu dia tertidur di paha Rienne yang sedang duduk di sebelahnya.

Allan yang menuju arah gerbang keluar tanpa sengaja melewati rumah Kazune lagi, dari dalam terdengar teriakan Kazune. Allan berhenti sebentar.
"...? Teriakan Rienne?" Allan diam sebentar lagi untuk mendengarkan, tapi tidak terdengar lagi suara Rienne.

"Hm... perasaanku saja... eh... Mutant Steak dan Whetstone cadanganku *membuka tas*... ter... tertinggal di rumah! ARGH!" Dan Allan pun kembali ke rumah... lagi.

=================================
note : Whetstone - Batu pengasah pedang XD~

muka rienne memerah. semuanya terjadi terlalu cepat, tapi sepertinya bergerak lambat dalam ingatannya. matanya tertuju pada kazune yg tertidur di pangkuannya. "hihi..mukanya manis juga kalau sedang tidur.." gumamnya sambil mengalus kepala kazune. sekarang rienne sudah lebih tenang. "oii...ada pangeran yg tidur di pangkuannya putri nih..ehehehehe~" goda vienne. "eh? apa sih vie? ngegodain terus..". "tapi seneng kan???" goda vienne lagi.

"ah, sudah jam segini. belum masak..hm..apa sekalian masak buat kazune juga ya?" gumam rienne. dia memindahkan posisi kazune dan memindahkan kepala kazune ke bantal yg ada di sofa. "hm..kazune, aku pulang dulu ya? nanti aku datang lagi. aku janji deh, bawa masakan yg enak." katanya sambil tersenyum. dan rienne mengecup kening kazune yg masih tertidur. dan dia meninggalkan ruangan kazune dengan muka berseri-seri sambil bersenandung.

sesampainya di rumah, rienne langsung bersiap siap masak. "yg enak ya rie." kata vienne." apa sih buatanku yg tidak enak? hhe.." katanya sambil senyum-senyum ga jelas mengingat semua hal hari ini. "awas tuh..masakannya gosong." kata vienne.

setelah selesai memasak dan menata kotak bekal untuk diberikan pada kazune, ia berjalan menuju tempat kazune. ternyata kazune masih tertidur di sofa. "ini, aku sudah masak. hhe, kalau sudah bangun dimakan ya.." kata rienne. namun kazune masih tertidur pulas. rienne menatap wajah kazune, "maaf ya, aku harus pergi lagi, vienne harus jaga toko. nanti kita ketemu lagi ya.." kata rienne. dan dia pulang dengan wajah bahagia, sangat bahagia.

"maaf ya, aku harus pergi lagi, vienne harus jaga toko. nanti kita ketemu lagi ya.."

Kazune terbangun saat Rienne mengatakannya. Lalu, menahan tangan Rienne, dia masih tiduran di sofa.

"Terima kasih Rienne. Semoga masakannya enak dan tidak lagi terasa seperti daging mutan. hahahaha..." Kazune tertawa sambil menunjuk kotak bekal.

"Hati-hati. dan, Vienne, aku sudah lunas kan?" Tanya Kazune. Kazune bangun dari tidurnya dan memberikan kecupan perpisahan di pipi rienne. "Nah, sampai jumpa lagi, Putriku."

Setelah gadis itu pergi, Kazune merasa konyol sendiri. Cinta yang rasanya terlalu cepat. Tapi, tak apalah, nikmati saja.

Setelah mengambil Whetstone dan Mutant Steak miliknya, dia kembali lewat depan rumah Kazune dan melihat Rienne keluar dari kediaman Kazune dan memperhatikan wajah keduanya, merah. Jelas telah terjadi sesuatu didalam. Rienne melewatinya begitu saja, tampaknya terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, atau Vienne. Dia menyapa Kazune yang melihat kepergian Rienne.
"Hei... Kazune... terjadi sesuatu yang menarik kah?Fufufu..." Allan berhenti sebentar, lalu melanjutkan kata-katanya.

"Menurutmu... dia gadis yang seperti apa...?"

