[RP] Fallen Palaces

"Ya... ya, bisakah kalian tenang? Nampaknya ketua kalian itu juga sedikit terganggu dengan suara-suara berisik?" ia kembali bergumam, mengeluarkan argumen tidak jelasnya.

"Kayaknya aku nih...emang sih kayaknya aku yang paling ribut disini dari tadi. Maaf" jawabnya. Sakurano kemudian memainkan jarinya malu lalu mencari tempat duduk untuk bersantai.

rienne yg tadinya mau bergabung mengurungkan niatnya karena Sakurano datang. "sakurano! ayo sini-sini! loh? ada apa sama para ketua itu?" katanya pada sakurano. rienne melihat kedua leader itu dan sedikit tersenyum prihati. "mereka pada ketus karena terlalu banyak kerjaan kali ya? tapi mereka kan punya wakil, 2 pula. eh? tapi ga tau deh, hheu." gumamnya pelan.

"perasaanku saja atau memang tadi..." kata-kata rienne terputus untuk mencari kata-kata yg tepat. "..tadi rolly melihat leader wang dengan ekspresi yg lain. bukan ekspresi ketus nan dingin andalannya, tapi ekspresi..ng.. penasaran?"

...

Penasaran

...

Ya, setidaknya Rolly agak penasaran dengan Wang Xie Zhi yang merupakan ketua kelompok tetangganya. Mungkin ini adalah pertemuan mereka yang pertama, tapi ia merasa yang seperti ini sudah pernah terjadi.

Sesekali ia melempar pandangan pada Xie Zhi yang sedang asik dengan pose santainya, kemudian berpikir kembali. "Ah... hanya hayalanmu saja..." akhirnya Rolly menyerah walau rasa penasaran itu masih ada.

Fokusnya malah tertuju pada Rienne dan Sakurano yang terdengar membisikkan namanya.

Fallen Palaces, hm-- spertinya tak asing bagi orang-orang yang di Tokyo ini. Ini bangunan bekas istana Jepang yang masih bertahan tetapi karena tidak ada air maka tidak berpehuni di sini. Tempat ini bebas di tempati oleh siapa saja. Tidak milik siapa pun, jadi orang municipal atau Tokyo tower pun bisa ke sini untuk mencari ketenangan mungkin? Gedung ini memang pantas untuk mencari ketenangan.

Gadis Vampire ini baru saja mendatangi tempat itu. Entah kenapa jika tidak hujan mengguyur tempat ini seakan-akan sejuk sekali. Nanase di sana hanya berputar-putar. Hm-- melihat di sebuah ruangan banyak mengumpul di sana. Ternyata sang Leader pun berada di sana, begitu juga orang-orang Tokyo Tower.

" Rolly sepertinya sedang reuni? wah semua pada bertemu di sini ternyata. " sambil menyapa Rolly. Nanase melirik kepada orang Tokyo Tower. Sepertinya ada leadernya juga, ternyata leader kedua kelompok ini bersifat sama. Tetapi cara menatap leader Tokyo Tower nya berbeda, merasa Rolly tertarik atau penasaran terhadap orang itu.

"Terima kasih ya, bonekanya lucu..." Kazune mengambil boneka pemberian Rienne dan memasukkannya ke saku di balik blazernya.

"Oke..." Kazune pun ditarik oleh Rienne menuju tempat yang berisik itu.

tapi, Rienne langsung berhenti dan Sakura menghampiri. Mereka malah membicarakan para Leader.
"Rienne, sebaiknya jangan membicarakan orang lain seperti itu. Lebih baik jika kita tidak usah ikut campur." Kazune menasihati Rienne, termasuk menasehati Sakura.

"Nah, tolong kalian tenang dan jangan ribut. Ini bukan tempat rekreasi biasa. Ini bangunan bersejarah." Kazune melanjutkan perkataannya.

