[RP] Uguu?

setelah vienne mengomeli kazune, rienne muncul. lalu tangannya diobati oleh kazune. "ah..terimakasih ya.." katanya sambil tersenyum.

lalu kazune memeluk rienne.
"kamu mencariku? Maaf ya... Sekarang rindumu sudah terobati kan?" kazune tersenyum lembut

rienne tersenyum lega karena akhirnya hari ini dia bertemu kazune lagi. "iya..hehe..". tiba-tiba tamaki datang.

"ke..kenapa anda tiba-tiba jatuh Rienne-san?" tanya Tama heran. "Maaf, saya tidak terlalu gesit untuk menolong"

Tama membungkuk di depan Rienne, meminta maaf karena tidak berguna apa-apa. Ia juga membungkuk di hadapan Kazune, entah kenapa.

rienne gugup melihat orang lain membungkuk di hadapannya seperti itu. "eeh? er..bukan salah tamaki kok. tadi aku terpeleset sedikit, jadi deh jatuh. hehehe..allan mana?"katanya. dia melihat ke atas lalu berteriak pada allan, "allan!! kamu masih di sana??? makasih ya tadi sempat menolongku!".

Ketika Rienne memanggil Allan, Tama berpikir sesuatu.

"Allan-san memang gesit, tidak sepertiku. Ah, mungkin aku bisa belajar sedikit darinya" pikirnya.

Kemudian ia bermaksud untuk memberitahukan keinginannya itu pada Allan, sekarang juga. Ia memang senang sekali untuk belajar.

Himeta yang kesal karena diacuhkan tiba-tiba merasakan firasat buruk. Benar saja, Rienne jatuh dari menara itu. Himeta segera berlari ke arah tangga dan menuruninya. Sampai di bawah, ia melihat Rienne baik-baik saja, bahkan dipeluk Kazune, yang Himeta ketahui juga merupakan kekasihnya.

Tampaknya dia sudah lebih tenang. Semoga saja dia tidak trauma dengan menara ini, lalu beralih ke municipal disana, pikirnya sambil tersenyum lega.

*****
PS: kalo nggak ada apa-apa lagi dengan Himeta, nanti saya out saja.

Tama yang melihat seseorang turun dari tangga dan menghampiri mereka, merasa asing dan tak mengenali orang itu.

"Anda siapa? perkenalkan, saya Tamaki" sapa Tama dengan penuh ramah.

Baru saja Himeta hendak meninggalkan lokasi, tiba-tiba ada yang menegurnya,

“Anda siapa? perkenalkan, saya Tamaki”

Tamaki, seorang pria muda, menyapa Himeta.

“Ah, saya Himeta Aoichi” ujar Himeta sambil membungkuk 80 derajat. Tumben sekali kali ini ia tidak gugup menghadapi laki-laki.

“Saya sudah mengenali Anda. Tamaki Kiyokazu, fighter sama seperti saya, sword master, umur 18 tahun, benar?”

Tumben sekali lagi, ia dapat berbasa-basi dengan laki-laki.

Melihat Himeta membungkuk, Tama pun ikut membungkuk.

"Ya, benar... Namun umur saya masih 17, Himeta-san"

Ia senang bertemu dengan Fighter Tokyo Tower yang lain, sebenarnya ia ingin mengenal lebih banyak lagi. Tapi jarang sekali ia menemui yang lainnya. Tapi itu tak apa baginya, apalagi fighter yang ia temui sekarang adalah seorang wanita.

"Himeta-san benar-benar telah mengetahui tentang saya, dan saya pun telah mendengar sedikit tentang Himeta-san. Kalau tidak salah, apakah anda seorang HeartHealer?" tanyanya sopan.

rienne melihat himeta. dia mengenali perempuan itu sebagai pemilik salah satu butik. rienne langsung mendekati himeta untuk memastikannya. "ano~. anda himeta kan? saya rienne. salam kenal!" katanya sambil sedikit membungkuk. tanpa basa-basi lagi dia bertanya pada himeta. "aah~ himeta yg punya butik itu kan?"

Mendengar kata-kata Rienne, Tama merasa kagum. Banyak sekali anggota Tokyo Tower yang memiliki toko sendiri. Terutama wanita.

"Himeta-san, anda juga memiliki butik?" tanyanya.

Entah kenapa pikirannya kembali teralih pada Allan. Allan memiliki banyak sekali barang yang termasuk langka. "Apa Allan-san juga membuka toko?" tanyanya dalam hati. Kemudian ia kembali melihat ke arah Himeta.

Entah kenapa, ia merasa akan cocok dengannya. Perasaan ini juga pernah ia rasakan ketika pertama kali bertemu dengan Saiga Keisuke. Akhirnya, mereka berdua menjadi partner latihan bersama karena sesama Sword Master. Lalu bagaimanakah dengan Himeta?

ea.. flesbek dulu.

=====
Himeta cukup terkejut melihat Tamaki ikut-ikutan membungkuk sopan padanya.

