[RP] School Trip!

*mencoba menghidupkan topik yang mati suri ini*

Tomoyo yang sedang makan siang di restoran sendirian itu termenung. Handycam tetap disampirkan seperti tas selempang. Ia siap menjadi 'citizen journalism' untuk wilayah yang sedang dikunjunginya ini.


Namun sampai saat ini ia belum mendapat peristiwa yang menarik, apalagi 'luar biasa'.

“Fyuh.. Teh panas di pegunungan salju, sungguh kontras namun serasi..” Tomoyo kembali menggumamkan sesuatu yang maknanya singkat, namun dikatakan berbelit-belit.

drrt.. drrt..

Tomoyo merogoh handphone-nya di kantong celananya. Ia terheran, “Aneh, tidak ada yang menelepon.. Tapi kenapa terasa ada yang bergetar, ya?”

Semakin lama ia merasa guncangan itu semakin kuat. Kursi dan meja yang ditempatinya bergoyang. Teh-nya tumpah. Pikirannya segera bekerja. Dengan langkah terhuyung ia mendekati jendela dan melihat kondisi di luar, “Uwaah~ longsor salju!”. Bukannya gentar, ia justru memekik senang. Segera ia nyalakan handycam-nya dan mengabadikan peristiwa itu.


Dan, longsoran terhenti tepat 10 meter di depan hotel tempat mereka menginap itu. Tomoyo sedikit kecewa. Tapi ia tidak mau keegoisannya membuat repot banyak pihak nantinya.

Mengenai banyak pihak, ia jadi teringat sesuatu. Tapi apa? Tomoyo berpikir keras..

“Ah! My Goddess Watanuki, Syaoran, Kobato, dan Yuko-sama 'kan main ski!”. Ia melihat lagi ke arah luar jendela dan melihat arena ski itu telah tertimbun longsor.

“A... Astaga.. mungkinkah...?” ia berpikir yang tidak-tidak. Segera dicarinya nama 'Yuko' di phonebook handphone-nya, dan mencoba menghubungi mereka.

...
...
... gagal. Namun, meskipun panik, ia mencoba menenangkan diri sendiri, “oh ya. Biasanya sinyal di pegunungan 'kan tidak menentu..” gumamnya. “Dan Yuko-sama pasti akan melakukan sesuatu. Aku yakin beliau tidak akan meninggal hanya gara-gara longsor salju..” katanya.

Dengan rileks, ia kembali duduk di kursinya dan memutar ulang kejadian itu dari handycamnya.

Satu jam berlalu. Tomoyo tetap optimis semuanya masih hidup.


BRAK!!

Benar, kan? Yuko mendobrak pintu hotel. Berarti selamat.

Ia bersyukur.


**
OOT: Hosh2, ngetik dari hp segini.. *tangan mati rasa*

"Huff... sampai hotel...*hosh*" Watanuki dan yang lain masih terengah dari perjalanan setengah hidup mereka.

"Tadi itu... gila... benar-benar gila..." didepannya, berdiri Tomoyo

"Hai... Tomoyo-san... *hosh*bisa panggilkan tim medis...? PMR atau *hosh*siapapun..." tambahnya, semua kelelahan, bagaimana tidak? Longsor salju, wanita salju, dan perjalanan melelahkan melewati salju setebal lima inci dengan jarak dua kilometer hingga hotel, naik dan turun.

Tomoyo malah mengambil kamera, memotret para 'pejuang' itu, “kalian tampaknya telah mengalami sesuatu yang luar biasa, ya? Aku jadi agak iri...”.

Mendengar permintaan Watanuki, ia menggeleng, “Tidak perlu. Kalian hanya kecapaian, kan? Duduklah..”. Tomoyo mempersilakan mereka duduk di salah satu sofa hotei itu, seolah-olah itu rumahnya.

“Rilekslah disini. Akan kupesankan coklat panas dulu”. Setelah memesannya, Tomoyo kembali dan bertanya pada mereka, “Jadi..? Maukah kalian menceritakan pengalaman kalian?” tanyanya dengan nada menginterogasi.

"Uh... luar biasa...? Kami bisa saja mati tadi..." Watanuki duduk di salah satu sofa di lobi hotel. Tomoyo lantas memesankan coklat panas dan meminta menceritakan apa yang terjadi.

"Uh...yang pasti... tadi itu ada longsor..."

OOT: udah selesai petualangannya?? cepet banget! besok juga bikin rusuh ah!

=======================================================

Lokasi : hotel... (or restaurant?)

Syaoran juga merasa kelelahan. Ia segera duduk di salah satu kursi. Pengalaman tadi benar-benar pengalaman yang menyenangkan baginya. Dari tertimbun salju, hingga bertemu yuki onna dan akhirnya kembali tiba di hotel. Rasanya ia ingin menceritakan pengalaman ini pada ibunya yang ada di Hongkong.

"Ah... pengalaman yang menarik sekali ya, Watanuki-kun? Besok akan terjadi apa ya?" serunya antusias.

Setelah itu ia pun memesan susu cokelat panas pada pelayan.

"Besok...? BESOK? Tidak, aku tidak mau memikirkannya, grrr..." Watanuki memalingkan kepalanya ke jendela besar di sampingnya, melihat salju yang berjatuhan, pelan dan tenang, diluar.

"Huah... kalau salju bisa setenang ini... kenapa pula salju bisa seperti tadi..." gumamnya pelan.

“EH? Kalian bertemu yuki onna?! Duh, aku jadi tambah iri sama kalian!”

Ia menyeruput coklat panasnya, “lalu? Apa yang terjadi?” tanyanya antusias.

*brak*

"ha...sampai juga.." katanya sambil masuk restoran dan duduk di samping tomoyo. "salah naik lift, kena longsor, nyasar tengah badai, ketemu setan salju...dan akhirnya sampai juga.." katanya sambil memanggil pelayan dan memesan sebotol sake.

"tapi kasihan jga yuki onna tadi. dia menunggu orang yang dicintainya terlalu lama. tapi aku suka, karena cinta yang dia miliki sangat kuat...sehingga hampir membunuh kita semua..ehehehe.." katanya sambil nyengir dan melihat lokasi ski yang mulai sepi.

hari semakin sore, matahari hampir tenggelam. "nah! sudah jam segini. rotenburo kosong tidak ya???" katanya.

*rotenburo: pemandian air panas terbuka campur.

Ah, pemandian air panas... Watanuki yang kelelahan akan sangat senang untuk pergi kesana. Tubuhnya akan segar lagi setelah kedinginan setengah mati seperti tadi.

"Pemandian air panas ya... Aku... mau kesana!" Watanuki berdiri dan beranjak menuju pemandian air panas yang ada dibelakang...

Kira-kira... apakah yang menunggu siswa Yuuko yang satu itu disitu?

OOC: study tour/trip nya jadinya kemana nih? pegunungan yg ada onsen nya yak? *males buka 11 hal sebelonnya ==;* *anggep aja Kurogane tidur mulu sejak awal tour sampe sekarang =))*

===
Kurogane melangkah keluar dari ruangannya dengan mata yang selalu tampak bosan, sama seperti Doumeki. Cuman, alis miliknya tampak lebih berkerut dan berekspresi.

Ia menaruh handuk di pundaknya, kemudian membawa peralatan mandinya ke onsen.

Begitu masuk, ia sudah melihat Watanuki yang sedang bersantai. Masih dengan mulut tertutup, ia masuk kedalam onsen itu untuk menyantaikan diri.