[RP] the 3rd ordinary

Melihat rekan-rekannya sudah fokus kemudian Venus memejamkan matanya... ia masuk ke dunia mimpi yang tidak begitu disukainya.... Ia berbicara dengan hatinya, yang dapat di dengar oleh siapapun yang telah fokus pada dirinya.

"Aku melihat... gerbang... sebuah menara dan gedung tinggi... kunci... kedua kunci ada di tempat ini..." Venus terdiam... cukup lama tediam. "Kuncinya menghilang... bukan, disembunyikan... mereka tidak tahu tentang kunci ini begitu juga gerbangnya."

Prosesi itu selesai, Venus sempat menitikan air mata di setiap sesi yang dilihatnya. "Aku melihat masa depan," ucapnya kemudian. Kali ini agak serius.

Shuuji mendengar sepatah kata demi kata itu dengan serius. "Dimana itu? Menara dan bangunan tinggi itu?" tanyanya.

Ia bertanya dengan suara yang keras, agar yg lain dapat mendengarnya. Ini pertama kalinya ia berbicara dihadapan the third.

"...Mereka? Siapa mereka... Apa...orang-orang itu...?" tanya Rejaku, pikirannya tertuju pada para penduduk Municipal dan Tokyo Tower. Dalam hatinya, dia tidak ingin bertarung dengan mereka, namun kalau tidak... *DEG!*

"Uh!..." Rejaku memegangi dadanya, rasa sakit itu terasa lagi, jantungnya seperti ditekan dari segala arah, segel dari Ralph mencegahnya untuk tidak melawan anggota Municipal dan Tokyo Tower, setelah sakitnya mereda, dia bertanya lagi.

"Lalu... apa yang harus kita lakukan...?"

Venus mengusap matanya yang berair... "Ya tentu saja di Tokyo ini, dasar bodoh!"

Kemudian nona besar ini bangkit dari tempatnya, ia tahu apa yang dibutuhkan kedua rekannya ini. Venus kemudian memegang tangan mereka, memfokuskan apa yang tadi di lihatnya ke dalam pikiran Rejaku dan Shuuji. Ia memberikan gambaran tentang Tokyo Tower dan Municipal Building.

"Kalian melihatnya... kedua tempat ini?" tanyanya, memastikan visualisasi chaneling yang disampaikannya tepat. "Kita akan mengobrak-abriknya untuk mencari kunci tersebut."

Shuuji mendapatkan sedikit penglihatan setelah tangannya dipegan oleh Venus. Ia melihat menara merah dan bangunan. Mereka menyebutnya Tokyo Tower dan Municipal Building. Sekarang ia telah tahu dimana kedua bangunan itu berada.

"Mengobrak-abrik... Rencananya?" tanyanya dengan bahasa yg singkat. Entah apakah bisa dimengerti oleh yg lainnya atau tidak. Inilah akibat dari jarang berbicara.

"Yaaa rencananya kita... um, kalian akan menginvasi kedua tempat itu untuk mencari kuncinya. Masak tidak mengerti sih?" tukas Venus cepat karena ia agak risih dengan kalimat-kalimat pendek dari Shuuji.

"Yak menurut Ralph sendiri distrik ketiga ini difungsikan sebagai distrik yang akan mengelabui orang-orang dari kedua pihak. Berpura-pura baik... tidak terlibat pertikaian dan... menusuk mereka dari belakang," jelasnya diselingi dengan sunggingan senyum licik.

... Setelah penjelasan itu kemudian Venus nampak mengingat sesuatu. "Ah... blower rambut!" ia kemudian bergegas pergi masih sibuk dengan urusan rambutnya.

Namun sebelum itu... "Pikirkan rencana ini baik-baik. Nanti kalau semuanya sudah berkumpul akan kujelaskan tentang pembagian kelompoknya."