“Ya, benar... Namun umur saya masih 17, Himeta-san”

“Eh? 17? Waa.. wah, kalau begitu maaf ya. Sebab dalam memori otakku yang kecil ini banyak warga Tokyo yang kuketahui berumur 18...”

“Himeta-san benar-benar telah mengetahui tentang saya, dan saya pun telah mendengar sedikit tentang Himeta-san. Kalau tidak salah, apakah Anda seorang Heart Healer?”

“Ya, benar. Hanya saja dari dulu hingga saat ini botolku masih terisi sedikit.”

Ia menoleh ke arah jatuhnya Rienne tadi. Benar saja, gadis itu berjalan ke arahnya,

“Ano~ Anda Himeta, kan? Saya Rienne, salam kenal!”

“Ah, salam kenal juga, Rienne” Himeta balas menyapa.

“Aah~ Himeta yang punya butik itu, kan?”

“Ah? Kau sudah tahu? Padahal rumahku cukup jauh dari sini..”

“Himeta-san, Anda juga memiliki butik?”

“Hm? 'Juga'? Adakah warga disini yang juga memiliki butik?” ujar Himeta sambil tersenyum.

Jarang sekali ia tersenyum. Tapi entah mengapa sejak bertemu Tamaki ia menjadi lebih sering tersenyum. Bahkan ia-pun tak merasa gugup sekalipun Tamaki adalah laki-laki...

Tama merasa aneh. Ah, akhirnya ia sadar kalau ia salah menggunakan kata-kata, "Maaf, maksud saya, anda 'juga' memiliki toko?" jelasnya, merevisi kata-katanya sebelumnya.

Tama hanya tersenyum simpul. Setelah itu, ia tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa gugup, padahal ia jauh lebih muda darinya. Tama tidak tahu kenapa dirinya seperti itu. Ia pikir mungkin sifat-tak-pandai-bergaulnya muncul. Entahlah, tapi ia tak terlalu mengambil pusing karenanya.

Himeta tersenyum lagi, memaklumi Tamaki yang belum terbiasa dengan sifatnya itu, “Ya. Aku punya. Hanya saja butik itu selalu sepi karena terletak di pinggir kota”

Himeta tersentak sebentar, lalu berkata dengan wajah berseri-seri dan tetap dengan seiyuu Mamiko Noto, tentunya berkata, “Jika kalian sempat, berkunjunglah ke butikku yang sepi itu, ya?”


***
Butiknya saya bikin kilat pas ngalong aja ya :p. Coming soon! xD

"Tentu saja, dengan senang hati. Bagaimana denganmu Rienne-san?" tanya Tama sopan.

==================
OOT: oL di hp, males nulis bnyak^^

mendengar kata butik, mata rienne langsung berbinar binar. "benarkah himeta? wahh..dengan senang hati aku akan kesana" katanya sambil tersenyum manis. lalu dia berpikir sejenak, "er..himeta bisa membuat boneka?"

vienne hanya tersenyum mendengar kata boneka. "waduh..sebentar lagi kayaknya kamar penuh dengan boneka nih.."

"Rienne-san, kau menyukai boneka?" tanya Tama yang menemukan hal baru dari temannya.

rienne senang tamaki bertanya. siapa tahu tamaki suka boneka. "ah..iya..suka sekali! aku punya banyak koleksinya di rumah." katanya senang. "tamaki suka boneka juga?" tanyanya sambil tersenyum. "tamaki laki-laki yang manis ya~ suka sama boneka." katanya ceplas-ceplos. vienne hanya bisa tertawa mendengar kata-kata rienne.

"Butik ya?" Kazune menghampiri mereka bertiga. Dia tertarik mendengar kata butik.


"Nanti tolong buatkan aku beberapa potong pakaian ya... nanti aku akan memberitahukan seperti apa baju yang aku inginkan." ujar Kazune pada Himeta.
"Mungkin juga sepasang pakaian pengantin, hahahaha..." ujar Kazune,"Ah! tidak usah dihiraukan, soal pakaian pengantin itu hanya bercanda kok..."

"Rienne, soal boneka bukannya kamarmu sudah hampir penuh dengan boneka ya? Tapi, tak apa, karena aku juga ingin memberikan sebuah teddy bear yang besar untukmu."

Mendengar Rienne berkata begitu Tama hanya tertawa simpul. "sebenarnya sy tidak terlalu suka boneka. Hanya saja, dulu sy punya adik perempuan dan sy sering dipaksa bermain dengannya. Karena itulah, lama2 boneka itu menjadi hal yg menarik untuk dimainkan" jelasnya.

Tama adalah seorang gentleman, ia tak mungkin menyakiti hati seorang perempuan, bahkan adiknya sendiri. Namun, mengingat itu, Tama sedikit sedih. Walau ia tak memperlihatkannya pada orang lain.

