[RP] Night Festival at Rainbow Bridge

"Wah... anda belum pernah melihat makhluk ini? Ini namanya ikan... makhluk yang hidup di air... mereka bergerak sangat lincah di air, namun tidak berdaya diluar air..." jelas Allan. Dia tersenyum sambil mengingat masa lalunya, dia dulu seorang pemancing yang lumayan, namun tidak pernah menangkap ikan seperti Rejaku. Venus agak mundur.

"Haha... anda agak tidak biasa, ya? Makanan ikan bermacam-macam... ada yang makan daging... ada yang makan tanaman... bahkan jasad renik dalam air... ah... maaf bahasaku... agak rumit... maksudku makhluk teramat kecil."

"Oh iya... ukurannya juga bermacam-macam, lho! Ada yang sekecil ini... tapi ada juga yang... umm... sangat... besar..."

Venus tambah tercengang begitu mendengar tambahan penjelasan dari Allan.

"A... ada yang lebih besar dari ini?!" ia terkejut, membayangkan ikan koi dalam ukuran yang jauh lebih besar. "Nampaknya... mengerikan," kesimpulan lugas, Venus berpikiran jauh.

Ia lalu terarah pada pertanyaan Tamaki. "Burung... ah ya, aku pernah dengar soal burung... binatang terbang di sana seperti burung tapi namanya bukan burung karena bentuknya jauh lebih besar. Um... bisa ditunggangi begitu," jelasnya.

Tama menoleh pada Allan, lalu menoleh kembali pada Venus. "Benar apa yang dikatakan oleh Allan-san, begitulah ikan itu..."


"Hho... sama seperti burung? Namun besar ya... seperti phoenix?" tanyanya penasaran,

sementara itu, kazune masih mengajak rienne berkeliling. Tadi dia bfrhasil mendapatkan boneka kelinci yang diincarnya tadi.

"bagaimana rienne kamu suka?" kazune bertanya pada rienne sambil tersenyum.

lalu kazune melihat banyak orang berkumpul di stand ikan koi, tapi sepertinya rienne ingin pergi ke tempat lain.

Venus kembali manggut-manggut, setidaknya kini ia tahu soal ikan, dan ini bisa menjadi pembicaraan barunya dengan Ralph.

Dan soal burung, "Ah ya... phoenix itu salah satu jenisnya, jenis yang dipakai untuk bertempur karena bisa mengeluarkan api. Kami menyebut nya dengan si bulu..." Venus menyebutkan nama yang aneh untuk burung di tempatnya.

Tama tertawa. "Hhahaha... phoenix adalah 'si bulu'... Hhahaa, no way!" serunya. Sesungguhnya ia belum pernah melihat phoenix. Ia mengetahui burung itu dari buku yang pernah ia baca.

"Apalagi yang unik dari negeri nona?" tanyanya semakin tertarik.

"Yaah namanya memang begitu, aku pernah memelihara satu tapi ia berhasil membakar taman di istana, jadi dilepaskan lagi," Venus bercerita, ia mengingat masa kecilnya.

"Hm... yang unik. Apa ya..." Venus agaknya bingung, ia terdiam sebentar. [color=purple]"Ah ya, di sana juga tidak ada reptil, aku sih tidak tahu reptil tapi ibuku bilang reptil itu berbahaya."[color] Ia nampak membuat pertanyaan baru.

"Wah? Dibakar? Hhahaha... benar-benar phoenix itu..." serunya. Entah sejak kapan ia berlarut pada pembicaraan ini.

"Tak ada reptil? Negeri yang unik! Memang, reptil itu hampir seluruhnya berbahaya, walaupun ada yang tidak" jelasnya, "Saya jadi ingin berkunjung ke negeri nona... walau itu tampaknya tak mungkin!"

"Yaah aku juga tidak lagi bisa pergi ke sana," Venus ingat dengan kutukannya... "Dan tidak ada yang bisa keluar dari sini," dan ini soal portal yang ditutup oleh Ralph.

Kemudian Venus terdiam...