OOT: kayaknya Venus adalah bos-nya *ditimpuk Ralph*

Jadi kita harus mengobrak-abriknya... Rejaku berpikir sebentar setelah melihat kedua bangunan itu.

"Aku...kalau harus mengobrak-abrik... akan ke Tokyo Tower... tempatnya lebih lapang, dan aku bisa bermanuver lebih leluasa disana. Dan tempatnya... lebih terang daripada tempat yang disebut Municipal Building itu... aku tidak suka kegelapan." Rejaku memilih Tokyo Tower kalau dia harus pergi mengobrak-abrik, memang bangunan Municipal itu terlihat lebih gelap, sementara Tokyo Tower terlihat tinggi di angkasa dan terang, tempat itu akan memungkinkan dia yang punya kecepatan tinggi untuk bergerak leluasa.

Namun dia tidak tahu, siapa yang menunggunya disana.

Mendengar barisan kalimat dari Rejaku, Venus yang baru beberapa langkah pergi kemudian memundurkan langkahnya.

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk memilih. Lagipula peng-invasian itu masih lama terjadi. Yang sekarang kita lakukan hanyalan membuat bahwa tempat ini adalah yang paling benar diantara kedua tempat lainnya."

Kemudian Venus melangkah pergi.

"Ba...baiklah... saya akan menurut, nona Venus." kata Rejaku sambil tetap menunduk.

"Saya yakin yang anda dan tuan Ralph tentukan adalah yang terbaik."

Shuuji terdiam. Ia tahu kalau mereka harus melakukan pendekatan kepada orang-orang disana itu, berpura-pura baik, dan itu harus ia lakukan.

Tapi itu berarti ia harus keluar dan terkena sinar matahari langsung. Kulitnya akan melepuh, dan ia tidak mau itu.

Ia memegang erat jubahnya. "Aku tidak mau.. Matahari..." katanya, entah apakah orang-orang yg ada disitu mengerti maksudnya atau tidak.

Venus lalu kembali dengan blowernya... ia hanya menggelengkan kepala melihat komentar kedua rekannya.

"Sudah kubilang kan, tidak ada yang berhak memilih. Dengan siapa kalian bertarung... bagaimana kalian nantinya itu sudah digariskan sejak awal. Jadi... sebaiknya kalian persiapkan diri saja bagaimana menyambut masa depan itu." Sebuah nasihat dari Nona yang bahkan membaca saja ia tidak bisa.

"Dan... kurasa rencana yang Ralph buat tidak akan membunuh kalian dalam waktu dekat."

"Hhh.." Shuuji hanya menghela nafas. Ia sama sekali tak takut akan kematian, karena ia sudah pernah mengalami 'kematian' itu. Jadi buat apa orang lain sibuk berbicara tentang kematiannya, toh ia sudah 'mati' dari dulu.

Ia kemudian kembali ke daerahnya, di pojokan. Ia mengacungkan tangannya dan muncul diagram sihir. Seketika dari diagram tersebut muncul sebuah pintu kecil, bertuliskan 'no. 4'. Ia membuka pintu itu dan mengambil sesuatu dari dalamnya.

Ya, sesuatu itu tak lain dan tak bukan adalah sebuah buku tua tebal. Ternyata itu adalah tempat koleksi bukunya.

Ia menutup kembali pintu itu. Pintu kecil itu tiba-tiba menghilang seiring dengannya membuka buku tua itu.

OOT: wah kelewatan sangat jauh DDx nongol ah~ xD

=====================================

Sebuah tempat yang berada di Tokyo yaitu Third Distric ini adalah perkumpulan orang-orang yang bekerja sama dengan Ralph. Ditempat ini tidak ada air hanya hal sebuah sihir yang membuktikan di sini ada air. Kelompok ini mengaku tidak terlibat dalam pertempuran Antara Municipal dengan Tokyo Tower--ini bermaksud untuk menjatuhkan kelemahan kekuatan kedua kelompok itu.

