[RP] Beyond the Blind Fold

The First Roleplay...

Setting: Daerah Perbatasan antara wilayah Municipal Building Group dan Tokyo Tower Group, berupa daerah padang pasir dengan reruntuhan bangunan di sekitarnya. Daerah ini juga merupakan daerah perburuan mutan yang dijadikan bahan makanan masyarakat setempat.

Permission: Boleh diikuti oleh semua Roleplayer

_______________________________________________________________________

Sebuah arena perbatasan, padang pasir yang luas dengan berbagai puing bangunan yang telah hancur, keropos termakan oleh tetesan hujan asam yang tak kunjung berhenti.

Artheir Rolly sang pemimpin Municipal Building hanya berdiri memandangi hamparan padang pasir di mana di ujung tempat itu terdapat bangunan lain yang agak membuatnya risih, Tokyo Tower, tempat selain Municipal Building yang memiliki sumber air.

Ini adalah perburuan terakhir sang pemimpin hari itu. Setelah berkeliling, mengalahkan beberapa mutan, kini langkahnya terhenti pada ujung perbatasan, daerah yang tidak boleh dilewati begitu saja jika tidak ingin mencari masalah.

Rolly menarik ujung mantel yang menyelimuti kepalanya sambil terus bergumam dalam hati, "Ke mana mereka..." memang, dalam perburuan itu seharusnya ada beberapa orang dari kelompoknya yang mengikuti dirinya. Akan tetapi nyatanya belum ada seorangpun yang menampakan diri.

Sakurano menarik tudung jubahnya agar kepalanya lebih tertutup lagi.

"Apa ini?? Keadaannya makin parah aja..." gumamnya. Ia sekedar mengawasi keadaan perbatasan ini, apakah ada yang bertarung mungkin, begitu pikirnya.

Ia melangkahkan kakinya sambil separuh meloncat, sifatnya dari dulu memang tidak berubah tetap kekanak-kanakan.


Setelah berjalan agak lama, dari jauh tampak olehnya seseorang. Hampir saja ia memanggilnya jika tidak melihat jubah yang dipakai orang itu.

"hmm~~~ Municipal~~" ia bergumam lagi dalam hati sambil terus mengawasinya dari kejauhan.

"Hmp..." hanya sebuah selaan pendek.

Tanpa harus melihat wajahnya, Rolly tahu siapa gadis yang tengah berdiri jauh di hadapannya. Ia tidak berpikir bahwa di saat seperti itu pun huru-hara harus terjadi.

Konyol pikirnya.

Setidaknya masih banyak perut yang harus diberi makan daripada mengkhawatirkan lawan yang tidak pernah jelas keberadaannya.

Akan tetapi rasanya tidak sopan jika sudah saling bertemu, dengan lawan yang ternyata adalah seorang Vice Leader, apalagi seorang wanita, tanpa memberikan sapaan. Sebuah sapaan yang sebenarnya bisa berakibat fatal dikala perang dingin seperti itu.

"Nampaknya penghuni menara juga sedang mencari makan," Rolly hanya bergumam, sebenarnya ia sama sekali tidak niat memberikan sapaan.

Dirinya terus memperhatikan lawan yang makin lama makin tampak jelas baginya. Alisnya berkerut "Kayaknya petinggi..." pikirnya "Apa perlu disapa? Disapa nggak ya?! Tapi ntar malah perang... Mana aku lagi sendirian lagi?!! Siapa tau dia bawa temen..." Sakurano terus berpikir keras sambil bergidik dan celingukan seperti orang bodoh, mencari hawa orang lain yang mungkin sedang mengawasinya.

Tiba-tiba, kakinya tersandung sebuah batu besar sehingga membuatnya hampir saja terjatuh "Aduh ! Sial ! Sialaan !!" gerutunya dengan suara keras.

Namun ia sadar akan apa yang baru dilakukannya "Ups..." ia kemudian menutup mulutnya dan malah menatap balik lawan didepannya "Bego bener gue..." ia sweatdropped sendiri.

Rolly terdiam sendiri melihat sang lawan di depannya hanya kelimpungan tidak jelas... well lagi-lagi ia berpikir untuk merendah lawannya, walau memang itu yang terlihat di matanya.

Tanpa mendekati Sakurano sama-sekali kemudian leader Municipal Bulding ini mengayunkan tangannya, membuat gumpalan pasir di dekat Sakurano bergerak, membantu wanita itu berdiri. Baiklah... ketua grup ini memang tidak suka bermaksud baik tapi ia lebih tidak suka melihat kecerobohan orang lain.

