[RP] Uguu?

Set: Di dalam tower, siang hari.
------
Kurumi berjalan pelan. Saat ini dia sedang memakai baju sehari-harinya, bukan memakai kostum cosplay tanpa alasan lagi. Aaah, Kurumi entah kenapa bosan. Enaknya apa yang harus dia lakukan ya...Kurumi menengok kiri-kanan. Aih, bosannya. Kurumi berjalan sambil meloncat. Tetap saja bosan.

Kurumi menatap lewat jendela, bagaimana di bawah tower. Tinggi, Kurumi jadi takut. Dia mundur sambil merapalkan kata 'Uguu~' yang tidak jelas dia pelajari dari mana. Kurumi memutuskan melanjutkan jalan-jalan saja.

legal nggak ==?

-------
Himeta yang saat itu sedang tak ada kerjaan berjalan tanpa arah tanpa tujuan. Sampailah ia di Tokyo Tower, menara air suci yang merupakan 1 dari 2 tempat terpenting Tokyo. Sudah lama sekali ia tak pergi jalan-jalan, apalagi jarak rumah dan Tower itu cukup jauh.

“Panaaas...” keluhnya. Bodoh sekali ia berjalan sejauh ini.

Dari kejauhan, ia melihat seseorang...

Hayate, yang saat itu baru pulang dari tugas vampire hunternya, melihat Kurumi dan Himeta yang sedang berjalan-jalan. "Hei, kalian.. Kurumi-san, Himeta-san. Panas-panas begini, sedang apa kalian?" tanya Hayate.

Ia pun berjalan mendekati kedua gadis itu.

“Ah.. kau.. er.. Aikawa-san?” tanya Himeta mengingat-ingat. Akhir-akhir ini ia jarang bertegur sapa dengan orang-orang, apalagi... laki-laki.

“A.. aku sedang tak ada kerjaan. Ka.. kakiku bergerak sendiri kemari..”

Jawaban macam apa itu? Gugupnya kumat..

"He.. Kau tak ada kerjaan?" tanya Hayate. "Kalau begitu, mari kutemani. Aku juga tidak ada kerjaan..!" kata Hayate sambil berjalan mendekati Himeta. Lalu, "Kau bagaimana, Kurumi-san? Mau ikut" tanya Hayate sambil menatap Kurumi dan tersenyum lembut pada gadis itu.

Kurumi bengong sebentar. Hmm....Dia melirik ke Himeta dan Hayate.

"Ano....Boleh kalau mau sama-sama" ujar Kurumi. Dia tidak menjawab kenapa dia berada disana.

Di salah satu bagian sudut Tower di tempat yang cukup tinggi, Allan von Gauntwald, sedang melihat Akai Suzu sambil mengasahnya, sekali sekali dia menggerakkannya untuk mendengar gemerincing suara lonceng merah yang terpasang di ujung pegangan Akai Suzu.

"*rin...riin*...Heu...suara ini... sama seperti dulu..."

Sebenarnya... apa yang diingatnya dari suara lonceng kecil itu...?

Himeta terdiam, lalu berkata “Baiklah. Pergi bertiga dengan Kogami-san bukanlah hal yang buruk” ujarnya. Namun tiba-tiba ia berubah pikiran, “Bagaimana kalau kita duduk santai sejenak terlebih dahulu? Aku agak letih..” pintanya sambil mencari tempat duduk di sekitar situ.

Dari kejauhan, ia melihat Allan, lalu bertanya pada Kurumi dan Hayate, “Em.. itu siapa, ya? Kalian kenal?”

di siang yg terik ini, rienne berencana menemui kazune. tapi kazune belum kelihatan seharian ini. akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar tower. sesampainya di bawah tower, rienne memutuskan untuk naik ke atas. "sudah lama ga ke atas sana.." katanya.

"jangaaan!!!" larang vienne. "kamu kan tahu kalo aku paling ga suka tempat tinggi!! nggak! nggak mauu!!" vienne merengek seperti anak kecil. rienne hanya tersenyum prihatin. "eetoo...eh, lihat! tuh, di sana ada allan, katanya kamu mau ngeliat akai suzunya! ayo..kita kesana ya.." paksa rienne.

sesampainya di atas, rienne memaksa viene untuk muncul. vienne ketakutan, tapi akhirnya dia muncul juga dan menghampiri allan. "yo! allan! lagi apa?" sapanya dengan gaya yg kaku karena efek dari katakutannya pada ketinggian.

