[RP] Fallen Palaces

"Hee... kami juga datang untuk melihat-lihat... Kuranpuri-san..." Rejaku tersenyum senang, tampaknya dia bisa mengobrol tanpa dibebani dengan Kuranpuri.

"Kuranpuri-san, mau ikut melihat-lihat kedalam...?"

"Dengan senang hati. Sebuah kehormatan bagiku untuk bisa diantar kalian~", sahut Kuranpuri dengan senyum riang. Ia melirik ke Venus, yang masih saja asik dengan kartu namanya, "Tentu saja...itu kalau Venus-san sudah selesai dengan mainan barunya itu. Dia selalu begitu?"

"Ah... Venus-san ya..." Rejaku memperhatikan Venus, sepertinya Venus memang sedang asik dengan kartu nama milik Kuranpuri.

"Entahlah... aku jarang bersama dengannya... tapi... hee... aku juga baru lihat kalau Venus-san seperti ini..." Rejaku cekikikan sedikit, lalu berhenti dan tersenyum kecil.

Venus memasang wajah cemberutnya begitu Rejaku agak cekikikan melihat tingkahnya, ia memang manusia purba yang tidak terbiasa dengan alat-alat modern, bahkan sesuatu seperti kartu yang berisikan tulisan.

Ketika Kuranpuri menjelaskan apa tulisan di kartu itu ia hanya terdiam sama sekali tidak mengerti. "Ya... ya... terserah apa katamu," sifatnya benar-benar primitif.

Dan ketika mereka berbicara tentang 'ia dan mainannya' Venus hanya bisa menyanggah, "Hey aku tidak sedang main-main!" jelas saja ia agak malu dengan tingkah primitifnya. "... Ayo jalan!" ucapnya tidak lagi menghiraukan apa kartu itu.

Melihat Venus yang cemberut dan berjalan (ngambek) duluan itu, Kuri hanya bisa bertukar pandang dengan Rejaku dan tertawa kecil. Akhirnya Kuri berhasil menyamakan langkahnya dengan gadis itu dan berkomentar, "Ahaha~ Venus-san imut sekali, bahkan ketika sedang cemberut!"

Sebelum Venus bisa berkomentar lagi, Kuri menambahkan, "Jadi, apa sebetulnya yang bisa kita lihat di tempat ini? Di Tokyo tempatku dulu, ada tempat yang persis dengan ini. Namun aku tidak yakin ini adalah tempat yang serupa." ia melihat sekeliling sambil mengerutkan dahi.

Venus akhirnya tidak bisa berkata ketika Kuranpuri mulai mengata-ngatainya, walau jelas nampaknya ia senang juga dikatakan seperti itu.

Gadis ini berjalan mendahului kedua orang lain yang ada di belakangnya, namun lekas ia menghentikan jalannya ketika Kuranpuri berkata-kata lagi. Benar juga, Venus tidak begitu tahu tempat apa itu, ia kesana hanya untuk mencari informasi.

"Ah ya... sebenarnya aku juga tidak tahu tempat apa ini," Venus kemudian berbalik arah dan menempatkan diri di belakang Kuranpuri dan Rejaku. "Sepertinya Anda tahu jalan Nona, silakan duluan," ucapnya kemudian.

Kuranpuri berhenti, sebetulnya ia hanya pernah kesana ketika study tour SDnya dulu, lalu bersama ibu2 CLAMS. Itu pun dia nyasar. Jadi Kuri hanya meringis dan menyahut, "Ah~ tidak juga. Aku kan orang baru di sini. Jadi menurutku, lebih baik Rejaku-san saja yang memimpin."

Sambil berkata begitu, Kuri tersenyum manis dan bergabung dengan Venus. Ia menjulurkan tangannya dan mempersilakan Rejaku jalan duluan, "Nah."

Venus sedikit kaget, ia kira Kuranpuri tahu jalan di situ ternyata nampaknya sama saja dengan dirinya. "Eeeh bukannya katanya tadi Anda pernah ke sini, berarti harusnya tahu jalan dong?" ucapnya kemudian.

Ia lalu melirik Rejaku, "Nampaknya sama saja tidak ada yang tahu jalan di sini," keluh Venus kemudian.

lokasi: masih di beranda belakang istana

setelah beberapa lama, akhirnya rienne sendiri yang menyembuhkan lukanya itu. "hu...sakit..."keluhnya sambil mengobati lukanya itu.

"siapa suruh naik-naik ke atas atap?" omel vienne. masalahnya kalau terjadi apa-apa sama rienne seperti tadi, vienne tidak bisa muncul untuk meklindunginya, karena vienne sangat-teramat-sangat takut banget dengan ketinggian.

tidak menghiraukan omelan vienne, rienne yang sudah sembuh itu mencoba berdiri dan berjalan lagi. "ah..lukanya belum tertutup sempurna, tapi setidaknya aku sudah bisa berjalan. ngomong-ngomong theo mana ya?" katanya sambil melihat kanan-kiri untuk mencari theo.

"itu belum selesai." ujar kazune. Dia menggerakkan potion di udara layaknya pengendali air.

kazune membekap mulut rienne dan memberinya potion itu ke lukanya.
"nah, sekarang sudah menutup."

"Mmm... ayo..." Rejaku memimpin jalan, Kuranpuri dan Venus mengikutinya dari belakang.

Lokasi : Pintu masuk istana

"Hee... ini pintu masuk utama... didalamnya ada ruangan besar..." Rejaku masuk duluan, pintu masuk utama selalu terbuka, Rejaku melongok ke dalam dan melihat kanan dan kiri.

"Mmm... kosong... mau ke lantai dua?"