"Eh? Loh?! Allan kenapa kamu masih di sini?!" Kazune merasa malu karena sepertinya Allan sudah ada di sana dari tadi.
"ti-tidak ada apa-apa, dia hanya membuatkan makanan untukku. Aku mengatakan terima kasih padanya. Ha-hanya itu saja..." ujar Kazune dengan wajah yang merah padam dan gugup.

"Menurutmu... dia gadis yang seperti apa...?"

"Dia? gadis yang unik, manis, dan... hangat..." jawab Kazune dengan mata yang menerawang. Hangat seperti okaa-san tambah Kazune dalam hati. Mother complexnya sepertinya kambuh.

"Jadi ada perlu apa, Allan?" tanya Kazune dengan santai. Dia masuk lagi ke dalam rumah dan melepas jubah hijau tuanya itu. Dia sekarang mengenakan sebuah sweater berwarna biru muda dan kaus putih di dalamnya.

"Dia? gadis yang unik, manis, dan... hangat..."

Allan terdiam sebentar. Lalu Kazune bertanya lagi.

"Jadi ada perlu apa, Allan?

Allan mengikuti Kazune kedalam rumahnya.
"Ah... sebenarnya aku hanya lewat... oh ya... ada sesuatu... ini." Sheizan mengeluarkan sebuah benda seperti kantong dari dalam tasnya, disekitar kantong ini terlihat aliran listrik.

"Thunder Sac, organ internal monster yang mampu menghasilkan petir, kilat, dan listrik.Di misi terakhirku secara tidak sengaja aku bertemu monster kecil yang mampu mengeluarkan listrik, monster yang menyebalkan, tetapi cukup menyenangkan untuk dilawan, material darinya pun langka, yang ini untukmu, kau suka membuat senjata unik, kan? Allan menyerahkan Thunder Sac itu pada Kazune, lalu diam sebentar, lalu bertanya lagi tanpa basa basi.

"Mmmm...kau suka Rienne?"

Kazune mengambil pemberian Allan itu.
"Oh... terima kasih, kebetulan aku akan membuat peluru dengan elemen listrik."

"Mmmm...kau suka Rienne?"

Mendengar pertanyaan itu dia langsung tersandung sofa yang sednag dilewatinya. Otomatis Kazune langsung terjatuh ke sofa dengan posisi telungkup.

"Ah... itu... itu... sepertinya benar... sepertinya lagi aku baru mengungkapkannya denganperilakuku.... ah... aku juga tidak tahu benar seperti apa jatuh cinta karena aku baru pertama kali merasakan perasaan seperti ini."

Kazune duduk di sofa dan memainkan kantung yang diberi oleh Allan. Bahkan dia tidak sadar kalau benda itu cukup menyengatnya.

"Fufufu... begitu? Ahahahaha..." Allan tertawa.

"Pelan pelan dengan organ itu... benda itu cukup rapuh...". Kata Allan setelah berhenti tertawa. Dia lalu melanjutkan lagi.

"Yang mana yang kau sukai? Aku cukup yakin kau tahu kalau dia punya kepribadian ganda, orang dengan mata setajam dirimu pasti tahu."

===================================================
War Simulation nya jadi ?? kalau saya yang buat gpp???

Lokasi : Puncak Tertinggi Menara

Xie Zhi memasangkan sebelah earphone itu ketelinga kirinya dan kemudian menyalakan iPod-nya.

Tak lama kemudia ia memandang kelangit biru yang cerah itu, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

Semilir angin bertiup, Xie Zhi tampak terseyum lembut. Pandangannya jauh mrnerawang menerobos birunya lagit dihari itu.

"hari yang indah" ujarnya santai.






OOT : wai! Bingung, ngasal aja deh xDD

"Dua-duanya sama. Aku menyukainya. Tapi mungkin lebih berat pada Rienne." Jawab Kazune sambil memakan masakan Rienne dan menawarkannya pada Allan.

Begitu Kazune selesai makan dan bercakap-cakap dengan Allan, dia membersihkan kotak makanan tadi dan membawanya keluar rumah. Dia akan mengembalikannya pada Rienne. Masakannya enak dan tidak terasa lagi daging mutantnya.

Saat di jalan dia melihat Leader toto group yang beberapa minggu ini tidak terlihat. Kazune langsung menghampirinya.
"Leader!"