Reichel baru saja terbangun dari tidur karena dia mimpi buruk sehingga langsung berjalan-jalan untuk melupakannya. Saat berjalan-jalan bertemu dengan kawan lainnya dari kelompok ini. Sepertinya sedang diskusi sesuatu--sepertinya RIechel pun menglewatkannya.
Riechel pun langsung mendatangi mereka semua.

" Kalaian sedang apa di sini? " suara yang angkuh itu bertanya kepada yang lain. Padahal di salah tetapi di a tak mau mengalah--bertanya layaknya seperti bos saja.

Shuuji melihat kedatangan seorang lagi disini. Orang itu ia kenal bernama Riechel. Riechel tampaknya sangat ketinggalan.

Ia mengacungkan tangannya. Ayunan tangannya membuat angin semilir bertiup di sekitar Riechel. Ya, ia sedang memanggilnya.

Setelah itu ia memegang kepalanya dengan tangan yang sama. Menciptakan sebuah diagram 1 cm di depan dahinya. "Memory... share..." katanya pelan.

Tiba-tiba dari diagram sihir itu keluar semacam gelembung kental, yang kemudian melesat masuk ke kepala Riechel.

Ia membagi sedikit ingatannya tentang kejadian tadi, tentang gerbang, kunci, Tokyo Tower, dan Municipal Building. Agar Riechel tahu apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

"Uhuk..." ia sedikit terbatuk sesaat setelah diagram sihir yang tadi, menghilang. Ia kemudian kembali melanjutkan membacanya.

Riechel yang menanyakan suatu hal tentang berkumpulnya orang-orag di sini tiba-tiba seseorang yang sedang membaca--Shujii mengeluarkan sihirnya untuk memperlihatkan kejadian sebelumnya lewat ingatannya. Semua sudah masuk kepikiran Riechel, lalu dia memdekati Venus.

" jadi pembagian kelompoknya bagaimana? " Suara yang angkuh kembali dikeluarkan oleh Riechel. Kembali menuju tempat tadi bertanya lalu melirik Shujii yang sedang membaca buku. " buku apa itu? " rambut yang terurai itu jatuh ke tanah melihat judul buku tersebut sambil menundukkan kepalanya.

Shuuji merasakan ada seseorang yang meliriknya--orang itu ialah Riechel. Riechel kemudian bertanya tentang bukunya.

"Lihat... jangan sentuh.." katanya dengan kata-kata yg entah bisa dipahami Riechel atau tidak.

Ia kemudian sedikit mengangkat buku tuanya, agar Riechel bisa melihat judul buku itu. Di depan buku itu tertulis "Mantera dan Diagram-Diagram Sihir Tingkat Tinggi dan Terlarang"

OOT: Riechel cowo kan? Brarti Shuuji ga lagi jadi satu2nya cowo disini!

" baiklah aku tidak sentuh." sambil menaikkan kepala nya kembali. Lalu membawa rambutnya yang menghalangi itu kebelakang. Sepertinya dia harus tahan dengan rambut yang panjang itu--yang selalu menganggu.

" ah buku itu. Teman ku pernah membacanya." Riechel mengingat kembali. Sepertinya teman dimesion Traveler itu sering sekali membaca buku seperti itu--sama hal nya seperti Shujii.


===========

OOT: iya tenag saja..^^ bingung mau jawab apa nih RP

Shuuji sdikit kaget mendengarnya. Setahunya hanya ia yang memiliki buku itu. Ia pun menatap Riechel, dengan wajahnya yg sebagian tidak terlihat karena gelap.

"Aku... Tak percaya..."

===================
OOT: iya.. charanya masih dikit sih.. dan sifatnya pada g normal smua (kec Rejaku)

" tak percaya bahwa teman ku pernah membaca? mungkin ini hanya ingatan ku yang salah. Karena temanku memiliki yang hampir sama judulnya dengan mu." sambil Riechel memakai topengnya karena dia tidak suka matanya terlihat orang lain.

