[RP] Fallen Palaces

Tama menggeleng. "ah tidak.. Tidak apa-apa kok!" serunya.

Ia merasa tidak perlu memberitahukan hal itu kepada orang-orang the third.

Mendengar jawaban dari Tamaki, Venus semakin merasa penasaran. "Aaah ada apa dengan pintu itu?" ia mengeluarkan sisi manjanya.

"Ah, kamu pasti mau menyembunyikan sesuatu? Seperti harta karun atau peninggalan berharga untuk dirimu sendiri ya kan?" jurus manja satunya lagi, menuduh yang tidak-tidak.

Tama hanya tertawa.

"itu tidak mungkin Venus-san! Saya saja tak tahu apa isi di dalam..."

oh, tampaknya Tama terjebak oleh tuduhan itu. Ia lalu segera menutup mulutnya sejenak.

"tidak... Bukan apa-apa!"

Venus merasa ada sesuatu yang ditutup-tutupi oleh Tama, walau sebenarnya bisa saja Venus meralam isi tempat itu dengan kemampuannya tapi emosi manja terlalu menguasainya.

Ia semakin memaksa Tama, "Di dalam apa? Ayo katakan?! Kau pasti mau menguasai harta terpendam itu sendiri? Kemudian menjualnya dan terkenal sebagai penemu harta terpendam yang bisa memperpanjang umurmu?" ia berucap asal bicara sambil mengguncang-guncangkan bahu Tama.

"Ah, Venus... te...tenanglah..." kata Rejaku seraya memegangi tangan Venus.

"Ta...Tamaki-san... maaf ya... tapi... bisakah kau memberitahu kami...?" tanyanya pelan. Rejaku agak mundur dari Venus setelah melepaskan tangannya.

Tiba-tiba bahu Tama diguncang-guncangkan oleh Venus. Entah sudah berapa kali hingga akhirnya terbiasa.

"tidak... saya tak tahu! tanya saja sendiri pada leader municipal! Dia lebih tahu!" tegasnya, apalagi setelah Rejaku berusaha membujuknya.

Oot: bleh

"Leader... Municipal...? Orang mengerikan itu...? Uh..." Rejaku semakin mundur tanpa sadar, dia sampai menabrak dinding di belakangnya yang dingin.

"Ew! Uh... kukira apa..."

"Hah?" Venus berhenti mengguncang-guncangkan bahu Tama. Ia lantas memasang wajah tidak sukanya.

"Siapa itu Leader Municipal, aku tidak mengenalnya..." ucapnya cepat tanpa harus berpikir.

Kemudian Venus agak bingung dengan tingkah laku Rejaku, "Mengerikan katamu, kau pernah bertemu dengannya?" Venus bertanya sesuatu yang tidak perlu, jelas ia pernah bertemu bukankah yang memberi tugas pada Rejaku untuk ke Municipal adalah dia sendiri. "Eeeh kau tidak pernah cerita padaku," lanjutnya lagi.

Tama menoleh pada Rejaku, kemudian kembali pada Venus.

"Venus-san, Rejaku-san tampaknya mengenalnya. Minta tolong saja pada Rejaku-san untuk bertanya padanya!" serunya. Lama-lama ia jadi jengkel juga.

"Uh...uuh... dia... orangnya mengerikan... kata-katanya menusuk." Rejaku agak bergetar, dia berusaha sebaik mungkin untuk menjelaskan apa yang dia ingat.

"Yang pasti, dia punya energi spiritual yang sangat besar..."

"Oh... nampaknya orang yang biasa saja..." Ucap Venus datar, ia tidak tertarik dengan orang kuat yang mengerikan, ia lebih tertarik dengan orang ramah yang pandai bercerita.

"Lagipula memangnya apa yang ada di balik pintu itu sehingga aku harus bersusah-payah mencari tahu isinya," dan tiba-tiba saja niatnya berubah, ia tidak lagi tertarik pada pintu yang Tama ceritakan.

"Yaah... lebih asik berkeliling istana tua ini kan," ucapnya kemudian menaikkan kembali payungnya.

Tama mengangguk. "Itu benar, Venus-san!"

kemudian ia merasa lelah, ia pun bermaksud pulang kembali ke kediamannya.

"kalau begitu saya permisi dulu..."

[out]

Melihat Tamaki yang nampaknya menyerah dengan kelakuannya Venus hanya melambaikan tangan, "Oh yaa... sampai jumpa Kiyokazu-san..." ia tersenyum singkat. "Dan terima kasih atas infonya," lanjutnya kemudian dengan suara pelan.

Venus berpaling pada Rejaku, "Sekarang tahu kan, sepertinya di tempat ini ada pintu rahasia yang uhm... mungkin disitulah titik energi spiritual yang Claire pernah maksudkan."

Kuranpuri tengah berjalan di antara pilar-pilar kastil tersebut. Ia berjalan sambil memejamkan mata, dan bernostalgia tentang kastil ini di zamannya, dan kini.

"Hmmm....kastil Edo yah. Tidak banyak berbeda dengan ketika dulu aku kemari dengan Makona-san dan yang lainnya..." gumamnya sambil menelusuri bangunan itu.

Ia mendengar sayup-sayup nama "Leader Municipal" disebut-sebut. Kuri pun membuka mata dan melihat sekeliling, ada beberapa orang yang tak dikenalnya tak jauh dari situ. "Halo~ siapa di sana?"