"Nah, Rienne, apakah kamu masih mau di sini? Aku mau bersantai. Mau ikut? Aku akan pergi ke pohon yang ada di timur sana. Itu tempatku biasa bersantai." Kazune bertanya pada Rienne.

"Ah! itu... vampir... kalau bisa aku tidak ingin ada di dekatnya." Ujar Kazune dalam hati. Dia memang tidak suka vampir karena dia dulu hampir diserang vampir di sebuah dimensi yang dikunjunginya.

Saat Allan menuju ke tempat Leader Municipal itu, dia sudah tidak ada dan ternyata sedang memperhatikan Leader Tokyo Tower, Wang Xie Zhi.
"...Wang-sama..."
Allan melihat ke sekelilingnya, dan melihat Sakurano, Rienne, Kazune, dan seseorang lagi dari Municipal. Dia lalu menoleh ke Leader Municipal tadi.

"Leader Municipal...boleh saya tahu siapa nama anda? Mengetahui nama dan tidak, pengaruhnya akan sangat berbeda.

Merasa dipanggil kemudian Rolly menarik perhatiannya dari Xie Zhi, menghadapi pertanyaan dari Allan yang nampak er... aneh atau tidak biasa baginya.

"Bukannya tadi rekanmu yang berisik itu sudah memanggil-manggil namaku?" ia membalikan pertanyaannya. Mengingat memang sejak tadi Sakurano sudah berulang kali memanggil namanya, ditambah lagi dengan akhiran -kun yang entah itu apa artinya.

Xie Zhi akhirnya merasa cukup puas tidur, membuka matanya perlahan. Menggeliat sambil menguap lebar tanpa peduli pandangan orang sekitarnya.

"Sepertinya sudah sore, aku sudah cukup lama tertidur disini" ujarnya didalam hati

Xie Zhi bangkit kemudian membersihkan pakaiannya.

"Hei! Kenapa kalian berkumpul disekitar sini" Xie Zhi memandang curiga

"Hm? Oh... jadi namamu Arthur... maaf, saya pelupa." Allan memperhatikannya. Lalu menoleh pada teman-temannya dari Tower

"Sakurano... sedang apa disini...?"

Tiba-tiba Leader Wang terbangun.

"Ah...Wang-sama... saya disini untuk menatap langit."

'Oh... leader Zhi... aku memang sering ada di tempat ini. Kebetulan sekali anda ada di sini... Tadi kukira siapa yang tertidur itu." Kazune menjawab pertanyaan leadernya itu.

'Alasan kenapa orang-orang berkumpul sendiri saya tidak tahu." tambah Kazune. Dia duduk sambil menikmati angin segar, dia duduk tidak jauh dari tempat Leader Zhi.

Kazune melamunkan ibunya lagi. Ingatan tentang ibunya sering datang tiba-tiba. Kazune ingat saat dia dan ibunya pergi ke sebuah bukit dan memandang matahari terbenam di sana. Kazune ingin kembali ke masa-masa itu, tapi sudah tidak mungkin dan tidak akan pernah mungkin.

"Wang Sama??? Berhentilah memangggilku begitu" ujarnya tampak risih dengan panggilan dari Allan itu

Xie Zhi membetulkan kaca mata hitamnya, membalikkan topinya kebelakang kemudian berjalan diantara Allan.

"sudah kubilang panggil aku Zhi San" ujarnya setengah berbisik ditelinga Allan dengan aura kasih menusuk tiba-tiba.

"begitukah Kazune?" ujar Xie Zhi pada Kazune sambil terus berjalan dengan santainya tanpa sedikitpun menoleh kearah lawan bicaranya itu.

"Hm? Oh... jadi namamu Arthur... maaf, saya pelupa." Allan memperhatikannya. Lalu menoleh pada teman-temannya dari Tower.

"Artheir, bukan Arthur!" Ralat Rolly yang setidaknya memang agak perfeksionis dengan nama depannya itu. "Jangan sembarangan merusak nama orang," lanjutnya lagi, hanya sedikit komentar tambahan.