" .... " Riechel tidak bisa berkata apa-apa lagi karena sebenarnya dia menunggu Venus menjawab pertanyaannya.

"Ah... Tuan Riechel... selamat... siang..." kata Rejaku pelan menyambut Riechel yang baru saja datang.

Rejaku melihat Riechel sebentar, lalu menunduk lagi, dia kurang bisa berkata-kata dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sakit yang tadi sudah mereda sedikit terasa lagi, seperti berdenyut, sakit, lalu reda, lalu sakit lagi, lalu reda lagi.

=====================
Maaf linglung... baru bangun...

Dipojok ruangan

Alessa menghitung uang yang ia dapatkan dari Venus, hatinya riang gembira karena hari ini mendapat cukup banyak duit.

"Lihat Fiona Belli hari ini aku mendapat duit yang cukup banyak" ujarnya sambil tersenyum riang pada boneka kelinci usang kesayanggannya itu.

" eh.. engkau Rejaku? selamat siang juga. " Riechel mengingat kembali nama-nama yang berada di kelompok ini. Sedikit lupa dengan orang yang beada di sini karena di benaknya hanya ada rencana dan nanase.

Kembali lagi Riechel diam, entah apa yang dia lakukan--sekarang dia lakukan hanya terdiam saja.

Shuuji yang sedang asyik membaca, tiba-tiba merasakan sesuatu--ia menghentikan membacanya karena itu. Ia merasakan sesuatu yang bergerak-gerak di dalam jubahnya. Kontan saja ia langsung membuka jubahnya, dan melemparnya ke lantai.

Benar saja, dari dalam jubahnya terdapat sesuatu yang bergerak-gerak. Ternyata itu adalah seekor ular. Ular itu kemudian keluar dari jubah dan merayap-rayap di lantai.

Shuuji mengacungkan tangan kanannya, menciptakan diagram sihir, kemudian keluar api yang segera menghanguskan ular itu.

Di saat ia hendak mengambil kembali jubahnya, tak sengaja kulit wajahnya terkena sinar matahari. Ia kaget, kulitnya terasa panas dan sakit. Ia segera berlari mengambil jubahnya, dan segera memakainya. Ia kembali ke kegelapan.

Entah apakah ada anggota The Third yg sadar atau tidak. Kulit di wajahnya melepuh. Ia segera menempelkan tangan kanannya pada lukanya itu. Ajaib, dengan seketika luka melepuhnya sembuh tak berbekas. Ia kemudian kembali membaca bukunya.

"Uhuk.. uhuk.." ia terbatuk lagi.

=================
OOT: gomen, habis sy gatau mau nulis apa..

"T...Tuan Shuuji tidak apa apa?" Rejaku melihat Shuuji yang baru saja membakar seekor ular, namun terkena cahaya matahari dan kulitnya melepuh, dan dengan segera kulit itu disembuhkannya lagi.

"O...oh..." Rejaku menutup mulutnya dengan tangannya, lalu duduk diam lagi, dan dia memutuskan untuk membaca catatannya tentang kombinasi barang dan daftar monster.

=========================
whew... nyambung ke monster lagi ~_~ 2 2 nya hunter sih @_@

Saat sedang melirik-lirik kepada anggota kelompok ini sepertinya Shujii sedang gundah gelisah. Ternyata saat membuka jubah nya ada sebuah ular. Reichel melihatnya kaget dan ingin memegangnya karena ular adalah binatang kesukaanya. Shujii pun membunuh ular itu--sesaat RIechel marah karena ular itu di bakar kemudian Riechel pun sudah tidak mempedulikannya kembali.

" ada apa dengan mu? " Reichel tetap melihat tampat ular itu mati. Melihat Shujii tidak dalam kondisi stabil walaupun dia tetap tenang membaca buku Riechel tetap memperhatikan kondisi Shujii.