Venus yang memang berada di tempat yang sama entah mengapa jadi merasa terpanggil... "Ohooo..." ia memalingkan wajah melihat sumber suara, "Wah kebetulan yang hebat, ada orang Municipal di sini," ia melihat Kuranpuri dari jauh.

Kemudian nona besar ini punya ide, yah ide... "Aaah kebetulan ada Nona Municipal kita jadi bisa melakukan wawancara langsung," ucapnya kemudian.

Dari gerak tubuh dan perangai orang asing itu, Kuranpuri melihat bahwa mereka tampaknya tertarik untuk berbicara juga. Ia pun tersenyum lega, merapikan bajunya dan menghampiri gadis2 itu,

"Selamat siang, nona! Hari yang indah, bukan?"

Sebuah pertanyaan basa-basi, buat Venus itu tidak masalah... tapi buang-buang waktu, "Ah hya... hari yang indah juga... walau sebenarnya cuacanya tidak begitu bagus kan?" ucap Venus sambil memandang langit mendung, apa indahnya?

"Oh iya, Anda ini anggota Municipal Building kan?" ia lantas spontan bertanya.

Kuranpuri tersenyum geli, lagi-lagi anak yang tidak sabaran... ternyata "Tokyo" di masa depan penuh dengan jenis begini yah~

"Tepat sekali, aku ini anggota Municipal Building. Walaupun aku lebih suka disebut editor Kadokawa Shoten untuk CLAMS. Ah, ini kartu namaku! Salam kenal~" kata Kuri ramah sambil menyodorkan kartu namanya, "Apakah kau yang tadi menyebut2 nama Rolly-ou, Venus-san? (ah, boleh panggil Venus-san saja kan?)"

Venus mengambil kartu nama Kuranpuri, ia melihatnya kemudian membalik-balikkan kartu itu, jelas saja ia tidak bisa membaca baik huruf latin apalagi kanji.

"Ah hya... apa ini bacaannya?" ia bingung sendiri, memiringkan kepala tidak mengerti. Lalu kata-kata selanjutnya semakin membuat Venus bingung, "Hah Kadowaka apa?" ia semakin tidak mengerti.

Ia terdiam, berpikir walau bingung apa yang harus dipikirkan. Lalu, "Hah, siapa Rolly-ou? Aku tidak kenal," ucapnya kemudian.

"Rolly... itu nama Leader Municipal... Venus-san..." bisik Rejaku pada Venus, dia lalu berpaling pada Kuranpuri...

"Kuranpuri-san... kita bertemu lagi..." Rejaku menunduk sedikit menunjukkan rasa hormatnya, karena Kuranpuri-lah yang menyelamatkannya dari interogasi lanjutan Rolly dan Nanase.

"Oh..." Venus hanya membentuk mulutnya menjadi huruf 'O' sementara Rejaku berbicara dengan wanita tadi.

Ia menyapanya dengan nama Kuranpuri, Venus kemudian melihat barisan tulisan di kartu nama di tangannya. Nampaknya ia lebih tertarik untuk mempelajari membaca kartu nama itu daripada mengetahui siapa nama pemimpin Municipal tadi.

Melihat Venus yang hanya bisa bengong, Rejaku memutuskan untuk mengajak Kuranpuri mengobrol sebentar.
"Kuranpuri-san, sedang apa kemari...?"

Kuranpuri memandang Venus sambil tertawa kecil. Masa iya sih kartu namaku sebegitu menariknya? ah~ anak yang menarik!, pikirnya.

"Venus-san lucu sekali! Apa semua orang di daerah ketiga seperti itu?

Kemudian ia menoleh ke Rejaku, ia juga mengingat anak itu. "Wah, Rejaku-san, kita bertemu lagi! Aku sungguh senang kau mengingat namaku. Kapan mau berkunjung ke gedung parlemen lagi?", sapa Kuri sambil memeluk Rejaku dan menepuk2 pundaknya.

Akhirnya Kuri melepaskan gadis yang terkaget2 itu dan menjawab pertanyaannya, "Aku tadinya mau berkunjung ke Tokyo Tower. Tapi melihat kastil Edo ini, aku harus mampir. Kalian?"

"Apa semua orang di daerah ketiga seperti apa?" Venus mengulang kata-kata Kuranpuri, ia hanya mengibas-ngibaskan kartu nama itu,... "Haah aku tidak mengerti apa tulisan di kartu ini," protesnya kemudian.

Yaah setidaknya ia sedikit memperhatikan apa yang Kuranpuri katakan pada Rejaku, mereka bertemu di Municipal... oh ini orang baik yang mereka bicarakan itu Venus agak berpikir sejenak.

Wajah Kuranpuri memerah mendengar apa yang dipikirkan Venus, walau rasa senangnya terpancar pada setiap gerakannya.

"Aku hanya mengatakan, apakah semua orang di daerah ketiga memiliki rasa humor dan keingintahuan sebesar Venus-san? Kartu namaku itu biasa saja ah." jelas Kuri sambil menunjuk ke kartu namanya dengan senyum kikuk.

"Lihat? Ini tulisannya KURANPURI (dengan katakana tentunya, nama samaran sih~) lalu 2-12-7-202 Misaki Chiyoda-City Tokyo (ah, itu alamatnya. hmmm..kurasa di "Tokyo ini tidak ada") 101-0061. Dan itu nomor telepon kantor, faksimili, email, dan nomor ponselku. Biasa saja sebetulnya~"