Mendengar kata2 Kazune, ia sedikit kaget. "Kazune-san... kau ingin menikahi Rienne-san?"

mendengar kazune menyebut kata 'baju pengantin' wajah rienne langsung merah. langsung saja dia membayangkan yg tidak-tidak. "pengantin..aku....kazune...? huaaa.." pikirnya

mendengar niat kazune yg hendak memberikan boneka pada rienne, vienne hanya tersenyum prihatin. "nanti aku rebutan tampat dengan boneka kalau tidur dong.". rienne tidak menanggapi perkataan vienne, "eeh? boneka beruang?"

Mendengar kata2 Kazune, ia sedikit kaget. "Kazune-san... kau ingin menikahi Rienne-san?"

"Hahahaha... aku bilang kan itu hanya bercanda." jawab Kazune. "Tapi mungkin saja sih... ah sudahlah, kurasa ini masih terlalu cepat... tergantung Rienne mau seperti apa... hehehe..."

"Iya, aku akan memberimu boneka beruang. Kamu senang? Nanti aku akan antarkan ke rumahmu, atau mau kamu ambil di tempatku?" ujar Kazune menanggapi Rienne.

Tama hanya tersenyum dengan jawaban Kazune. Akhirnya, ia baru sadar kalau mereka berdua itu ialah sepasang kekasih. Selama ini ia tidak sadar, karena ia tidak mengerti. Toh, slama 17 tahun hidupnya, ia sama sekali belum pernah jatuh cinta pada seorang wanita.

Awalnya ia merasa kalau jatuh cinta itu merepotkan. Namun, setelah ia melihat Kazune dan Rienne bahagia karenanya, ia juga jadi ingin merasakannya.

"tapi itu tidak mungkin" pikirnya, "sampai saat ini aku belum pernah tertarik pada seorang wanita"

Ia kembali melihat ke arah Kazune dan Rienne, "kapanpun kalian menikah, sy harap kalian bahagia" katanya.

"Iya, aku akan memberimu boneka beruang. Kamu senang? Nanti aku akan antarkan ke rumahmu, atau mau kamu ambil di tempatku?" ujar Kazune menanggapi Rienne.

rienne berpikir sejenak. "hum~ terserah kazune saja. terimakasih ya." katanya sambil merangkul lengan kazune.

Ia kembali melihat ke arah Kazune dan Rienne, "kapanpun kalian menikah, saya harap kalian bahagia" katanya.

rienne benar benar merah mukanya mendengar kata-kata tamaki. rasanya bagai melompat ke langit kesekian. dia senyum-senyum sendiri sambil menundukkan wajahnya yang benar-benar merah. "haha..kuharap juga begitu. terimakasih ya tamaki." katanya sambil tersenyum setelah menenangkan dirinya sendiri.

"sama-sama, Rienne-san!" jawab tama sambil tersenyum simpul.

Rienne terlihat bgitu bahagia di mata Tama. Ia senang melihatnya. Namun, lagi-lagi ia kembali terpikirkan akan yg namanya jatuh cinta. Pandangannya tentang cinta brubah smenjak ia bertemu dengan Rienne dan Kazune. Ia tidak tahu kenapa jatuh cinta membuat Rienne terlihat begitu bahagia. "Apakah cinta itu bgitu indah?" tanyanya dalam hati.

Pikirannya sekarang dipenuhi oleh kata 'cinta'. Ia sama sekali tak mengerti, dan hal itu membuatnya sakit kepala. Lama-lama ia menjadi kesal. Ia memukul-mukulkan kepalanya dengan tangannya.

"ah, walaupun mungkin indah, tetap saja, cinta itu telah membuatku sakit kepala!" serunya dalam hati, kesal. Ia jadi terlihat aneh di depan teman-temannya.

"Aku yg bgini, seumur hidup pun pasti takkan jatuh cinta pada seorang wanita. Ah! Sudahlah! Lagipula aku tak memerlukannya!" omelnya dalam hati. "Lebih baik aku mencari partner untuk latihan saja, itu jauh lebih berguna!"

"ara? Tama kamu kebingungan ya?" tanya kazune.
"kalau ada yang mau dikonsultasikan silahkan saja. Mungkin aku bisa membantu."

Allan sedang lewat ketika mendengar kata kata 'partner untuk latihan'

"Hmm? Siapa yang mencari teman latihan...??"

shiroi_bara wrote:"ara? Tama kamu kebingungan ya?" tanya kazune.
"kalau ada yang mau dikonsultasikan silahkan saja. Mungkin aku bisa membantu."

Tama hanya tersenyum simpul, "Ah, Kazune-san, memang.. ada sesuatu yang mengganggu saya.. tapi sepertinya itu tidak penting saat ini. Terima kasih atas tawarannya, mungkin lain kali" jelas Tama, sedikit canggung.

Setelah itu, ia mendengar kata-kata Allan barusan, Ia segera mendekati Allan. "Itu saya! Saya sedang mencari partner latihan untuk meningkatkan kemampuan saya. Apa Allan-san bersedia?" tanyanya tanpa basa basi.