"Jangan menganggap itu bantuan, kalau perlu berjalanlah bersama kawananmu..." dan lagi-lagi sebuah sindiran pendek.

Sakurano merengut dikatai begitu "ngajak perang nih" katanya tak terima sambil menepuk-nepuk jubahnya yang kotor.

Ia kemudian menatap Leader lawan itu lama "Jadi...sedang apa anda disini?" tanyanya polos.

"Tidak..." jawab Rolly, pendek dan tegas tanpa maksud lain.

Ia tidak menginginkan pembicaraan dengan lawan yang berkepanjangan, jika ada orang dari kelompoknya yang tahu hal ini mungkin mereka akan berpikir bahwa sang pemimpin tidak lagi memegang ideologi yang sama.

Akan tetapi buatnya, mengobrol-ngobrol dengan lawan adalah hal yang menarik sekaligus konyol, apalagi kalau sampai ada pertempuran.

Sesaat setelah Sakurano bertanya, ia hanya menjawab seadanya. "Berburu, mencari mutan... sebaiknya jangan mencari makan di wilayah yang sama..." ucapan yang terdengar selalu menasehati.

Sebenarnya Nanase ikut dalam perburuan terakhir sang Leader Rolly.. karena sikap nanase yang layaknya putri, nanase kehilangan jejak sang leader, akhirnya nanase melihat bayangan 2 orang yang mungkin dalam benaknya ada Rolly dari salah satu nya.

Nanase mendekati nya.. ternyata benar ada Rolly disana .. bersama vice-leader Tokyo Tower Sakurano.

Nanase bergumam di hatinya " apa mereka sedang mau perang??" pikirnya.. " hm.. sebaiknya datangi saja dahulu.." lalu Nanase mendekati mereka berdua.

Nanase menepuk bahu Rolly , " sedang apa? nanase cari ternyata berada di perbatasan??" nanase bingung berkata apa pada saat itu suasana yang tidak enak. Nanase berpikir sebaiknya jangan berbicara yang bikin suansana tidak enak.

Setelah percakapan singkat dengan Sakurano yang nampak akan menuai permasalahan lain, akhirnya seseorang dari Municipa tiba.

Rolly hanya menatap Nanase dengan dingin begitu anak itu sampai di dekatnya dan bertanya, "Kurasa kau yang tersesat. Bukannya tadi kubilang kita akan melihat perbatasan, kemana saja sih?!" sang leader hanya balik bertanya, tentu tidak dengan nada baik-baik yang bukan sifatnya.

Saat Rolly menjawab , Nanase mengingat nya kembali saat masih berkumpul. ternyata Nanase lupa dengan ucapannya. Pada saat itu Nanase hanya mendengarkan nya seperti terima dari telinga kanan keluar langsung ke telinga kiri. well.. Nanase bukan tipe orang yang suka mendengarkan perintah seperti itu karena kebiasaan pada tempatnya terdahulu.

" maaf kan Nanase, benar Nanase tersesat." Nanase menundukkan kepalanya. Nanase berpikir kalau apa yang dia lakukan ternyata tidak benar.

Nanase lirik kepada Sakurano, Nanase bergumam di hatinya " wah ! Pada saat seperti ini ada orang tokyo tower!". Nanase bingung kembali untuk berkata apa supaya keaadan seperti semula.

"Jangan lihat-lihat orang seperti itu..." Rolly mengeluarkan nasehatnya lagi, nampaknya pemimpin satu ini memang suka menasehati orang lain.

"Oh ya, ngomong-ngomong di mana yang lain? Tidak mungkin kan mereka tersesat..." Rolly tidak sempat melanjutkan kata-katanya, perhatiannya tertuju pada mutan besar ...

Seekor mutan berbentuk cacing raksasa hampir saja menyerangnya dan Nanase sebelum akhirnya ia membuat barier dari pasir dengan sihirnya.

"Nampaknya bukan hanya kita, tapi para mutan juga sedang mencari buruannya,..." ucapnya pada Nanase, yang berarti mereka harus melawan.

Nanase melihat Sakurano dari atas sampai bawah , sampai-sampai dinasehati oleh Rolly. Nanase pun lalu mendekat kepada Rolly, Nanase takut nanti dia dinasehati kembali. Saat Rolly menanyakan seperti itu, Nanase tidak ingat karena sejak permulaan dia tersesat.