Lokasi: tepat di belakang Rejaku

...
"Uhuk..." Venus terbatuk, bangunan itu benar-benar tua sehingga debu-debu yang ada membuat si Nona besar terbatuk tidak jelas. Dan... "Uhuk... uhuk..." batuknya tidak juga berhenti.

"Uhuk... Re... ja... Uhuk!" tidak sempat berbicara, batuk itu terus menerus mengganggu Venus. "Debu..." satu kata lagi. Nampaknya kini ia sibuk dengan batuknya.

Untungnya ada Mine si pelayan kecil yang tahu kebutuhan Venus, ia kemudian mengisyaratkan sesuatu pada Rejaku dengan menulis pesan di selembar kertas.

Alergi debu...

*tuk tuk* Seseorang mengetuk armor Rejaku."Mmm? Mine? Apa ini...? *srek*...oh!" Rejaku segera melihat ke belakang, Venus sedang batuk-batuk dibelakangnya.

"Uh... sebentar." Dari dalam tasnya, Rejaku mengambil selembar kain putih panjang.

"Ini... Venus... aku tidak tahu kau alergi debu."

Venus segera mengambil kain putih dari tangan Rejaku kemudian menutup hidung dan mulutnya dengan kain itu.

Sekali lagi Mine mengetuk armor Rejaku, sebuah pesan Terima kasih. Pelayan ini nampak tahu segala tentang tuannya.

"Ah lebih baik cari tempat tanpa debu," ujar Venus kemudian setelah kondisinya membaik.

"Uh... kalau mau tempat tanpa debu... kita ke balkon diatas saja..." Rejaku menuntun yang lain menuju sebuah tangga keatas.

Lokasi: Balkon depan lantai dua.

"Nah... disini debunya lebih sedikit... lebih banyak udara segar..." Rejaku menarik nafas panjang.

Lokasi: mengikuti Rejaku

...
Mereka sampai di balkon depan di lantai dua. Suasananya jauh lebih baik, dan pemandangannya juga lumayan jika tidak ingin dikatakan tidak bagus.

"Waih!! Di sini lebih segar!" Venus menghirup udara dalam-dalam kemudian meregangkan kedua tangannya.

"Aah dan pemandangannya juga bagus~" ucapnya kemudian.

"Anak-anak,, tunggu aku!", seru Kuranpuri tak jauh di belakang mereka, "Aku kan tidak muda lagi lho! Memang sih baru 28 tahun,, tapi kan jalannya bisa pelan-pelan saja,, sambil menikmati pemandangan...."

Kata-kata Kuri terhenti ketika ia akhirnya sampai di balkon tempat Rejaku dan Venus berhenti. Ia tercengang, ia bisa mengingat balkon yang sangat mirip dengan itu di Tokyo tempatnya dulu. Setelah beberapa saat terkaget-kaget, Kuri akhirnya sadarkan diri dari lamunannya dan menggeleng pelan. Ia pun berbalik ke kedua temannya dan tersenyum.

"Nah, yang tadi itu menarik juga. Jadi selanjutnya kita kemana? Semakin ke atas, atau menelusuri basement....jika ada?"

"Aah... aku tidak tahu apakah ada basement atau tidak disini... tapi sepertinya kita masih bisa ke atas lagi..." Rejaku menunjuk ke atas, sepertinya semakin ke atas, lantainya semakin sempit, karena dari balkon lantai dua masih bisa melihat siapapun yang berdiri di lantai di atas.

"Yang pasti... disini itu yang paling dekat dan paling nyaman... tapi angin diatas berhembus lebih kencang lagi... hehe..."

Tiba-tiba Venus teringat sesuatu, ia lalu menarik Rejaku dan berbisik padanya, "Apa tidak ada tempat yang seharusnya kita cari?" ia bertanya tentang... sesuatu yang Tama katakan sebagai 'pintu'. Ia sendiri tidak berminat menggunakan kekuatannya dan lebih senang melakukan pencarian.

"Tapi kalau masih ada tempat ke atas lagi saja, sebaiknya boleh juga untuk dilihat~" lanjut Venus.

Dari belakang ketiga wanita muda itu, muncul seorang pemuda.
"Kalian bertiga... sedang menikmati udara siang ini?" Allan datang, dan ternyata, armor yang dipakainya mirip sekali dengan yang dipakai Rejaku.

"Euh... armor itu... armor dari Yian Kut-Ku yang dulu itu... kan? Kenapa kita berdua bisa memakai armor bermaterial sama...?" tanya Allan sambil mengernyitkan dahi.

"Waw... saudara kembarmu!" ucap Venus ketika melihat Allan mengenakan armor yang sama dengan Rejaku sambil menepuk pundak gadis itu.

"Hhh... sepertinya usaha tuan ini untuk mendekatimu tidak pernah padam ya," lanjutnya lagi.

Kuranpuri mendengar sekelebat apa yang dipikirkan Venus, lalu membuka mulut hendak bertanya apa itu. Tapi ia mengurungkan niatnya, karena berdasarkan pengalamannya, orang akan menjadi waspada ketika mengetahui Kuri bisa membaca pikirannya.

Sebaliknya, ia malah tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke pemuda yang baru datang. Melihat ada dua orang yang berkostum mirip, Kuri pun menoleh ke Rejaku dan bertanya singkat,

"Rejaku-san, apakah orang ini temanmu?"

Allan yang menjawab pertanyaan itu.

"Err... kami berdua... err... sama-sama pengelana dimensi yang berasal dari dimensi yang sama... ya... ahahah... anda... dari Municipal...?" Allan balas bertanya pada Kuranpuri. Rejaku sedikit menundukkan mukanya, entah kenapa.

"Yah... kalian mau pergi ke atas...? Aku juga akan kesana, mau ikut? Ayo, kalau begitu." Allan berjalan duluan keatas.

"Lewat sini."