Hari itu, Tama berkeliling di sekitar Tower, hendak mencari Allan dan mengucapkan terima kasih padanya atas perawatannya ketika ia sedang sekarat dulu. Sambil menenteng pedang Shunseiki, wajahnya meliuk ke kanan dan ke kiri. Kali ini ia tidak mengenakan penutup matanya.

Kemudian secara tak sengaja ia melihat 3 orang yang sedang berdikusi. 2 orang gadis dan 1 orang lagi yang ia ketahui sebagai vampire hunter. Yah, ia tak terlalu mengenal mereka, dan pergi begitu saja.

Akhirnya, ia dapat menemukan Allan yang sedang mengasah pedang Akai Suzunya,
"Allan-san, kau disini rupanya" sapanya. Ia juga melihat Rienne berada di samping Allan, "Selamat siang, Rienne-san" sapanya dengan penuh sopan santun.

"Mmm...? Vienne? Aku sedang mengasah Akai Suzu... dan..." kata kata Allan terputus, lalu datang seseorang, Tamaki.

"Hmm? Tamaki? Wah... tiba-tiba aku didatangi seperti ini..." Allan tersenyum.

"Aku juga sedang... mendengar bunyi lonceng yang ada di Akai Suzu... *riin...ririin...* Suaranya... mengingatkan aku pada sesuatu..." Allan memandang Vienne.

"Seseorang pernah bilang padaku..."

"Mata yang merah seperti milikmu dan mata kananku ini... adalah simbol kalau dalam hidup pemilik mata itu...akan terjadi banyak pertumpahan darah..." Allan tersenyum kecut.

"Orang yang mengatakan hal itu padaku... di dimensinya, dia dikenal dengan nama 'Pengguna Rantai', berbeda dengan kita yang sudah memiliki mata berwarna merah, orang itu mempunyai mata berwarna merah karena keturunan sukunya. Allan lalu mendekati Vienne sambil terus memandang mukanya.

"Sama pula dengan lonceng merah ini... yang pernah menyaksikan sebuah pertumpahan darah yang tidak bisa dibayangkan..."

Tama terdiam. Tampak berpikir.
"Saya tidak mengerti maksud Allan-san" Tama pun melirik ke arah Rienne.

Allan melihat Tamaki
"Ah... maaf, aku kelepasan... lagi... sudahlah... jangan dipikirkan,Tamaki-san" kata Allan sembari tersenyum.

Tama pun terdiam kembali, kemudian melihat Rienne, merasa ada sesuatu yang kurang darinya. Ia berpikir keras tentang apa itu. Berpikir, dan berpikir lagi. Buntu.

Tidak menyerah ia kembali berpikir lagi. Tiba-tiba ia mendapat pencerahan,
"Rienne-san, tumben sekali hari ini tidak bersama Kazune-san?"

Ia menyadari kalau sekarang di samping Rienne tak ada Kazune. Biasanya, kalau ada Rienne pasti ada Kazune, dan sebaliknya. Oleh karena itu, something wrong terlintas di pikirannya.

"Fuu? Benar juga, kau kesini sendirian... ada apa, Vienne?"

Allan menatap mata Rienne, mencoba mencari tahu apa yang dipikirkan gadis itu.

vienne terkejut mendengar dirinya dipanggil rienne. tapi beberapa saat kemudian dia sadar bahwa tamaki belum tahu siapa rienne. "oh? kazune? tadi aku sudah mencarinya di rumahnya, tapi aku tidak menemukannya. sedang dipanggil leader Wang mungkin?" jawabnya. yah, saat ini memang kazune sedang entah berada dimana.

vienne kembali melihat allan. "mata merah, pertumpahan darah..ah..iya juga. mungkin memang ada benarnya." gumamnya pelan. "memangnya pertumpahan darah seperti apa yg sudah dilihat lonceng itu?" tanyanya.