Xie Zhi menoleh kebelakang dengan ogah-ogahan.

"Ya?" ujarnya singkat

Xie Zhi menatap Kizune dengan serius.

"mau apa dia kemari" ujarnya didalam hati

"Begitu ya..." ucap Allan manggut-manggut.

"Kalau untukku... dirinya yang satunya lagi... siapa namanya... ah... Vienne... mengingatkan aku pada seseorang... hum hum...". Allan lalu mengikuti Kazune keluar dan melihat Leader Wang yang ada di puncak tower. Kazune segera melompati pijakan pijakan disitu sampai ke tempat Leader. "Baiklah, aku pergi dulu, Kazune". Allan pun melanjutkan perjalanannya.

"Leader Wang..." gumam Allan pelan.

======================================
OOT 1: Karena Wang di puncak dan Kazune-Allan ada di dekat kediaman Allan... jadilah seperti diatas.
OOT 2: Senpai ~__~" namanya Kazune bukan Kizune

"ah... sudah lama tidak bertemu. Nanti saya harus memberikan laporan, nah, kapan harus saya serahkan?" Tanya Kazune.

Setelah bertanya seperti itu dan mendapat jawaban, Kazune langsung turun ke bawah dan pergi menuju rumah Rienne untuk mengembalikan kotak makanannya.

Kazune membuka pintu depan toko dan memasuki toko itu.
"Rienne, aku ingin mengembalikan kotak makananmu." seru Kazune.

Kazune melihatnya sedang tertidur di salah satu kursi yang ada di toko itu. Kazune menghampirinya dan menyelimutinya dengan jaket yang dia rangkap di balik jubahnya. Setelah itu Kazune mengecup kening gadis itu.

"Rienne, sebaiknya kamu bangun..." bisik Kazune di telinga Rienne.

Allan sudah kembali dari luar daerah aman, misinya kali ini ternyata ringan sekali
"Huah... entah keberuntungan atau apa... aku tidak sangka akan langsung menemukannya tepat didepan gerbang... Well, kalau begini sih jalan jalan saja dulu...". Allan berjalan tanpa arah mengikuti apa yang disuruh kakinya, tiba-tiba saja dia sudah ada didepan pintu toko sihir milik Rienne.

"Hmm? Untuk apa aku kesini...? Oh iya... Bowgunku satu satunya... Valkyrie Fire kan habis pelurunya... lebih baik aku mencari bahan peluru disini." Allan lalu masuk kedalam toko Rienne...

"Bukannya tidak mengajak, tadinya aku mencari-carimu, tapi kamu malah menghilang. Akhirnya aku malah bertemu dengan mereka. Kamu sendiri dari mana?" tanya Kazune.

"Beli es. Tapi udah abis, maaf~~" jawabnya santai lalu meminta maaf.

Saat itu, seorang perempuan masuk dan berteriak, lalu menghela nafas.
"Vice Leader Himeno... wah... tempat ini jadi lebih sempit lagi... huff... kalau begitu aku pulang dulu..."

"Oh, Allan-kun. Mo pulang. Ok, hati-hati yak~~" Sakurano melambai sambil tersenyum.

"ugyaa!!!!" jerit rienne dalam hati. "ano..engg..itu...". rienne gugup harus menjawab apa. "ya ampun.."kata vienne. dia merebut posisi lagi. dan matanya berubah merah lagi untuk yg kesekian kalinya untuk hari ini. "er...gini deh..rienne ini berkepribadian ganda. nah, rienne yg menyembuhkanmu tadi, itu bener-bener rienne. sedangkan, yg matanya merah itu, aku, vienne. salam kenal. keterangan lebih lanjut tanyakan pada allan." katanya sambil tersenyum kecil.

"owh tidak.." kata rienne. ia hanya bisa pasrah menunggu kata-kata kazune selanjutnya.

Sakurano menguping tak jauh dari situ.
"Sepertinya mereka bisa terganggu kalo tempat ini lebih ramai lagi. Sebaiknya aku pulang dan membeli es krim lagi. Mereka memang cocok sih~ Ah, Minta temani Leader Xie Zie-sama ah~~" ia kemudian berlari kecil menuju sang Leader.