...

"Ack! Mine!! Aku lupa soal Mine!!" ia kembali teringat soal Mine, dan kembali panik sambil mengguncang-guncangkan bahu Tamaki untuk kesekian kalinya.

"Waa... waa... waa..." bahu Tamaki kembali diguncangkan oleh gadis ini. "Tenanglah, nona... orang yang anda cari pasti tak jauh dari sini" serunya.

"Ngomong-ngomong nona, saya belum tahu nama anda. Nama anda siapa?" tanyanya sopan.

sementara itu rienne memeluk erat-erat boneka yang didapatkan kazune dari stand tadi. dia mengangguk dan tersenyum senang. "ya, tentu saja." katanya. festival ini memang menyenangkan. tetapi tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"ah? theo mana ya? kurasa dia ingin bertemu vienne.."gumamnya. lalu dia melihat sekeliling. seharusnya tidak sulit mencari theo yang mencolok diantara ratusan orang yang lalu lalang mengenakan yukata. namun tetap saja tidak ketemu karena rienne lumayan pendek ^^;;

Setelah Tamaki menenangkannya Venus agak terdiam, walau kembali dalam mode panik. "Ah ya... Mine pasti tidak akan kabur, dia pasti juga mencariku," ucap Venus sambil mengelus-ngelus dadanya, menarik nafas dalam-dalam.

Dan sebuah pertanyaan, "Oh nama, namaku Venus. Kau sendiri?"

Tama mengangguk, "Benar... jadi tenanglah!" sarannya. "Nama saya Tamaki, senang bertemu dengan nona. Pembicaraan tadi benar-benar membuat saya sangat tertarik!"

Ia pun lalu terdiam. "Tetapi... selama ini saya belum pernah melihat nona... apakah nona satu grup dengan Shuuji-san?" tanyanya. Entah kenapa, hanya nama Shuuji yang sangat diingatnya.

"Ah yaa... sangat menarik," ucap Venus juga... ia tidak tahu harus bicara apa sementara di dalam pikirannya masih ada Mine dan Mine.

Pertanyaan tentang grup? Rasanya ada yang harus ditutupinya... "Shuuji-san... Shuuji-san..." Venus memegang kepalanya, mengingat-ingat. "Oh si kutu buku itu! Ah ya... satu kelompok, aku hanya ikut-ikutan dengan mereka saja," lanjutnya agak sedikit berbohong.

Tama merasa aneh. Ia merasa ada yang ditutupi oleh gadis di depannya itu. Tapi ia tak terlalu menghiraukannya, mungkin itu hanya perasaannya saja.

Ia lalu merasakan aura sihir yang terpancar dari tubuh Venus. Anehnya, ia baru kali ini merasakan aura tersebut. Ia tidak tahu aura apakah ini, berbeda dari aura wizard, witch, onmyouji, dan spiritual ability lainnya. Entahlah, sesuatu yang aneh terpancar darinya.

Ia pun mengalihkan perhatiannya, "Ngomong-ngomong, apa disini akan ada kembang api?" tanyanya.

"rienne, temani aku sebentar lagi kalau vienne ingin bersama theo." kazune menggandeng rienne semakin erat.

===========
sementara itu di tempat lain...
"ya sudah nona. Tamaki aku titip dia. Rejaku, kalau kamu mau pergi, ikut saja denganku, ikuti aku." claire melenggang pergi menuju tempat yang nyaman. Dia ingin menikmati keheningan malam, jadi claire pergi ke tempat sepi.

"sampai kapan kami harus menunggu?" claire bergumam sendiri.

lalu wajah kazune terbayang.
"jangan-jangan aku sudah mulai menyukainya? Tapi, itu sudah sejak aku memutuskan pergi kan..." claire bergumam lagi.

Venus tahu, ia pasti langsung dicurigai. Namun masalah rahasia-rahasiaan adalah masalah Ralph bukan masalahnya.

"Hei, Tuan Tamaki, kau mencurigai orang-orang dari distrik ketiga?" Venus berbisik pada Tamaki, hanya ingin menanyakan pendapatnya saja.