"Hal itu..." Allan terdiam.

...

"...Aku tidak bisa menjawabnya...maaf." Allan kembali melihat ke langit.

"Hal itu... tidak pernah mau kuingat lagi... dan kuharap tidak terjadi lagi disini..."

"oh..maaf.."kata vienne.tentu saja allan tidak mau membicarakan itu. sepertinya dia lupa kalau membicarakan pertumpahan darah itu tidak menyenangkan.

rienne tersenyum kecut, dia juga sebenarnya sudah tidak suka mendengar kata 'pertumpahan darah'. terlalu mengingatkannya pada masa lalunya yg kelam.

melihat suasana yg tidak enak, vienne berusaha mengembalikan suasana. "oh..iya..allan, kamu dapat akai suzu di man..." kata-kata vienne terputus karena dia terpeleset dan jatuh ke bawah. "ng? ahhhh!!!!"

"Vienne!" Allan menggapai tangan Rienne dan menangkapnya. Mereka berada di ketinggian yang cukup tinggi di Tower.

"Vienne! Bertahanlah!" Tangan Allan yang satunya lagi mencoba menggapai Vienne dan menariknya.

OOT: settingnya bukannya dibawah tower yak?? '.'

=====
Sakurano yang sedang naik di tangga melihat seseorang yang jatuh.

"Eh?! Ricchan??" cepat-cepat ditangkapnya cewek itu. Namun kenyataannya dialah yang jatuh pingsan setelahnya.

=====

OOT lagi =)): bujud dah =)) baru RP uda pingsan *swt* gg pinter ambil bagian ane =))

"ah! Rienne!" kazune langsung menangkap gadis itu,"kamu tidak apa-apa? Lain kali hati-hati!" kazune memarahi rienne atau vienne yang jatuh.

dia juga melihat sakurano yang jatuh pingsan. Kazune menyadarkannya dengan menggunakan aliran listrik dari tangan kanannya dan gadis itu pun sadar.

"sedang apa kamu di sini?" kazune bertanya pada rienne atau vienne.

Sakurano menggosok-gosok kepalanya "Kejam amat aku dibangunin pake sengatan listrik" jawabnya sok marah "Terima kasih nee" ia kemudian bangkit dan berjalan naik keatas meninggalkan mereka.

rienne muncul dan memegangi pergelangan tangannya yg sakit karena tadi sempat dicengkram oleh allan. dia mengamati sekitarnya dan baru tau bahwa tadi dia benar-benar terjatuh. "ugh..sakit..eh? kok aku udah ada di sini? loh? kok ada sakurano? kazune juga?" tanyanya bingung. vienne masih ketakutan dengan kejadian yg tadi. "ta..tadi...kita jatuh..dari atas sana." katanya

rienne langsung berdiri dan membungkuk sedalam-dalamnya pada sakurano. "makasih banyak ya...". lalu dia menoleh ke arah kazune. vienne muncul dan menghampirinya "kamu kemana aja??" katanya sambil mencubit pipi kazune. "kalau kamu tadi ada pasti rienne tidak akan ke atas sana dan kejadian tadi pasti ga akan terjadi..huuh...aku masih gemetaran gini.. takut banget.."omelnya sambil duduk karena tidak bisa berdiri saking takutnya.

"aku juga yang menangkapmu! Salah sendiri tidak hati-hati! Aku tadi baru dari perbatasan, mengecek keadaan." kazune balas mencubit.
"ayo keluar rienne, biarkan vie ketakutan dan pulih." kazune mengeluarkan botol potion dan mengobati tangan rienne setelah sebelumnya menggambar lingkaran sihir di tangannya.

lalu kazune memeluk rienne.
"kamu mencariku? Maaf ya... Sekarang rindumu sudah terobati kan?" kazune tersenyum lembut.

"ke..kenapa anda tiba-tiba jatuh Rienne-san?" tanya Tama heran. "Maaf, saya tidak terlalu gesit untuk menolong"

Tama membungkuk di depan Rienne, meminta maaf karena tidak berguna apa-apa. Ia juga membungkuk di hadapan Kazune, entah kenapa.