[RP] Night Festival at Rainbow Bridge

"hei.. jangan menghilang lagi yaa... kamu bilang mau berjalan-jalan bersamaku kan..?? makanya jangan terpisah lagi ya..!" ujar tsubasa sambil tersenyum pada karin.

Karin memandangi Tsubasa yang tersenyum ke arahnya. Ia pun membalas senyum ke arah Tsubasa."hehe.. maaf..!" kata Karin."aku tak bermaksud menghilang, hanya saja rasanya aku melihat orang yang kukenal. Kupikir itu Yuuki, jadi kuikuti. Ternyata malah bukan.. Maaf!" kata Karin dengan agak ragu-ragu kepada Tsubasa.

Dengan hati-hati Leroy menurunkan Sophie dan kembali berdiri menghadap Sophie. "Nah, sebelah sana adalah festival malam di jembatan pelangi..." ujarnya sambil menunjuk ke salah satu sisi ujung atap gedung tersebut.

---

OOT : Lanjut tuh, btw... festival malam tidak akan kelihatan klo Sophie ga maju ke depan =p

OOT: Jagain jangan sampai jatuh tapi...!
---------------------------------------------------------------------------------
Sophie melangkah maju mendekati sisi atap itu.

"Waah...." Sophie sedikit terpukau. Di negerinya pun sebenarnya ada festifal seperti ini, tapi rasanya tidak semeriah ini.

"Uhu... Uhu..." Fleur sedikit mengeluh. Takut. Sophie dan tempat tinggi tidak pernah cocok -karena biasanya Sophie jatuh-.

Sophie memperhatikan keresahan Fleur. "Tak apa... " Gumamnya pelan.

Dikejauhan tampak kembang api.

"Huuum..." Sophie duduk di tepi atap.

"seijaku ni ochiru sora futahira no yume hanabi
kanata ni tabidatsu anata mo mieta no onaji hikari ga
hanarete mo itsu no hi ka deaeru to shinjiteru
munesaku omoi wo anata ni utau wa koe ga kikoeru"

Sophie berdendang pelan. Suara soprano-nya yang bening mengalun merdu.

Oot: faylong... Pake tag lokasi dong...

lokasi: bersama sayo dan rienne.
"tidak usah... Terima kasih." kazune menolak dengan halus dan tersenyum lembut. Dia agak trauma dengan dengan kamera. Dulu di sekolahnya dia sering difoto diam-diam dan hasil cetakannya dijual.

"kalian mau jalan-jalan lagi? Atau mau pulang?"

Lokasi: Pinggir jembatan.

Rejaku baru saja berdiri, perutnya berbunyi pelan.

"Uh... lapar..."

Disekelilingnya masih banyak stand makanan, dan dia akhirnya mengunjungi salah satunya.

"Ah, paman, aku mau... takoyakinya satu!"

Lokasi: di tengah jalan bersama sayoki dan kazune

rienne senyum-senyum sendiri melihat fotonya dan sayoki. lucu sekali. "ini untukku ya, sayo cahn..boleh kan?" katanya sambil senyum-senyum sendiri. lalu dia melihat ke kazune. "yah..kazune..kok tidak mau sih? ayo dong....." rengek rienne. sebenarnya dari dulu dia ingin punya fotonya dan kazune, namun belum sempat.

"setelah foto ini aku bakal pulang deh...tapi..pliiisss...." kata rienne sambil memohon pada tunangannya itu.

"ah... Baiklah... Tapi hanya sekali." kazune tidak tahan melihat rienne yang merengek.

"kalau begitu aku akan minta sesuatu nanti saat sudah pulang." kazune lagi-lagi tersenyum penuh makna pada rienne.

rienne tersenyum senang saat kazune akhirnya mau berfoto dengannya. dia mulai merapatkan dirinya ke kazune.

*klik*

akhirnya rienne mendapatkan fotonya berdua dengan kazune. entah mengapa, rasanya rienne terlalu bahagia sampai ingin melompat rasanya. "hhi...kamunya lucu.." gumamnya sambil melihat hasil foto itu.

"kalau begitu aku akan minta sesuatu nanti saat sudah pulang." kazune lagi-lagi tersenyum penuh makna pada rienne.

rienne menoleh tak mengerti. dia penasaran dengan apa yang kazune minta. "eh?? kamu mau minta apa?" tanyanya dengan wajah polos

"um... Apa ya? Mungkin kamu... Dan menginap di rumahku?" kazune tersenyum.