" ng.. Nanase tidak tahu, sepertinya Nanase melakukan kesalahan.. Nanase sejak pertama kali sudah tersesat" setelah berkata seperti itu Nanase makin menundukan kepalanya..
tiba-tiba Nanase menerima insting keberadaan seekor mutan lalu mulai posisi untuk menyerang

Rolly menyiapkan barier dan Nanase sudah siap posisi untk menyerang mutan.

" betul.. sebaiknya cepat kita selesai kan.." Nanase lansung menyerang pada mutan. Dengan sikap Nanase yang tidak mau menunggu, Nanase dalam sekejab melumpuhkan mutan itu. " hm.. seperti nya masih bisa bergerak..." Nanase dengan tenang kembali ke tempat Rolly.

"Hoo..." Rolly hanya bergumam pelan melihat gerakan cepat Nanase, tentu dia adalah vampire dan punya kualitas sebagai seorag vice leader.

Akan tetapi nampaknya benar apa yang Nanase khawatirkan, mutan itu bergerak kembali... belum lelah dengan satu serangan saja. Ini gilirannya, Rolly mengangkat jarinya, menuliskan sesuatu di udara... sebuah writing magic, FREEZE. Seketika segel magic menyelimuti mutan cacing raksasa itu dan dalam hitungan detik tubuhnya yang baru saja bergerak beku seketika.

"Ini giliranmu, cincang dia!" perintahnya pada Nanase setelah mundur beberapa langkah ke belakang gadis cilik itu.

Sesaat setelah Sakurano bertanya, ia hanya menjawab seadanya. "Berburu, mencari mutan... sebaiknya jangan mencari makan di wilayah yang sama..." ucapan yang terdengar selalu menasehati.

setelah itu Sakurano mendengar lagi Leader itu berbicara pada anak buahnya.

"Jangan lihat-lihat orang seperti itu..." Rolly mengeluarkan nasehatnya lagi, nampaknya pemimpin satu ini memang suka menasehati orang lain.

Sakurano geram melihatnya, tak terima direndahkan begitu dia malah masih sempat marah disaat monster cacing mulai berdatangan.

Dengan lincah tangannya mengeluarkan pistol dari sarung di pahanya. Dan menembaki tiap cacing yang masih hidup.

"HEY!! AKU TAHU KALAU ANDA LEADER DARI GRUP ITU! TAPI, JANGAN NGOMONG YANG BISA NGEBUAT ORANG LAIN MARAH DONG!!" cerocosnya tanpa ampun. Masih sambil menembaki cacing itu.

Ia kemudian menoleh pada anak buah Leader tersebut "Kau juga! Setidaknya, katakan pada Leader mu ini jangan suka menasihati orang!!"

Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya, hanya untuk menenangkan diri.

"Yah~~ Lupakan saja kata-kataku tadi. Maaf sudah marah-marah. Lagian, aku disini tanpa partner, bisa dikeroyok nih" sambungnya sambil celingukan lagi melihat lawan yang akan datang.

Namun matanya menangkap gerakan anak buah Leader itu seperti...

Ia terdiam untuk beberapa saat "Kau....vampire ?" tanyanya.

Setelah Nanase mendapatkan perintah dari Rolly, tanpa segan-segan Nanase kembali menyerang dan mecincangnya. " Mati kau ", saat menyerang Nanase melihat sebagian mutan telah di tembak oleh Sakurano sang vice leader tokyo tower.

Nanase melihat bagaimana Sakurano menyerang dan berpesan kepada Nanase lalu Nanase bergumam dihati nya " hm~ apa maksud dia kepada Rolly?"

Nanase pun kembali ke tempat Rolly, dan Nanase saling bertatapan muka dengan Sakurano yang pada saat itu sedang bertanya kepada Nanase. " betul .. " langsung Nanase siap menyerang " apa mau mu?" dengan nada mengancam.

Nanase Sumeragi wrote:Nanase pun kembali ke tempat Rolly, dan Nanase saling bertatapan muka dengan Sakurano yang pada saat itu sedenag bertanya kepada Nanase. " betul .. " langsung Nanase siap menyerang " apa mau mu?" dengan nada mengancam.

"huuaa!! eits! jangan maen lawan aja dong!!" kata Sakurano sambil mundur, namun pistolnya tatap dalam keadaan siaga.