"Zhi-sama, jalan-jalan yuk~~" ajaknya dengan paksa tanpa segan lalu menariknya keluar.

[OUT with Xie Zhi]

rienne tertidur di sofa ruang tengah karena kelelahan juga. dalam tidurnya dia kembali bermimpi tentang masa lalunya, mulai dari penyiksaannya sampai perpisahannya dengan ibunya. semua digambarkan dengan cepat. rienne tidak suka mimpi ini, gambaran kelam masa lalunya yg teringat lagi, setelah 10 tahun lamanya. rienne paling tidaksuka saat tangannya dan ibunya terpisah karena time gap, ingin rasanya dia menjerit tapi tidak bisa.

*Grusak!*

Rienne tiba-tiba terbangun, jantungnya berdegup kencang,air mata meleleh di pipinya, dia takut sekali dengan mimpi tadi, rasa pedih yg tidak pernah dia lupakan seumur hidupnya. rienne melihat sekeliling dan mendapati kazune terduduk di sebelahnya. rienne merasa sedikit lega. langsung dia menyandarkan kepalanya di bahu kazune "syukurlah kau ada di sini, tadi aku takut sekali. mimpi buruk itu datang lagi." katanya dengan suara lemah.

*cring*

pintu toko berbunyi. warna mata rienne berubah menjadi merah, karena Vienne harus muncul dan menyambut pelanggan toko. vienne bangkit dari bahu kazune. "sebentar ya, aku jaga toko dulu, kalau sudah nanti kukembalikan deh putrimu." katanya pada kazune dengan senyum jahil. "gyaaa! kok nyerobot sih?" omel rienne. vienne berjalan ke toko. dia mendapati allan di sana.

"selamat datang, ada yg dicari?" sapa vienne ramah.

"Eh... sudah bangun? Spertinya tadi kamu bermimpi buruk." ujar Kazune saat Rienne bersandar di bahunya. Benar, itu psati mimpi buruk karena Rienne harus meneteskan air mata seperti itu

"sebentar ya, aku jaga toko dulu, kalau sudah nanti kukembalikan deh putrimu."

"Ahahaha... layani saja pelanggan yang datang! Aku hanya ingin mengembalikan kotak makan saja kok." Ujar Kazune pada Vienne sambil bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu depan.

Di sana dia melihat Allan yang baru masuk. Kazune pun tidak jadi pulang, malah diam di sana.
"Yo! Allan! Sedang mencari bahan ya?"

Allan masuk dan melihat Kazune bersama Rienne. Lonceng merah di ujung pegangan Akai Suzu berbunyi seakan mengatakan sesuatu pada Allan.

"Uh, Kazune? Dari tadi kau ada di... ah... aku mengerti...". Melihat mata Rienne yang merah, dia menduga itu Vienne. Setelah Vienne menanyakan apa yang dia butuhkan, Allan lalu menjawab.
"Hei...ya...aku butuh... uh... Small Bone Husk? Oh iya... apakah ada? Dan Mutant Fang. Kalau ada, aku beli 50..."

"Huh...aku terlalu malas mencari bahan bahan itu...ufufu..."

"hoo... tumben sekali kamu mencari barang di tempat orang lain." kazune menanggapi pernyataan Allan barusan.

"Tapi, apa kamu sudah memperhitungkan kalau membeli di tempat ini, pasti harus ada pertukarannya. Dia itu witch." kazune tersenyum sambil menepuk bahu Allan.

"Tentu saja ada" jawab Allan santai. Dia mengeluarkan sebuah botol transparan dengan sebuah bunga mawar berwarna merah kehijauan didalamnya.

"Bloody Rose. Bunga ini ada ditengah gurun. Racun bunga ini bisa membunuh sekawanan mutan besar dalam sekejap."

"Tapi kalau dengan ini, 50 buah Mutant Fang dan Small Bone Husk tidak cukup... aku butuh sesuatu... Sparrowstone. Tentu kau tahu, logam berwarna kebiruan yang terkenal sebagai salah satu yang terkeras di dunia. Untuk Bloody Rose ini, menurutku, setara dengan tambahan 30 Sparrowstone. Bagaimana?"