Dan... aura sekitarnya berubah. Kini Rolly benar-benar dikelilingi oleh seperangkat anggota lengkap dari tim tetangga, baiklah... ia lemah dalam bersosialisasi, jadi lebih baik dengarkan mereka berbicara.

"Loh...? Anda mau ke mana? Zhi-san?" Kazune bertanya pada leadernya itu,"jangan lupa periksa laporan yang aku serahkan itu ya!" tambah Kazune sambil tersenyum. Kalau tidak diingatkan mungkin leadernya akan lupa.

Kazune duduk lagi sambil memandang keadaan sekitar. Sepintas Rolly menarik perhatiannya. Dia jadi ingat dengan perilakunya dulu, saat menjadi idola sekolah, karena kesal dia sering ketus terhadapa orang-orang yang terus mengejarnya.

"Rienne... nanti tolong buatkan lagi masakan untukku. Aku suka masakanmu. Rasa daging mutantnya jadi tidak terlalu berasa di lidah, aku bisa makan dengan tenang." Kazune mengatakannya pada Rienne.

"Ah...uh...salah lagi? Ya ampun... maafkan kecerobohan saya." ucap Allan sambil membungkuk sedikit setelah dibentak Artheir.

"Ah...baiklah... Zhi-san." ucap Allan setelah dibentak Wang Xie.

Allan memperhatikan sekelilingnya.

"Eh...aku jarang ke tempat seperti ini... tapi... tidak pernah ada monster yang ke tempat ini... kan?" tanya Allan pada semua orang yang ada disitu.

===========================================
OOT: buset dah dimarahin dua Leader... kasian amat... tp beneran mirip sm daku. pikun

Xie Zhi hanya mengangkat satu tangannya sambil memasukkan satu tangannya lagi kedalam saku celananya.

"lihat saja nanti" ujarnya dingin pada Kazune



oot : Kya~~ Zhi Sama!! Cool banget xDDD *digetok

"Hah? Lihat saja nanti?" pertanyaan Allan yang dijawab dengan jawaban seperti itu membuatnya bingung. Matanya kosong dan pikirannya melayang keatas memikirkan apa yang akan muncul nanti,

"Haaah, orang-orang berpikiran lambat," Rolly sedikit berkomentar... sebenarnya ini karena ia terlalu banyak melihat tingkah yang lambat.

Well di tempat ini memang semua berjalan lambat, tidak ada yang perlu dilakukan selain kembali duduk dan berpikir. "Kok aku merasa ini menjadi markas Tokyo Tower ya..."

Duaar!!!

Tiba-tiba terdengar suara seperti Ziodyne petir menyambar. Xie Zhi yang tadi terlihat dengan santainya berlalu dari tempat itu dengan reflek membalikkan badannya kearah ledakan tersebut.

Benar saja, pohon yang menjadi tempatnya tidur tadi kini telah menjadi hangus dan terbelah dua.

"Apa ini!" ujarnya kaget

"Ini pasti bukan bintang petir biasa" ujarnya waspada

Tiba-tiba saja sesuatu seperti 'petir' menyambar daerah sekitar Fallen Palaces, dan itu adalah pohon yang tidak jauh dari tempat Rolly berada.

Tahu itu petir, reflek bocah ketua Municipal Building ini segera berjongkok sambil menutup telinganga. Bagaimanapun juga salah satu kelemahannya adalah bunyi petir... apalagi soal petir yang menyambar sebuah pohon sampai hangus.

"..." tidak bisa berkata-kata.

rienne yg tadinya mau bergabung mengurungkan niatnya karena Sakurano datang. "sakurano! ayo sini-sini! loh? ada apa sama para ketua itu?" katanya pada sakurano. rienne melihat kedua leader itu dan sedikit tersenyum prihati. "mereka pada ketus karena terlalu banyak kerjaan kali ya? tapi mereka kan punya wakil, 2 pula. eh? tapi ga tau deh, hheu." gumamnya pelan.