Namun ternyata Tamaki keburu berbicara soal kembang api. Venus membuat raut wajahnya kembali bingung. "Apalagi itu kembang api?"

theo makin bingung, tadi dia ditinggalkan rienne, sekarang ditinggalkan oleh yang lainya. lalu orang yang dijahilinya, claire, juga pergi entah kemana. "nyeh~ maunya nyari rame kok malah sendirian ya?" keluhnya sambil berjalan mengikuti claire karena tidak ada kerjaan.

theo menghampiri claire dan rejaku. "hai para gadis-gadis cantik. ini, kubelikan manisan apel...untuk kalian, dan satu untukku." katanya sambil menyerahkan masing-masing 1 tusuk manisan apel ke 2 orang itu, dan berdiri di samping rejaku. "kenapa kalian menjauh dari keramaian?"

"bukan urusanmu, theo. Kamu sendiri tidak mencari vienne? Kenapa tidak kamu serobot saja? Sepertinya vienne akan muncul." clairu pun memakan manisan apel itu.

===========
kembali ke tempat kazune di tengah keramaian...
"tadi sepertinya aku melihat theo. Dia ke arah sana. Vienne, pergilah. Simpan saja cincin itu jika kamu merasa tidak enak dengan theo."

rienne menggelengkan kepalanya dan tetap memeluk lengan kazune. "tidak usah..aku di sini saja. lagipula. vienne sudah mengijinkannya."katanya.

*blar*

terdengar suara dari angkasa. ternyata kembang api telah diluncurkan. banyak dan berwarna-warni. rienne melihatnya dengan takjub. "whoaaa...bagus sekali.."

"Kembang... api..." gumam Rejaku, dia terpaku melihat kembang api yang jumlahnya tak terhingga, diluncurkan ke angkasa.

"Seharusnya... aku tadi tidak pergi... ya..." katanya setengah menyesal, tapi dia tidak bisa kembali ke Allan sekarang, tidak sekarang.

"Lain kali... Allan... kita akan melihatnya bersama... kuharap..." Rejaku menutup matanya dan memanjatkan doa. Dia berharap Allan dan dia bisa bersama lagi tidak dalam keadaan seperti ini.

"memang bagus..." kazune menanggapi.

"terima kasih rienne, kamu mau bersamaku." kazune mengecup lembut bibir rienne selama beberapa detik lalu melihat kembang api lagi.
=========
sementara di tempat claire.
"kembang api yang cantik..." claire mengalihkan pandangannya dan tanpa sengaja melihat kazune dan rienne. Claire merasa sedikit terluka, tapi dia tidak menggubrisnya.

melihat kembang api yang cantik claire bernyanyi tentang kembang api. Melupakan perasaan sakitnya dan tidak menghiraukannya.

theo melihat ke arah kazune dan rienne. sedikit sakit terasa di hatinya. tetapi dia mencoba berpikir kalau itu rienne, bukan vienne yang dicintainya.

dia melihat lagi ke arah kembang api. "hua...bagus juga."komentarnya untuk menghibur dirinya sendiri. lalu dia melihat claire yang menyanyi. dia diam dan mendengarkan suaranya claire yang merdu. "hum..memang bagus untuk menghibur duka kita.."gumam theo pelan. tapi dia yakin kalau claire mendengarnya.

Tama juga melihat kembang api yang sama. "Oh... baru saja mau saya tanyakan!" serunya.

"Venus-san, itulah yang dinamakan kembang api!"

Ia kemudian menoleh pada Allan. "Kembang api yang indah ya, Allan-san!"

"...Hanabi..." gumam Allan, melihat kembang api itu membuatnya teringat pada Rejaku.

"Aku jadi ingat dengan... perjalanan kita... ya kan, Rejaku...? Hanabi no Matsuri..." Allan merileks-kan kepalanya, dia duduk di salah satu kursi didekat situ dan memandangi kembang api yang diluncurkan, benar-benar malam yang indah untuknya.