"Saia juga tau diri kok. Saia nggak bawa teman nggak mungkin bisa ngelawan Leader dan Vice-Leader seberang. Saia nggak bermaksud meremehkan..." katanya.

Ia kemudian berjalan pergi masih ingin mengawasi dan mencari buruan. "Ah~~ Ano...anda..siapa namanya?" tanyanya pada kedua orang itu "Saia Vice-Leader Tokyo Tower, yah udah tau kan~~ Namaku Sakurano Himeno" dirinya memperkenalkan diri dengan narsisnya sambil berkacak pinggang sebelah dan mengedipkan mata tanpa disuruh.

"Vampire Hunter..." Rolly hanya bergumam pelan, ia lalu menarik Nanase ke belakangnya. "Jangan lakukan hal bodoh, dia mungkin mengincarmu," lanjutnya pada Nanase.

Setelah Mutan yang menjadi lawannya kini ada lawan baru untuk mereka, Sakurano yang nampak memicu masalah atau malah dirinya, Rolly sendiri tidak pernah ambil pusing akan hal ini.

"Maaf saja, tapi aku tidak pernah berniat membuat orang marah kecuali orang yang memang tempramental," ucapnya pada Nanase, setidaknya ini balasan bentakan gadis itu tadi.

Dan sebuah pertanyaan susulan dari Sakurano... "Ada perlu apa vice leader lawan bertanya-tanya tentang identitas lawannya?" tentu ini adalah jawaban yang menyebalkan, karena Rolly sendiri bukan tipikal orang yang ramah atau tepatnya tidak mengenal pergaulan.

Setelah Nanase siap menyerang dia pun kembali tenang, saat Rolly mengatakan bahwa dia Vampire Hunter . Nanase marah, semakin saja Nanase ingin menyerang Sakurano. Tidak Mutan yang datang membuat masalah. ternyata keberadaan Vice Leader yang ternyata seorang Vampire Hunter membuat masalah baru bagi Nanase maupun Rolly.

" vampire hunter... apa mau mu ? " Nanase sangat lah sensitive dengan Vampire Hunter. " sebaiknya kamu menjauh... pergilah ke tempatmu" Nanase sedang mengendalikan emosinya sambil siap siaga mungkin akan menyerang.

" apa yang sekarang kita lakukan ?" tanyanya kepada Rolly. Nanase tahu kalau dia tidak boleh berbuat seenaknya.

"Kita tidak datang mencari masalah..." ucap Rolly pelan kemudian kembali melirik Sakurano, "Lagipula ia tidak akan mengambil langkah konyol dengan melawan kita tanpa kawanannya."

Sang leader lalu mendekati mutan yang tengah terkapar... memeriksanya dengan cepat, "Ah sial, buruan ini mati karena tembakannya. Bukan milik kita!" ucapnya cepat setelah sadar bahwa mutan itu mati akibat serangan Sakurano bukan karena magic-nya atau serangan Nanase.

" baiklah.." Nanase pun kembali untuk menenangkan diri. Nanase menatap sinis Sakurano, dan mundur kembali. " yah..sudah " Nanase pun membalikkan badannya.

Saat Rolly memeriksa mutan yang mati, ternyata itu bukan punya kita. " lalu ? apa kita harus menyari kembali ?" Nanase mendekati dengan melihat tiap mutannya. Nanase kecewa ternyata serangannya tak berguna. Seharusnya dari pertama kali dia langsung bunuh dan cincang mutan itu.

Nanase kembali ke tempat Rolly, Nanase langsung menundukkan kepalanya takut Nanase akan dimarahinya kembali. Tetap Nanase melihat Sakurano dengan penuh hati-hati.

"Ah sudahlah... nanti pasti ada mutan lain yang lewat," kata-katanya tidak untuk menghibur, hanya berkomentar sedikit.

Baru saja dibicarakan, tanah kembali bergemuruh... pasti mutan cacing tadi memanggil kawanannya karena dua mutan cacing raksasa tiba-tiba saja menyerang Rolly dan Nanase, satu di antara mereka mengarahkan serangan pada Sakurano.

Rolly kemudian menarik Nanase untuk menghindar, untung saja tubuh Nanase kecil dan ringan sehingga ia tidak terlalu sulit ketika menariknya melompat. Kemudian dibuatnya barier dari pasir untuk melindungi mereka dari serangan selanjutnya.