"ahahaha... Bukan, bukan! Kita tukar saja dengan kue buatanmu. Oke?" kazune mengacak-acak rambut rienne. Dia senang sekali menjahili rienne.

"eh?? menginap??" katanya. Rienne terkejut sejenak. tetapi dia hanya tersenyum. "boleh juga. ya sudah! hari ini aku menginap di rumahmu saja" katanya. maksudnya sih agar paginya bisa langsung bikinin sarapan buat kazune gitu.

tapi memang dasar rienne. kurang peka.

Kazune yang sedang meminum air langsung tersedak mendengar jawaban polos rienne.
"uhuk uhuk! Apa?! Hah?! Aku tidak salah dengar? Serius, rienne!"

pikiran kazune jadi kalang kabut sekarang. Aduh, polos sekali kekasihnya yang satu itu.

vienne hanya mendecak kagum dengan kepolosan rienne itu. "ckckck...hebat..."kata vienne. rienne makin heran dengan kelakua aneh kazune, dan kata-kata aneh vienne. "eh?? kenapa? kan kalau nginep di rumah kazune kan aku bisa buatin sarapan besoknya..habis, takutnya besok kalau dari rumah ke rumah kazune lalu masak, sepertinya makan waktu lama.." katanya.

seklai lagi, dengan wajah luarbiasa polos, padahal umur sudah 18 tahun!

Kazune menepuk dahinya mendengar penjelasan rienne. Dia tidak percaya rienne lebih tua darinya! Dia merasa tua melihat rienne, merasa bukan 17 tahun.

"terserah... Tapi tanggung akibatnya sendiri." kazune menghela nafas panjang. Dia berharap semoga dirinya bisa menahan diri.

"ayo kita jalan-jalan lagi."

akibat...akibat..akibat dari menginap di rumah kazune? pikir rienne. dia masih tidak habis pikir mengapa kazune sampai seperti itu.

loading lama. sampai akhirnya dia teringat kejadian ketika ulang tahun kazune. ha? masa yg 'itu' sih? pikirnya.

akhirnya dia membatu dan speechless sendiri.

vienne hanya tertawa. "ahahha....masa ga tau sih! dasar!"

"Ayo, kita jalan" kata Karin. Ia lalu memandang ke arah Tsubasa."lho, Tsubasa? Ada apa?" tanya Karin kepada Tsubasa.

"eh... ah..." pertanyaan karin sedikit mengagetkan tsubasa. Ia menoleh pada karin yg ada di sampingnya.

"maaf... rasanya tadi aku melihat shinobu... tapi mungkin cuma perasaanku.." jawab tsubasa sambil tersenyum.

tsubasa sebenarnya sedikit khawatir dengan keadaan adiknya. ia takut terjadi sesuatu pada shinobu, mengingat mereka belum terlalu lama berada di tokyo.

tanpa sadar ia menggenggam tangan karin dengan erat.

"onii-chan...!!!" Teriak shinobu sambil berlari & menarik lengan tsubasa.

"kakak bagaimana sih...? aku kan ingin datang kesini bersama kakak..." ujar shinobu sambil merajuk. shinobu kemudian melirik sinis pada gadis yg ada di sebelah tsubasa.

"siapa dia..?? kenapa dia bersama kakak..??" tanya shinobu dengan sinis.

Tsubasa terkejut saat melihat shinobu menarik lengannya. berarti shinobu yg ia lihat tadi benar-benar shinobu.

"ternyata benar dugaanku..."

"Shi..shinobu...?? kenapa disini...?? bukannya tadi kau bilang mau tidur saja di rumah...?" tanya tsubasa gelagapan. Kemudian ia teringat sesuatu."Kenapa kau ada disini? Bukannya tadi kau sakit? Memang kau sudah kuat??" Tsubasa langsung nyerocos panjang. Sifat sister kompleks-nya keluar.

"Aduuuhhh... Kenapa kau tidak bilang dari awal kau mau ikut? Kita kan bisa pergi bersama! Untung saja tidak terjadi apa-apa padamu..." Tsubasa menghela nafas. "Kau tadi kesini sendirian? Tidak ada apa-apa kan dijalan?" tsubasa mengecek keadaan shinobu dari kanan, kiri, atas & bawah. dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia hampir melupakan keberadaan Karin disampingnya. Setelah beberapa saat, ia sadar.

"Ah, Shinobu, ini Karin... Err... Temanku..." Tsubasa memperkenalkan Karin pada Shinobu. Ia sedikit melirik ke arah Karin untuk melihat ekspresinya.