Sakurano mengangguk mengiyakan lalu berjalan kearah Rienne "Ntar kalo mereka pada stress, kita juga yang repot..."

"perasaanku saja atau memang tadi..." kata-kata rienne terputus untuk mencari kata-kata yg tepat. "..tadi rolly melihat leader wang dengan ekspresi yg lain. bukan ekspresi ketus nan dingin andalannya, tapi ekspresi..ng.. penasaran?"

Sakurano ikut memperhatikan wajah Leader Municipal itu. "Dari sifat mereka, memang mirip. Cocok deh!" jawabnya sambil menunjukkan ekspresi ==> xD~

Gadis Vampire ini baru saja mendatangi tempat itu. Entah kenapa jika tidak hujan mengguyur tempat ini seakan-akan sejuk sekali. Nanase di sana hanya berputar-putar. Hm-- melihat di sebuah ruangan banyak mengumpul di sana. Ternyata sang Leader pun berada di sana, begitu juga orang-orang Tokyo Tower.

"Rolly sepertinya sedang reuni? wah semua pada bertemu di sini ternyata." sambil menyapa Rolly. Nanase melirik kepada orang Tokyo Tower. Sepertinya ada leadernya juga, ternyata leader kedua kelompok ini bersifat sama. Tetapi cara menatap leader Tokyo Tower nya berbeda, merasa Rolly tertarik atau penasaran terhadap orang itu.

Sakurano melihat 1 orang Municipal lagi telah datang. Ia kemudian tersenyum kearah orang itu sambil melambai "Tapi, Zhi-sama mesti ngelawan cewek ini dulu sebelum bisa ngedapetin Rolly-kun. Eh? Yaoi?!" ia membungkam mulutnya sendiri.

Hm-- sepertinya kehadiran Nanase tidak di inginkan di sini. Rolly pun sepertinya tidak menyadari gadis ini di sini walau tadi dia sudah menyapanya, tetap saja tidak di jawab kembali oleh sang leader Municipal yang sibuk memandang leader Tokyo Tower.

" spertinya tidak ada yang menyadari Nanase di sini. umph-- " Sambil menepuk kembali bahu Rolly. Saat salah satu vice leader Sakurano berkata yang berantakan itu Nanase langsung meliriknya tajam. " Umph-- lucu. Aku tidak akan berbuat seperti itu. Disini bukan hal berkelahi, Yaoi? jaga kata-katamu itu. Dasar.." Sambil berjalan menuju tempat yang sepi.

Dan tiba-tiba ada sebuah petir menyambar. Nanase pun hanya melihat pohon yang terkena petir itu lalu melanjutkan langkahnya kembali untuk pergi dari tempat berkumpulnya orang-orang. Apalagi di sana ada vampire hunter yang dia tidak sukai.

Duaar!

"apa itu petir?" kazune bertanya tentang hal yang seperti petir itu menghanguskan pohon.

"itu bukan petir biasa." kazune menarik rienne menjauh dari tempat itu. Setelah menjauhkan rienne ke tempat yang aman, kazune mendekati pohon itu. Ada sesuatu yang berkilaun di pohon

"aneh! Ini bukan petir! Ada benda berkilaun di sana." kazune melapor pada leadernya.

Allan yang lebih dulu menuju tempat petir itu jatuh melihat benda berkilauan itu dan mencoba menganalisanya dari jauh, membandingkannya dengan apa yang pernah dia lihat sebelumnya.

"Hmm...? Benda berkilau ini...Kaguyatelur?"

"Benda apa itu, Allan?" kazune penasaran terhadap hasil dari analisis allan.

"Apakah itu berbahaya? atau sesuatu yang berharga?" tanya kazune lebih lanjut setelah memperhatikan bentuk dari benda yang berkilauan itu.

"Akan kita apakan benda ini?"