"Setelah ini pasti banyak mutan yang datang, kita harus bisa mengalahkan mereka untuk makan malam," perintahnya lagi pada Nanase setelah keduanya menyiapkan diri.

"baiklah" Nanase yang agak kesal dengan Rolly coba untuk siap-siap menunggu mutan datang.Tiba- tiba datang 2 ekor mutan, Nanase pun berinsting kembali melacak berasal darimana. mutan itu menyerang Nanase dan Rolly , untung nya Rolly menarik Nanase kalau tidak sudah terkena serangannya.

Setelah mendapatkan perintah dari Rolly, Nanase pun pergi menyerang. tanpa segan-segan dia mencincang langsung mutan itu , " tak akan kubiarkan lagi !" teriak Nanase. tiba-tiba kelur lagi banyak mutan. karena Nanase seorang Vampire dia langsung menyerang nya.

" sedikit lagi " Nanase kembali ke barier yang telah di bikin oleh Rolly. Menunggu time yang pas untuk menyerang nya.

"Waw... jumlahnya bertambah..." komentar Rolly sambil mempertahankan barernya.

Jumlah mutan-mutan itu tidak hanya dua, tapi lebih dari itu. Ternyata mereka keluar dari sarangnya, mungkin untuk mencari makan juga. Sekali lagi Rolly menggerakan tangannya, menulis sebuah mantera BURN dan terbakarlah tanah sekotar para mutan mengepung mereka hingga tidak dapat bergerak lebih dari itu. "Berhati-hatilah, api itu bisa ikut membakarmu," Rolly mengingatkan Nanase sebelum ia menyerang.

Walau hari itu hujan asam turun cukup deras, tapi api yang mengelilingi para mutan tidak kunjung padam karena api itu dilindungi oleh kekuatan magis.

" cih! semakin banyak" Nanase pun kembali menyerang mutan itu sebelum bertambah banyak. Rolly mengeluarkan kekuatannya Nanase langsung diperintah kan mundur.

Setelah mengepung mutan, Nanase pun tak ambil pikir langsung saja menyerangnya. Nanase berhati-hati pada api yang dikeluarkan Rolly pada saat menyerang mutan. Karena berkat kekuatan Rolly, Nanase dengan gampang membunuh mutan-mutan itu.

Mutan itu semuanya mati , Nanase kembali ke barier ke tempat Rolly dengan sudah dipenuhi oleh darah mutan. Nanase bergumam di hatinya " cukup capek melawan sebanyak ini ". Nanase pun berbalik ke Rolly " lalu apa yang kita lakukan sekarang? menunggu yang lain datang? " sambil membersih kan darah mutan yang berada di rambutnya.

Riene bersembunyi di balik reruntuhan dan menguping pembicaraan 3 orang penting namun berbeda kelompok itu. Niaatnya jauh-jauh ke perbatasan untuk berburu mutan dengan pedang kesayangan Vienne, alteregonya, terhenti karena aura dingin yg tidak enak. Toh, karena dia hanya penduduk biasa, ia hanya bisa diam dan menunggu aura negatif ciptaan para petinggi itu hilang dan bisa berburu.

"sepertinya kita ada di waktu dan tempat yg salah...maunya nyari makan, yg ketemunya malah orang yg berantem...bisa-bisa aku ga makan malem nih..." gumam Rienne.
"eh..emangnya selain vice leader kita dan kita, ga ada orang lain lagi dari kelompok kita?" tanya suara dari dalam diri Rienne, yg tidak lain adalah Vienne.
"ehem, kurasa tidak ada kecuali kita dan...." kata-kata Rienne terhenti saat melihat salah satu mutan cacing raksasa mengarahkan serangan pada Sakurano. "Sakurano, awas!!!" teriak Rienne. Saat itu juga, mata Rienne yg berwarna coklat berubah jadi merah, artinya Rienne bertukar posisi dengan Vienne. Vienne langsung mencabut pedangnya dan memotong cacing mutan raksasa tersebut. Cacing itu terpotong jadi 2, tapi masih bergerak.

"anda tidak apa-apa, nona Sakurano?" tanya Vienne.
"hho, tumben seorang Vienne menolong orang lain tanpa bayaran" sindir Rienne dari dalam pikiranya. "aku mendengarmu," bisik Vienne " ini hanya refleks, mungkin...lagipula kita dapat bahan makan malam."