Lokasi : pinggir jembatan.

"Ah... senangnya malam ini... *kruyuuk!* Egh... aku sudah... lapar... lagi? Cepat sekali... pasti gara gara kejadian dengan dua orang wanita tadi..." Allan mencari kedai makanan disekitarnya, dan menemukan sebuah kedai yang cukup... kosong, hanya ada satu orang lain disana.

"Ah... baguslah... pak, Takoyakinya satu porsi!" ujar Allan, pemilik kedai itu segera memasakkannya. Allan melihat ke sampingnya, hanya ada satu orang, gadis, berambut merah.

"...Kita ketemu lagi, ya...?" Gadis itu menoleh dan melihatnya, dengan tatapan polos.

"Kau inii... dasaar..." Allan menepuk-nepuk kepala gadis itu, yang tetap memakan takoyakinya.

"Dasar tukang makan... Paman! Satu porsi lagi! Puas, sayang?" tanyanya pada Rejaku.

" teman?? teman biasa atau....." kata shinobu sambil melirik karin. tanpa menunggu jawaban dari kakaknya, Shinobu langsung mengomel pelan" teman... tapi kok berpegangan tangan sih?"

"Hehe... tahu saja kalau aku suka makan..." Rejaku tersenyum pada Allan, dan bersender di bahunya.

Rasanya senang sekali, bisa bersama-sama seperti ini lagi, pikir Rejaku, kalau saja sejak lama mereka bisa seperti ini, pasti hidup Rejaku sudah bahagia.

"Ah! Satu porsi lagi datang!" Rejaku buru-buru mengambil porsi yang tadi dipesankan oleh Allan untuknya.

Tsubasa melirik ke arah tangan kanannnya yang saat itu memang sedang menggandeng tangan Karin. Ia buru-buru melepaskannya.

"Anoo... Ini tidak seperti yang kau pikirkan kok Shinobu..." Ucapnya gelagapan. Gugup dihadapan pandangan menuduh dari adiknya. Mukanya memerah dan ia terlihat sangat gugup.

Kemudian ia melirik ke arah Karin. Tampak sangat merasa bersalah. Ng... karin... ah ini.... mmm..." Tsubasa sangat bingung. Apa yg harus ia lakukan sekarang, ia sama sekali tidak tahu. Akhirnya ia cuma menunduk malu & menyembunyikan wajahnya yg memerah.

"Heu..." Allan melihat Rejaku yang makan dengan lahap porsi yang dia belikan. Dia sendiri masih makan porsinya, yang baru setengah dihabiskan

"Sepertinya kalau hanya Takoyaki saja tidak cukup untukmu... paman, biar aku yang bayar! Kita berdua pergi mencari makanan yang mengenyangkan saja sekalian, ya?" Allan menarik tangan Rejaku, yang tidak bergeming.

"..." Di kedai itu, selain mereka berdua, tidak ada orang. Mungkin Rejaku ingin berduaan saja denganku, pikir Allan.

"...Terserah... sayang... terserah..." Allan duduk di tempatnya tadi.

" kalau memang tidak ada hubungan... kenapa wajah kakak memerah" kata Shinobu sambil memandang tajam kepada kakaknya.
kakak-kakak masih terlalu cepat 100 tahun untuk bisa membohongiku pikir Shinobu dalam hati.

Shinobu lalu melirik karin dengan tatapan yang amat manis
" Perkenalkaan namaku Shinobu, maaf jika kakakku yang satu ini merepotkan mu" Shinobu tersenyum

Senyuman shinobu pun berubah*dengan tatapan sinis* Shinobu berkata
"Tapi kau tidak bermaksud untuk mengambil kakak dari sampingku kan? atau menggantikan posisiku dihati kakak kan?. iya kan?"

"Mmm!" Rejaku melihat Allan dengan tatapan bahagia, tampaknya dia memang ingin menghabiskan waktu bersama Allan, tanpa siapapun mengganggu. Setelah menyelesaikan porsinya, dia bersender lagi pada bahu Allan.

"Allan... malam ini... indah sekali... ya?" Allan diam saja, dia masih mengunyah makanannya, Rejaku hanya tersenyum.

"Ya sudah... nanti kita bicara setelah selesai makan, ya? Paman! Dua porsi lagi! Aku yang bayar!" mendengar itu, sepertinya Allan tersedak.

"Mmm? Kenapa, sayang?" tanya Rejaku.